“Keluruhan hidup Muhammad adalah hidup manusia yang sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan perbuatan yang baik”
(Muhammad Husain Haekal)
Keteladanan Nabi Muhammad di abadikan Allah dalam Al-Qur’an sebagai grand figure/uswah dalam setiap dimensi laku manusia. Keagungan dan keluruhan Muhammad telah menjadi suri teladan sebelum menginjak masa kerasulannya.
Kata uswah dijelaskan Sa’ad Abdul Wahid dalam “Tafsir Hidayah” tidaklah selalu menunjukan makna yang baik. Maka uswah tersebut ditambahi kata hasanah, maka menjadi uswatun hasanah (suri teladan yang baik). Hal ini Allah nyatakan dengan menunjuk setiap diri Muhammad adalah suri teladan yang baik:
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.(Q.S Al-Azhab: 21)
Keteladanan Rasulullah
Allah menjelaskan bahwa Rasulullah saw mempunyai teladan yang baik bagi kaum muslimin, yang harus diikutinya di mana pun dan kapan pun. Keteladanan ini menurut As-Saubani dalam “Safwatut Tafasir” adalah keteladanan dalam akhlak dan perilakunya, dalam keikhlasannya, dalam jihadnya, dalam kesabarannya, dan dalam semua perbuatannya.
Keteladanan sifat Nabi menjadi tindak tanduk perilaku manusia ideal. Ada empat sifat wajib bagi seorang Nabi dan Rasul.Dan ada beberapa alasan mengaapa seorang Muhammad pantas memegang predikat suri teladan yang baik: Pertama, amanah, yaitu terjaga lahir dan batinnya dari segala macam perbuatan dan mustahil berkhianat. Kedua, sidiq, yaitu jujur dan berkata benar.
Ketiga, fathanah, yaitu cerdas dan mustahil bodoh. Keempat, tabligh yaitu menyampaikan perintah Allah kepada manusia. Apabila Allah memerintahkan kita untuk meneladani Rasulullah, jelaslah sifat-sifat tersebut patut menjadi contoh bagi kita semua untuk kita teladani dan kita amalkan dalam setiap kehidupan.
Sifat Kepemimpinan Rasul
Muhammad saw di samping sebagai nabi dan rasul yang wajib tabligh, meyampaikan perintah Allah kepada manusia, beliau juga sebagai kepala negara yang wajib mengatur negara dan rakyat. Karena itulah diperlukan sifat-sifat tersebut yang mendukung bagi pelaksanaan tugas-tugasnya. Empat sifat itulah yang sangat diperlukan dalam memimpin umat.
Selain itu ditambahkan Sa’ad Abdul Wahid dalam syarat dan sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin selain empat sifat tadi. Mengutip dari pendapat Mawardi bahwa seorang pemimpin haruslah adil, memiliki pengetahuan yang luas, sehat anggota badan, memiliki pikiran yang cemerlang, memiliki keberanian dan orang yang berpendidikan atau cendekiawan.
Terlepas dari sifat tambahan tersebut, empat sifat-sifat Nabi dan Rasul tadi harus di prioritaskan. Sebab, empat sifat itulah syarat pokok yang harus diperhatikan dan diteladani oleh setiap pemimpin. Karena kita sadari juga setiap manusia tidak sesempurna Rasulullah.
Setiap orang mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Maka sangatlah sulit mencari pemimpin yang dapat memenuhi semua persyaratan tersebut. Pun, sifat-sifat Rasul yang perlu diteladani sebenarnya tidaklah terbatas pada sifat-sifat tersebut, melainkan banyak sekali sifat-sifat yang harus diteladani oleh setiap pemimpin, baik hubungan Rasul dengan Allah maupun hubungan Rasul dengan umatnya.
Gaya Hidup Rasulullah Sebagai Seorang Pemimpin
Nabi Muhammad dalam hal kepemimpinan, menjadi pemimpin agama baru yakni Islam dan sekaligus pemimpin negara Islam. Keduanya melebur menjadi satu dalam dirinya. Abdul Wahid Khan menceritakan dalam bukunya ciri khas gaya hidup Rasul memimpin terletak pada kesederhanaannya dan keramahannya.
Walau menjadi seorang pemimpin, Nabi tidak mempunyai istana yang megah, rumah-rumah besar ataupun penjaga untuk memberi kesan kebesaran kekuasaannya. Nabi seorang yang bersikap low-profil. Artinya tidak menunjukan perbedaan kasta antara yang di atas dan di bawah. Bahkan Nabi juga sering berkumpul bersama orang-orang faqir.
Nabi terbiasa mendatangi masyarakat lapisan bawah, sebagaimana beliau sendiri bagian dari masyarakat itu. Beliau adalah pribadi yang penuh cinta kasih pada sesamanya, bijaksana dan adil.
Sifat dan gaya kepemimpinan Rasulullah setidaknya dapat menjadi patron bagi pemimpin masa kini, khususnya di Indonesia. Pengangkatan seorang pemimpin tidak lagi mengenal kepantasan dan kewajaran seseorang diangkat sebagai pemimpin. Politik kotor yang menodai persaingan kekuasaan bagaikan karma sering terjadi benturan di sana sini antara pemimpin dan rakyatnya.
Hendaknya umat Islam betul-betul jeli dan obyektif dalam memberi amanah kepada seorang pemimpin. Figur kepemimpinan Rasul dapat menjadi acuan bagi kita yang diberi amanah dalam memimpin. Sikap dan gaya hidup Rasulullah bahkan seorang pemimpin negara bersifat unik dan tidak ada dalam sejarah dunia.
Editor: M. Bukhari Muslim
Leave a Reply