Status Surah Al-Kautsar
Menurut pendapat yang masyhur dan jumhur, surah ini merupakan surah Makkiyyah. Namun, Hasan, Ikrimah dan Qatadah berkata, “Surah ini Madaniyyah”. Ini juga pendapat Ibnu Katsir.
Surah ini dinamakan “al-Kautsar” karena dimulai dengan firman Allah Ta’ala kepada Nabi saw, (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ) yakni kebaikan yang baik dan permanen di dunia dan akhirat, di antaranya sungai al-Kautsar di surga.
Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik R.A, dia berkata,
“Rasulullah saw. pernah tertidur sebentar, lantas beliau mengangkat kepala seraya tersenyum. Bisa jadi beliau langsung bersabda kepada para sahabat, atau mereka bertanya, ‘Mengapa engkau tersenyum?” Rasulullah saw. menjawab, “Ada surah turun kepadaku.” Lantas beìiau membaca surah al-Kautsar hingga selesai. Kemudian beliau bertanya, “Tahukah kalian apa itu al-Kautsar?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Ia adalah sungai yang diberikan kepadaku oleh Allah Ta’ala kelak di surga. Sungai itu mempunyai banyak kebaikan. Pada hari Kiamat, umatku mendatanginya untuk minum. Wadah-wadahnya sebanyak jumlah bintang-bintang. Ada seorang hamba dari umatku yang kesusahan, lantas aku berkata, “Wahai Tuhanku, dia adalah umatku.” Lantas dijawab, “Kamu tidak tahu apa yang telah mereka lakukan sepeninggalmu.”
Hubungan Surah Al-Kautsar dengan Surah Sebelumnya
Sebelum surah ini adalah surah Al-Ma’un, di sini ksesuaian antara kedua surah terlihat dari Allah ta’ala menyifati orang-orang kafir dan munafik yang mana mereka mendustakan hari pembalasan dengan;
- Bakhil, yang dalam firmannya di (Qs al-maun:3) وَلا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
- Lalai dalam shalat (Q.s Al-Ma’un : 5 ) لَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ
- Riya’ dalam Shalat (Q.s Al-Ma’un : 6) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ
- Enggan dalam memberikan bantuan/pertolongan وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
Dalam surah Al-Kautsar Allah menyebutkan sifat Nabi Saw yang berkebalikkan dari ke 4 surah Al-Maun:
- Allah memberi dia Al-Kautsar sebagai kebalikkan dari sifat Bakhil إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ yaitu diberikkan kebaikkan atau nikmat yang banyak, maka dari itu berikan jugalah kepada orang yang membutuhkan dan jangan bakhil.
- Allah selalu memerintahkan untuk melaksanakan shalat فَصَلِّ secara kontiniu. Ini merupakan lawan dari orang yang lalai sehingga tinggal shalatnya
- Allah memerintahkan beliau untuk shalat karna Allah dan ikhlas sepenuhnya, فَصَلِّ لِرَبِّكَ yaitu, shalat semata-mata karna mengharapkan ridha Allah, bukan pujian orang lain yang merupakan lawan dari sifat riya pada surah Al-Ma’un.
- Allah juga memerintahkan beliau untuk memberikan daging hasil sembelihan kurban kpada orang orang yang membutuhkan, ini lawan dari sifat enggan dalam memberikan bantuan.
Sebab-Sebab Turunnya Surah
Al-Bazzar dan lainnya meriwayatkan dengan sanad shahih dari Ibnu Abbas RA., dia berkata, suatu hari Ka’ab bin Asyraf datang ke Mekah, kaum Quraisy berkata kepadanya, “Kamu adalah pimpinan kaum Quraisy. Tidakkah kamu melihat orang yang terputus dari kaum ini. Dia mengira bahwa dirinya lebih baik daripada kami padahal kamilah yang menjamu orang-orang yang datang menunaikan haji dan memberi minum mereka serta mengganti kain Ka’bah” Ka’ab berkata, “kalian lebih baik darinya.” Lantas turunlah ayat.
“Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (Al-Kautsar: 3)
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dalam al–Mushannaf dan Ibnu Mundzir, dari lkrimah, tatkala Nabi Saw. diberi wahyu, kaum Quraisy berkata, “Terputuslah Muhammad dari kami.” Lantas turunlah ayat 3 tersebut.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as-Sadi, dia berkata, jika anak lelaki seseorang meninggal, kaum Quraisy berkata, “Si fulan telah terputus dari rahmat Allah.” Tatkala putra Nabi Saw. menìnggal, Ashi bin Wa’il berkata, “Terputuslah Muhammad (dari rahmat).
Baihaqi meriwayatkan hal serupa di dalam kitab Dalaailun Nubuwwah dari Muhammad bin Ali, dan putra Nabi yang dimaksud adalah Qasim. Baihaqi juga meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Surah ini turun mengenai Ashi bin Wa’il yang berkata, saya mencela Muhammad.”
