Pemahaman terhadap maksud ayat atau tema yang berdasarkan ayat al-Qur’an telah menjadi bangunan metodologi pemahaman dalam setiap disiplin ilmu. Keragaman ilmu keislaman, seperti fikih, ilmu kalam, tasawuf, tafsir, hadis, bahkan ekonomi islam dan pendidikan islam, memerlukan keajegan dalam bangunan teori berbasis kewahyuan. Penerapan metodologi tafsir dalam mengaitkan teori atau fenomena, memahami maksud ayat untuk dijadikan teori pada ilmu, juga konfirmasi teori dipandang penting.
Pengemasan dan perluasan konten seperti ini sudah menjadi tradisi keilmuan pada UIN/IAIN, juga sekolah tinggi keagamaan Islam dengan wujud prodi ilmu keagamaan Islam. Dalam hal ini, pendidikan Islam sebagai kajian ilmu tersendiri dalam ruang lingkup mata kuliah atau prodi tetap memerlukan penguatan atas asumsi teori berbasis kewahyuan.
Tafsir Tarbawi sebagai Mata Kuliah
Salah satu mata kuliah penting pada Prodi Pendidikan Agama Islam juga ilmu pendidikan Islam (pada nomeklatur lama) adalah Tafsir Tarbawi. Sebagai mata kuliah, ia berisi tentang teori, konsep, atau ranting ilmu dalam disiplin ilmu tertentu. Karena, mata kuliah berawal dari kumpulan bahan kajian berdasarkan struktur, cabang, juga ranting ilmu.
Tafsir Tarbawi secara sederhana difahami sebagai tafsir terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan tema pendidikan. Atau mata kuliah yang menyajikan penelaahan terhadap penafsiran ayat yang diduga kuat berhubungan dengan pendidikan. Dasar sajian mata kuliah ini adalah ayat-ayat yang berkaitan dengan tema pendidikan serta penafsiran terhadap ayat tersebut.
Sajian ayat ditentukan berdasarkan capaian pembelajaran dan bahan kajian. Ayat yang disajikan dalam silabus atau Rencana Pembelajaran Semester disusun sesuai tema pendidikan seperti tujuan, pendidik, peserta didik, kurikulum, metode, lingkungan, juga tema lain yang dianggap penting.
Penafsiran ayat dilakukan dengan menelaah pernyataan mufasir pada setiap teks juga paparan ayat yang dipilih sesuai tema. Rujukan penafsiran bisa menggunakan produk penafsiran klasik juga modern. Begitu pula, analisis teks (tahlil al-lafzh), asbab al-nuzul, munasabah, dan makkiyah dan madaniyah, tak ditinggalkan dalam kerangka pengambilan maksud ayat yang kemudian dihubungkan dengan tema pendidikan berbasis ayat.
Penafsiran terhadap ayat pendidikan memerlukan langkah-langkah yang sistematis dan metodologis. Sistematis berkaitan dengan urutan langkah penafsiran mulai dari penulisan ayat, terjemah, analisis kebahasaan, penelaahan terhadap produk penafsiran, sampai pada pengambilan simpulan baik konsep maupun teori yang dapat diturunkan dari ayat tersebut. Adapun metodologis berhubungan dengan keajegan dan kesahihan prosedur penafsiran yang disepakati keilmiahannya sesuai dengan disiplin ilmu tafsir.
Kerangka Kerja Tafsir Tarbawi
Langkah dalam kerangka kerja penafsiran ini di antaranya adalah:
- Ayat ditulis sesuai tema.
Tema yang dimaksud biasanya disesuaikan dengan silabus atau deskripsi mata kuliah. Ayat-ayat tersebut disusun dengan pertimbangan berkaitan dengan teks atau istilah khusus pendidikan atau secara konstruksi makna bersentuhan dengan pendidikan meskipun secara teks tidak muncul eksplisit. Teks yang mewakili istilah pendidikan contohnya kata ta’lim dan tarbiyah dengan seluruh derivasi katanya. Penyusunan ayat ini perlu ketelitian dan dapat menggunakan referensi sebelumnya yang sejenis atau menggunakan mu’jam ayat al-Qur’an.
- Penerjemahan ayat.
Ayat diterjemahkan berdasarkan rujukan yang sahih. Langkah ini dapat dilakukan dengan menyalin terjemah ayat yang dimaksud. Banyak referensi cetak maupun digital yang menyediakan layanan terjemah. Dalam konteks Indonesia, Al-Qur’an Kemenag dapat dijadikan referensi utama.
- Analisis Teks (tahlil al-lafzh).
Kegiatan ini dilakukan dengan menampilkan makna teks yang dituju. Setiap ayat berbentuk kalimat dan kalimat merupakan rangkaian kata (lafzh). Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjelaskan makna lafazh sesuai dengan kamus atau mu’jam atau bisa menggunakan referensi pada kitab tafsir yang bercorak kebahasaan. Yang dijelaskan biasanya tidak setiap lafazh, melainkan lafazh yang penting untuk dijelaskan atau lafazh yang gharib.
- Struktur kalimat (i’rab al-ayat).
Analisis gramatika atau kalimat perlu pula ditelaah dan ditulis. Hal ini dimaksudkan untuk menarik makna kalimat dan maksud ayat. Struktur gramatika Bahasa Arab dapat membantu dalam menarik makna karena fungsi kalimat dapat menentukan inti pembahasan dari maksud ayat.
- Sebab turun ayat (asbab al-nuzul)
Pemahaman sebab turun ayat diperlukan untuk mengetahui bagaimana situasi sosial atau latarbelakang ayat turun. Pemerhati Tafsir Tarbawi seyogyanya memperhatikan aspek ini untuk mengambil ‘ibrah pada ayat yang dimaksud. Penyertaan asbab al-nuzul dapat dirujuk pada kitab-kitab asbab al-nuzul, seperti dari kitab Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul karya al-Suyuti.
- Munasabah (asbab al-nuzul)
Hubungan ayat dengan ayat memiliki jalinan makna yang saling berkaitan. Satu ayat dengan ayat lain pada surah yang sama atau pada surah berbeda menjadi ciri keserasian al-Qur’an dalam menyuguhkan pesan kepada pembaca. Sajian munasabah akan membantu penulis dalam mengaitkan kandungan makna antara satu satu ayat dengan ayat lain, sehingga dapat menarik makna utuh dari maksud ayat yang diteliti.
- Penafsiran ulama
Tafsir Tarbawi tidak terlepas dari penelaahan terhadap produk penafsiran ulama. Dalam kaitan ini, pemahaman penafsiran ulama dapat dirujuk pada beberapa kitab tafsir baik klasik maupun modern. Hal dimaksudkan untuk menerangkan dan menjelaskan kandungan ayat sehingga dapat melahirkan aneka ragam penafsiran sesuai coraknya. Banyaknya pendapat akan menjadi khazanah untuk menjadi bahan penafsiran sesuai tema pendidikan.
***
Langkah-langkah di atas dapat diterapkan dalam menyusun konsepsi pendidikan berdasarkan ayat al-Qur’an dan penafsirannya. Pemahaman mengenai tema pendidikan berbasis ayat tidak dapat dilepaskan dari prosedur tafsir yang disepakati oleh para pakar. Setelah tujuh langkah di atas dilakukan, penulis atau pemerhati Tafsir Tarbawi mengaitkan penafsiran ulama dengan teori atau konsepsi pendidikan. Sehingga, Tafsir Tarbawi dirangkai dari produk penafsiran sebelumnya dan dikembangkan berdasarkan pandangan pendidikan.
Editor: An-Najmi Fikri R
Leave a Reply