Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Melihat Titik Temu Pemikiran Sigmund Freud dan Al-Qur’an

Sigmund
https://www.idntimes.com/

Siapa yang tidak mengenal Sigmund Freud. Seorang tokoh fenomenal yang turut meramaikan gejolak intelektual pada abad pertengahan. Memiliki berbagai gagasan dari hal-hal yang bertemakan agama, teknologi, dan yang terbesar adalah psikolanalisis. Psikoanalisis merupakan kajian yang ia orientasikan kepada manusia dan seluk-beluknya. Freud mencoba menalangi kerancuan intelektual yang terepresentasikan dengan aliran humanisme, struktralisme, behaviorisme, dan fungsionalisme pada masa sebelumnya.

 Jika ditelaah lebih dalam, terdapat relevansi antara gagasan Freud, khususnya dalam ranah kepribadian, dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Pada pembahasan kali ini, penulis akan menghubungkan konsep id, ego, dan superego milik Feud dan ayat-ayat yang bertemakan manusia.

Biografi Singkat

Sigmund Freud lahir dengan nama asli Sigismund Schlomo Freud. Ia dilahirkan di Freiberg pada tanggal 6 Mei 1856 dan mengakhiri hidupnya di London umur 83 tahun 1939. Seorang Austrian ini berkebangsaan Yahudi sekaligus pendirialiran psikoanalisis dalam bidang psikologi. Ayahnya, Jacob Freud, merupakan seorang yang berprofesi pedagang dan ibunya adalah wanita cantik yang berpawakan tegas, keras, dan disiplin (Ernest Jones, Dunia Freud: Sebuah Biografi Lengkap, 27)

Sigmund Freud menempuh pendidikan di sebuah tempat yang setingkat dengan sekolah menengah atas, yaitu gymnase. Dalam proses pendidikannya tersebut, Freud mendapatkan pelajaran klasik mengenai kebudayaan Yunani dan kebudayaan Ronmawi Kuno. Selama itu pula, Freud mendapatkan pelajaran Bahasa seperti Latin, Perancis, Bahasa Inggris. Selain itu ia juga mendapatkan pemahaman keagamaan dari rumah dengan mempelajari Ibrani, bahasa Italia, dan Spanyol.

Sebagai seorang ilmuwan, tentunya Freud banyak melahirkan karya-karya penting, diantranya Studies on Hysteria (1895). Sedangkan teori terbesarnya, psikoanalisis, ia kodifikasikan pada tahun 1896. Dalam gagasannya, Freud mencoba membuka tabir pusat kesadaran manusia, yang nantinya ia bahasakan dengan tiga konsep kesadaran, yaitu id, ego, dan superego.

Konsep Psikoanalisis Sigmund Freud

Di atas, telah dipaparkan bahwa ketiga konsep diatas, yang terungkus dalam cabang psikoanalisis, merupakan salah satu temuan Freud yang paling monumental. Karena ia berusaha menelaah pola tingkah laku manusia dalam menganaggai segala stimulus yang masuk. Di sini, penulis ingin memaparkan seacara singkat dan padat.

  1. Id

 Dalam bahasa Jerman das es, yang artinya adalah the it. Merupakan sistem kepribadian yang ada sejak lahir. Di dalam id memuat insting yang tidak pernah dewasa, dalam artian bersifat naluriah, instingtif, dan primitif. Id beregulasi berpedoman kenikmaran (pleasure principle) atau mengurangi rasa sakit serta ketegangan. Id bersifat amoral, tidak logis, dan susah diatur dan penuh energi, yang mencurahkan semata-mata untuk memenuhi prinsip kesenangan. Selain itu, teritoarial id tidak terjangkau oleh pikiran alam sadar

  • Ego

Ego merupakan pengendali dari id, yang notabene bersifat amoral dan responsif. Id yang tidak terkontrol maka akan menjadi momok menakutkan bagi sekitar, serta akan membawa dampak buruk bagi tatanan nilai moralitas. Cara bekerja ego sesuai dengan rasionalitas akal. Ego seperti halnya kontrol eksekutif bagi manusia, yaitu yang menggerakkan diri manusia sesuai dengan tuntutan id. Akan tetapi ego memiliki kemampuan untuk memilah, apakah hal itu perlu dilaksanakan atau diabaikan. Peran utamanya adalah untuk memerantarai kebutuhan-keutuhan instingtif dengan keadaan lingkungan demi kepentingan moralitas (Sumadi Suryabanta, Psikologi Kepribadian, 127).

