Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Memaknai Kebohongan Perpekstif Islam

Kebohongan
Sumber: Google

Berbicara tentang kebohongan, sebagai manusia pada umumnya tidak ada satu pun manusia yang tidak pernah melakukan sifat yang satu ini. Namun, perlu diperhatikan juga dalam konteks apakah kita berbohong. Manusia seringkali terjerumus dalam sifat yang satu ini, entah tujuannya untuk kepentingan pribadi atau sekelompok orang.

Sifat bohong bisa datang kapan saja, dan dimana saja kala kita benar-benar mendesak untuk melakukannya. Berbohong artinya kita berbicara yang tidak sesuai fakta atau mungkin bisa diidentikkan dengan sifat mengada-ngada, yang pada akhirnya akan membuat rugi yang mendengar, lebih-lebih yang berbicara. Sehingga tidak jarang akibatnya adalah kerusakan dalam kehidupan bermasyarakat.

Berbohong yang Diperbolehkan oleh Rasulullah

Ketika mendengar kata bohong, tentunya terlintas di dalam benak kita tentang buruknya sifat yang satu ini. Bahkan Islam pun sangat membenci orang-orang berbohong, apalagi dalam konteks kepentingan duniawi. Bahkan tidak menutup kemungkinan pula dalam hal akhirat kita dilarang untuk berbohong.

Kebohongan sangat dibenci oleh Islam karena dilihat dari dampak yang ditimbulkan darinya, selain kita mendapatkan akibatnya di dunia tetapi kita juga akan merasakan di akhirat kelak. Bahkan sifat ini merupakan salah satu ciri orang-orang yang munafik, sebagaimana Rasulullah menegaskan tiga ciri orang tersebut. Pertama, apabila dia berkata dia berdusta, kedua, apabila dia berjanji dia mengingkari, dan ketiga, apabila dia dipercaya dia berkhianat. (HR. Bukhari dan Muslim)

Kriteria Bohong yang Dibolehkan

Ternyata, ada beberapa kriteria bohong yang diperbolehkan oleh Rasulullah dan tentunya diperbolehkan oleh Islam. Sebagaimana Ibnu Shihab berkata”Aku mendengar sesuatu yang diberi keringanan untuk berdusta di dalamnya kecuali pada tiga perkara, “peperangan, mendamaikan yang berselisih, dan perkataan suami pada istri atau sebaliknya dengan tujuan membawa kehidupan rumah tangga yang nyaman,” (HR. Bukhari no. 2692 dan Muslim no. 2605, lafazh Muslim).

Baca Juga  Teori Penggambaran Buah Khuldi Menurut Al Qu’ran dan Tafsir

Pertama, bohong dalam peperangan. Ketika seseorang menghadapi sekelompok musuh dalam peperangan, tentu mereka memerlukan strategi yang matang dalam mengelabui musuhnya. Dengan berbagai strategi yang telah dipersiapkan tak jarang pihak lawan terkecoh dengan kebohongan tersebut. Sehingga pada akhirnya kita memenangkan peperangan tersebut.

Kedua, mendamaikan orang berselisih. Artinya disini ketika ada dua orang saudara kita yang sedang berselisih mengenai suatu hal. Dan tak jarang perselisihan yang berawal dari sebuah obrolan, pada akhirnya berakibat pada pertengkaran diantara keduanya. Maka dari situlah peran pihak ketiga sangat diperlukan dalam mendamaikan keduanya. Entah dengan cara dia berbohong tentang hal apa saja yang mampu membuat permasalahan mereka selesai.

Ketiga, perkataan suami dan istri dalam berumah tangga. Mungkin mengenai kebohongan yang ketiga ini belum pernah saya praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada dasarnya saya sendiri belum berumah tangga, tetapi ini juga perlu saya perjelas lagi tentang pentingnya hal ini.

Seringkali di dalam kehidupan berumah tangga, pertikaian antar suami dan istri kerap terjadi. Entah, karena perbedaan pendapat dan pandangan mengenai suatu hal mereka lantas berselisih. Pada akhirnya membuat hubungan rumah tangga tidak harmonis. Sehingga perlunya kata bohong dalam jalan menuju keharmonisan dalam kehidupan berumah tangga.

Sifat Bohong yang Dilarang dalam Islam

Pada dasarnya, berbohong atau berkata dusta atau berperilaku tidak jujur dilarang dalam Islam. Alquran dan al hadits secara tegas mencela mereka yang suka berbohong. Alquran menganggap berbohong adalah perilaku orang yang tidak beriman.

Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong.” (Q.S. An-Nahl [16]:105). Dalam artian adalah bahwa kebohongan hanya diperbolehkan dalam waktu yang mendesak saja.

Baca Juga  Tafsir Kata Sabar, Benarkah Ada Batasnya?

Kita sebagai manusia yang telah diciptakan oleh Allah dengan segala kesempurnaan yang kita miliki, baik dari segi fisik maupun dalam segi akal pikiran kita. Betapa banyak orang-orang saat ini yang rela berbohong hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok, mereka tidak memikirkan apa akibat yang akan mereka terima baik di dunia maupun di hari pembalasan kelak.

Sebagai manusia, sudah sepatutnya kita untuk saling mengingatkan antara yang satu dengan yang lain. Agar terciptanya kehidupan yang nyaman baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun dalam konteks berbangsa dan bernegara. Aamiin

Editor: Ananul Nahari Hayunah

Mahasantri Pondok Hajjah Nuriyah Shabran sekaligus Mahasiswa Ilmu Alquran & Tafsir UMS