Apakah keberadaan Tuhan nyata? Jika ada kenapa tidak bisa dilihat panca indra? Pertanyaan itu sering dilontarkan oleh kaum agnostik terhadap entitas tuhan yang sering mereka ragukan. Sebagai kaum muslim meyakini adanya entitas yang menciptakan bumi dengan segala keindaahnya adalah hal yang wajib tanpa terkecuali. Seperti logika dasar yang sering dipaparkan oleh beberapa ulama, jika terdapat kopi di pagi hari setelah kamu bangun dari tidur, sedangkan tidak ada seorang pun di dalam rumah kecuali engkau, apakah hal tersebut dapat membuatmu yakin bahwa kopi tersebut ada dengan sendirinya, atau kamu janggal.
Akan tetapi seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, banyak orang-orang yang semakin meragukan terhadap keberadaan Tuhan. Mereka beranggapan bahwa bumi dan alam semesta ini terbentuk setelah adanya letusan besar yang terjadi sekian juta abad yang lalu. Dengan temuan sains tersebut, kaum agnostik beranggapan alam semesta ini tidak butuh pencipta dan terjadi kebetulan saja.
Pengertian Agnostik
Agnostik berasal dari kata Yunani a (tanpa) dan gignoskos (mengetahui). Menurut R.S. Sharma, istilah ini digunakan oleh Thomas Henry Huxley untuk menggambarkan pandangan bahwa keberadaan atau ketiadaan Tuhan tidak bisa diketahui atau dibuktikan. Peter A. Angeles juga mendefinisikan agnostik sebagai keyakinan bahwa manusia tidak dapat memiliki pengetahuan tentang Tuhan, sehingga mustahil untuk membuktikan apakah Tuhan ada atau tidak.
Istilah agnostik pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Henry Huxley pada tahun 1869 untuk menjelaskan pandangannya bahwa ia tidak memiliki pengetahuan tentang Tuhan. Kata ini berbeda dengan gnostic, istilah yang saat itu digunakan oleh pendeta gereja yang mengklaim memiliki pengetahuan tentang Tuhan.
Keberadaan Tuhan dalam Tafsir al-Qurthubi
Keberadaan Tuhan yang menjadi perdebatan antara kaum yang meyakini adanya tuhan (gnostic) dengan kaum yang tidak meyakini keberadaan Tuhan (agnostic) masih berlanjut hingga saat ini. Atas hal itu beberapa ulama dalam tafsirnya menjelaskan kenapa entitas tersebut tidak dapat dilihat oleh panca indra. Seperti pertanyaan kaum agnostik jika Tuhan itu ada, lantas mengapa tidak dapat dilihat?
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan kenapa Tuhan tidak dapat dilihat panca indra dalam QS. Al- An’am ayat 103:
لَا تُدْرِكُهُ الْاَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْاَبْصَارَۚ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ
“Dia tidak dapat dijangkau oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat menjangkau segala penglihatan itu. Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Teliti”.
Mengutip pendapat Ibnu Abbas:
وقال ابن عباس : لا تدركه الأبصار في الدنيا، ويراه المؤمنون في الآخرة
“(Dia Allah) tidak dapat dijangkau oleh mata di dunia, tetapi dapat dilihat oleh orang muslim di akhirat”.
Secara sederhana, jika Tuhan dapat dilihat sedangkan kita masih berada di dunia. Sama halnya menyamakan Tuhan dengan kita. Apa tidak menjadi pertanyaan yang lebih membingungkan jika entitas Tuhan ternyata memiliki sifat yang sama dengan mahluk-Nya. Terus apa bedanya tuhan dengan manusia?
Penyunting: Bukhari
Leave a Reply