  • Super-ego

Jika id bersifat amoral dan ego bersifat realistis, maka super-ego merupakan landasan moral dalam diri manusia. Super-ego mewakili prinsip moral yang dan ideal yang berlaku di lingkungan. Di dalam super-ego terdapat dua hal, yaitu nurani dan ego ideal. Penggunaan super-ego berpusat kepada penyempurnaan terhadap perilaku manusia, yang membawa perilaku manusia tidak bertentanga dengan nilai moral sekitar. Super-ego menilai baik buruknya, benar salahnya, moral amoralnya. Pemilihan inilah yang merupakan soulsi bagi ego dalam memberi keputusan atas tuntutan id. (Husin, Id, Ego, dan Superego, 53)

Baca Juga  Pesan Taqwa dan Implikasi Sosial Tauhid

Tinjauan Pemikiran Sigmund Freud dalam Al-Qur’an

Secara singkat telah diurai gagasan Sigmund Freud perihal kepribadian manusia. Jika ditelaah lebih radikal dengan terma-terma yang terdapat dalam Al-Qur’an maka setidaknya kita akan menemukan kesesuaian di dalamnya. Id yang mengarah kepada nafsu kenikmatan maka akan cocok jika dikorelasikan dengan konsep nafs dalam Al-Qur’an. Ego yang bertugas memilah tindakan maka condong kepada terma akal. Sedangkan super-ego sebagai landasan nurani lebih dekat dengan terma hati. Untuk menjelaskan lebih detailnya, mari kita simak….

  1. Nafs

Dalam skala besar, lafadz nafs ditujukan kepada diri manusia, setidaknya ditemukan 4 makna yang didapati dari Al-Qur;an yaitu nafsu, jiwa, nafas, dan tubuh (Baharudin, Paradigma Psikologi Islam, 94).

Jika kita sejajarkan dengan pemikiran Freud, maka akan cenderung mengarah kepada nafs yang berhubungan dengan hawa nafsu. Hawa nafsu sendiri merupakan dorongan dalam diri manusia yang bersifat halus dan telah diciptakan Allah sejak lahir, begitu halnya dengan id. Pada dasarnya nafsu dibedakan menjadi 3 yaitu amamrah, lawwamah, dan muthmainnah. Dari ketiga ini yang memiiki keterkaitan dengan pemikiran Freud, id, adalah al-Nafs al-Lawwamah, yaitu yang cenderung kepada pencarian kenikmatan.

Antara ‘Aql dan Ego

  • ‘Aql

Di atas, telah diurai bahwa ego adalah penggerak manusia yang mampu untuk memilah mana yang harus dilakukan atau dijauhi. Dalam proses pemilahan, mestinya terdapat jalan rasionalitas di dalamnya, Maka dari itu, ego bisa dikaitkan dengan konsep keberfikiran. Dalam Al-Qur’an terma keberfikiran variatif, seperti ‘aql, fikr, dzikr, fahm,’ilm, dan masih banyak lagi. Setidaknya, lafadz ‘aql sudah mampu mewakili beragai terma tersebut.

Lafadz ‘aql tendensinya adalah berfikir rasional yang mengoptimalkan daya pikir dalam memahami sesuatu, yang pada akhirnya mengarah pada keoptimalan atas pengambilan keputusan. Abbad Mahmud al-‘Aqqad berpendapat bahwa ‘aql merupakan penahan hawa nafsu. Artinya, akal bisa menjadi benteng dari syahwat jika diimplementasikan dengan tepat. (Dadang Mahdar, Kedudukan Akal dalam Al-Qur’an, 61).

  • Qalb

Gagasan terakhir dari Freud adalah superego, yaitu naluri dalam diri yang berpegang pada prinsip-prinsip moral. Qalb, secara etimologi berarti hati. Sedangkan dalam Al-Qur’an terdapat beberapa lafadz yang memiliki arti ‘hati’, diantaranya, fu’ad, shadr, dan lubb. Penciptaan hati merupakan ciptaan terbesar dari elemen-elemen tubuh manusia. peran utama hati adalah untuk mampu mengerti, memehami, menerima, dan mencapai kebijaksanaan dalam hidup. Hidup yang bijak, terepresentasikan dengan tingkah laku yang baik dan tidak menyalahi aturan moral yang berlaku,

Baca Juga  Mentadaburi Al-Qur’an Sebagai Kitab Dialog (5)

Kesimpulan

Al-Qur’an merupakan kumpulan teks ilmu yang menggagahi seluruh jenis ilmu pengetahuan. Tidak ada ilmu yang terabaikan dari Al-Qur’an, tidak terkecuali konstruksi ilmu Sigmund Freud. Jika kita analisis secara mendalam, maka gagasan Freud mengenai psikoanalisis bisa direlevansikan dengan terma Al-Qur’an. Diantaranya, id dengan nafs, ego dengan ‘aql, dan super-ego dengan qalb.

Penyunting: Bukhari