Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Memahami Konsep Kemandulan di dalam Al-Qur’an

Sumber: https://www.halodoc.com/

Pendahuluan

Kemandulan menjadi hal yang paling ditakuti bagi para calon suami-istri yang akan menikah. Karena ini akan menimbulkan banyak dampak negatif bagi keharmornisan rumah tangga. Sehingga, kemandulan seringkali menjadi penyebab bagi pasangan suami istri yang sudah menikah untuk bercerai.

Tidak hanya itu, terkadang kemandulan ini menjadi bahan ejekan bagi orang-orang disekitar. Sehingga, ini menjadi tekanan batin tersediri bagi orang yang mengalami kemandulan. Oleh sebab itu, penulis ingin mencoba menguraikan masalah ini dari sudut pandang Al-Qur’an.

Term kemandulan ini sebenarnya lebih menarik apabila dibahas dengan pendekatatan ilmu kesehatan dan kedokteran dibandingkan dengan ilmu keagamaan terutama Al-Qur’an. Tetapi, karena Al-Qur’an dalam beberapa ayat menyinggung masalah ini, maka menarik juga untuk dipaparkan dari sudut pandang tersebut.

Kemandulan menurut Al-Qur’an

Al-Qur’an menyebutkan bahwa sebenarnya Allah yang menganugerahkan keturunan kepada suami istri atau pun tidak memberikannya sama sekali. Hal ini difirmankan dalam ayat berikut.

Artinya: “kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”  (QS. Asy-Syura : 49-50)

Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa sebenarnya kemandulan itu merupakan sesuatu cobaan yang harus diterima oleh orang yang tertimpanya. Sekaligus, mengingatkan bagi orang yang mempunyai anak keturunan untuk sadar bahwa anak yang dimiliki oleh mereka baik itu laki-laki-atau perempuan bukanlah karena keperkasaan. Melainkan murni karena kuasa Allah SWT. Oleh Sebab itu, kata Ibnu Qayyim “hendaklah seorang hamba menerima apa yang dikaruniakan kepadanya”.

Baca Juga  Psikologi Penuaan dan Cara Menghadapinya dalam Al-Qur'an

Keteladanan Nabi Zakaria Menghadapi Kemandulan

Nabi Zakaria termasuk orang yang diuji oleh Allah sebagai orang yang lama dalam memiliki keturunan. Hal ini direkam oleh Al-Qur’an dalam surat Ali Imran dan surat Maryam.

Artinya: di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab. (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi Termasuk keturunan orang-orang saleh”. Zakariya berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?”. Berfirman Allah: “Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya”. (QS. Ali Imran :38-40)

Ayat di atas menginformasikan, bahwa yang mengalami kemandulan adalah istri Nabi Zakaria. Tetapi sikap Nabi Zakaria tidak membeci atau menyalahkan istrinya. Bahkan dalam doanya, dia menuding dirinya terlebih dahulu sebagai penyebab tidak memperoleh anak. Setelah itu, baru mengadukan keadaan istrinya (Quraish Shihab, 2004: 81).

Ayat diatas juga memberikan pemahaman bahwa dalam menghadapi ujian, doa merupakan senjata ampuh. Sehingga, dalam ayat yang lain Nabi Zakaria menyatakan bahwa dia selalu berdoa kepada Allah. Bahkan, sampai akhirnya Allah mengabulkan doanya untuk memilki keturunan. Walaupun usianya sudah tua dan istrinya sudah divonis sebagai orang yang mandul.

Artinya: ia berkata “Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. (QS. Maryam : 4)

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan singkat ini adalah bahwa sesungguhnya Allah yang Maha Kuasa yang menganugerahkan sesuatu kepada hamba-Nya termasuk keturunan. Dan Allah juga yang menguji hambanya dengan salah satu ujian dengan tidak dianugerahi keturunan. Meskipun demikian, Allah telah menceritakan bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya untuk menganugerahkan keturunan walaupun kepada orang yang sudah divonis mengalami kemandulan.

Baca Juga  Perdagangan Sebagai Jihad: Tafsir Surat As-Saff ayat 10-11