Beberapa Riwayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Said bin Jubair RA. mengenai firman Allah Ta’ala فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ dia berkata, “Ayat ini turun pada hari Perjanjian Hudaibiyyah”. Nabi saw pada saat itu didatangi Jibril dan berkata, “Sembelihlah hewan kurban dan shalatlah.”
Lantas beliau berdiri dan berkhutbah layaknya khutbah ldul Fitri dan Idul Adha. Kemudian beliau shalat dua rakaat. Setelah itu beliau menyembelih unta yang gemuk. Akan tetapi, riwayat ini sangat aneh, sebagaimana dikatakan oleh Suyuthi.
Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dia berkata, “Saya mendengar kabar bahwasanya tatkala Ibrahim, putra Nabi saw, meninggal”. Kaum Quraisy berkata, “Muhammad telah terputus dari rahmat Allah”. Lantas hal itu membuat beliau marah, maka turunlah ayat:
“Sungguh, Kami telah memberimu ( Muhammad) nikmat yang banyak.” (al-Kautsar: 1)
Ayat di atas sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad Saw. terhadap sikap kaum Quraisy yang menganggap lemah Nabi Saw, meremehkan para pengikut beliau dan mencela sebab kematian putra-putra beliau.
Tafsir dan Penjelasan Surah Al-Kautsar
“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.” (al-Kautsar: 1)
Kami akan menganugerahkan kepadamu kebaikan yang sangat banyak tanpa batas, di antaranya sungai di surga. Allah Ta’ala menjadikan sungai tersebut sebagai kemuliaan bagi Rasulullah Saw, dan umat beliau. Ini merupakan bantahan terhadap para musuh beliau yang merendahkan beliau. Hal ini juga merupakan penyifatan yang berlawanan dengan apa yang diyakini oleh orang-orang kafir yang menyatakan bahwa Allah itu bakhil.
“Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (al-Kautsar: 2)
Sebagaimana Kami menganugerahkan kebaikan yang sangat banyak kepadamu di dunia dan akhirat, di antaranya sungai al-Kautsar, senantiasalah menunaikan shalat wajib dan sunnah. Tunaikanlah shalat dengan hati ikhlas karena mengharap ridha Tuhanmu.
Sembelihlah hewan kurbanmu berupa kambing, unta, atau hewan sembelihan lainnya karena Allah Ta’ala dan dengan menyebut nama Allah yang tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya Dialah yang telah mendidikmu dan melimpahkan berbagai kenikmatan kepadamu.
“Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah,” (al-Kautsar: 3)
Makna Al-Abtar
Wahai Muhammad sesungguhnya orang yang membencimu dan risalah yang kamu bawa berupa hidayah (petunjuk), kebenaran, bukti kuat dan cahaya yang benderang itu sedikit lagi hina dan terputus dari kebaikan dunia dan akhirat.
Dia tidak akan diingat pasca kematiannya. Ini merupakan bantahan terhadap perkataan sebagian kaum musyrikín, yaitu Ash bin Wa’il yang menghina Nabi Saw. tatkala putra beliau dari Khadijah yang bernama Abdullah meninggal dunia, bahwa beliau telah terputus (dari kebaikan). Pendapat ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Muqatil, Kalbi, dan kebanyakan para ahli tafsir.
Al-Abtar dari kalangan orang-orang lelaki adalah orang-orang yang tidak mempunyai anak. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini turun mengenai Abu Jahal. Sifat ini bersifat umum bagi setiap orang yang memusuhi Nabi saw, dari kalangan orang-orang yang telah disebutkan dalam sebab turunnya ayat dan orang-orang selain mereka.
Hasan al-Basri-rahimahullah-berkata, “Yang dimaksud kaum musyrikin bahwa Nabi Saw. abtar adalah beliau telah terputus dari tujuan sebelum menggapaínya. Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa musuh beliaulah yang bernasib demikian.
Kesimpulan
Sebab turunnya surah ini adalah sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad Saw, terhadap sikap kaum Quraisy yang menganggap lemah Nabi Saw, meremehkan para pengikut beliau dan mencela sebab kematian putra-putra beliau, Qasim di Mekah dan Ibrahim di Madinah.
Surah ini turun juga disebabkan adanya rasa gembira dari kalangan kaum Quraisy akan cobaan yang menimpa kaum Mukminin. Oleh karena itu, surah ini turun untuk memberitahukan bahwasanya Rasulullah saw merupakan orang yang kuat dan äkan selalu ditolong.
Para pengikut beliau akan menang dan kematian putra-putra Rasulullah saw. tidak akan menjadi faktor yang melemahkan diri beliau. Akan tetapi, justru orang-orang yang membenci beliau adalah orang-orang yang terputus (dari rahmat Allah), yang tidak akan pernah lagi diingat dan didengar oleh orang lain serta jauh dari segala kebaikan.
Penyunting: M. Bukhari Muslim
Leave a Reply