Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mendelik Kosmologi dalam Perspektif Al-Qur’an

Sumber: istockphoto.com

Kosmologi dibahas pertama kalinya sebagai cabang metafisika dengan konteks pembahasan asal dan susunan alam raya, penciptaan, kekekalan, vitalisme, mekanisme, kodrat hukum, ruang, waktu, dan kausalitas. Kosmologi merupakan upaya memahami semesta raya. Hal ini didasari oleh kepercayaan manusia bahwa gerakan-gerakan planet yang “tampak kacau”, seharusnya ada sebuah pola yang sesuai dengan hukum mengatur mekanisme gerakan tersebut sehingga pandangan kosmologis tertentu telah silih berganti dipahami oleh manusia mulai sejak geosentrisme, heliosentrisme dan relativisme (Iqbal 2014, 28).

Islam memiliki pandangan tersendiri perihal kosmologi, karena seyogyanya ilmu ini memiliki hubungan dengan keajaiban ciptaan Allah Yang Maha Esa. Memikirkan perihal pembentukan, susunan, dan evolusi alam semesta dalam tinjauan kosmologi dan astronomi merupakan cara mengenal kekuasaan-Nya agar memperkuat akidah (Amalia 2009, 76) berdasarkan ketentuan dari Al-Qur’an.

Kosmologi dan Penciptaan Alam

Kosmologi atau universe dalam Al-Qur’an tidak terlepas pembahasan “penciptaan alam”. Karena kosmologi merupakan bagian objek filsafat, artinya alam adalah realitas dari kekuasaan Allah SWT; atau versi al-Quran adalah ayat-ayat Allah SWT. Sirajuddin Zar memberikan “konsep delapan” bentuk kata pengungkapan penciptaan dalam Al-Qur’an (khalaqa, bada’a, fathr, shun, ja’ala, amr, nasy dan bada a). Akan tetapi yang berkorelasi dengan penciptaan alam semesta ada tiga, yaitu: khalaqa, bada’a dan fathr.

Pertama, salah satu dalam al-Qur’an ada kata “penciptaan” atau khalaqa, artinya sebuah ukuran atau ketentuan yang tetap. Kata khalaqa ditinjau dari maknanya mengharuskan ada material subtantif (Zar 1994, 54). Jika dikaitkan dengan penciptaan semesta, sebenarnya al-Qur’an tidak menginformasikannya secara rinci. Apakah alam semesta ini diciptakan dari materi telah ada atau dari tiada (Hasyim 2012, 68).

Kata khalaqa banyak dalam al-Qur’an, untuk pemakaian kepada alam semesta sebagai objeknya sebanyak 38 kali dalam 32 surat. Salah satunya dalam Surah Al-A’raf ayat 54 yang arrtinya:

Baca Juga  Sumbangsi Besar Al-Quran Terhadap Perkembangan Sains Modern

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang Telah menciptakan; langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

***

Kedua, kata bada’a artinya menciptakan atau mengadakan perbuatan tanpa ada contoh sebelumnya. Kata ini di sebutkan dalam al-Qur’an sebanyak empat kali namun berbeda arti penciptaan yang berbeda yaitu penciptaan yang dipakaikan kepada Allah dan selain Allah SWT, salah ayatnya yakni pada Surah Al-Baqarah ayat 117,  yang artinya:

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) dia Hanya mengatakan kepadanya: Jadilah! lalu jadilah ia.

Makna kata bada’a di atas menekankan pada keindahan yang luar biasa dan mengagumkan. Keindahan ini jelas tidak dapat ditandingi karya siapapun. Karena penciptaan alam yang demikian tentu saja mengundang ketakjuban bagi setiap orang yang memperhatikan dan memikirkannya. Dalam ilmu balaghah, bagian yang membahas tentang keindahan ini disebut dengan ilmu badi’ (Hasyim 2012, 69).

Ketiga, fathr. Makna asal fathr adalah al-syaqq artinya pecah dan belah. Kata ini disebutkan di dalam al-Qur’an sebanyak dua puluh kali pada 17 surah, salah satunya dalam Surah Al-Mulk ayat 3 (Zar 1994, 73), yang artinya:

Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

Ayat-Ayat Kosmologi

Selanjutnya, dasar al-Qur’an tentang kosmologi (penciptaan alam semestsa), Sirajuddin Zar memberikan sembilan ayat dari enam surah tentang ayat-ayat kosmologi, salah satunya pada Surah  Hud ayat 11, yang artinya:

Baca Juga  Surat Hud Ayat 7: Fenomena Proses Penciptaan Alam Semesta

Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu Berkata (kepada penduduk Mekah): “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati’, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: ‘Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”.

Ayat di atas menjelaskan tentang penciptaan alam selama enam periode, proses ini menggunakan air (al-ma). Kata al-sama biasa diartikan sebagai langit dan dipahami ruang alam hingga ada banyak galaksi, bintang-bintang dan palnet-planet (Hasyim 2012, 62). Kata al-ma pada ayat ini biasa diartikan sebagai air, namun dalam tafsiran para kosmolog al-ma pantasnya sebagai zat alir dan sop kosmos. Karena, dalam proses penciptaan alam, belum bisa berbentuk apapun. Pada saat itu alam baru berisi radiasi dan suhu tinggi yang tidak berbentuk. Sedangkan kata al-ardh  diartikan sebagai bumi atau materi.

***

Selanjutnya penjelasannya terdapat dalam Surat Fushshilat ayat 9-12, yang artinya: Katakanlah:”Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.

Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.

Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.

Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Dengan demikian, sangat gamblang bahwa Islam melalui ayat-ayat al-Qur’an memiliki keyakinan tersendiri terkait penciptaan alam semesta. Petunjuk Al-Qur’an telah memberikan pengetahuan terhadap umat Islam maupun non-Islam terkait proses eksistensial semesta raya berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah berupa wahyu yang tentunya tidak memberikan kontradiksi terhadap nalaritas manusia. Karena Allah SWT telah menjelaskan dalam ayat-ayat terkait kosmologi bahwa secara hakikat tidak pernah lepas segala atas kekuasaan-Nya.

Baca Juga  Kosmologi: Takdir Hukum Alam Allah yang Pasti Bagi Ciptaan

Penyunting: An-Najmi