Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Manuskrip Al-Quran Sebagai Produk Interaksi Manusia dan Al-Quran

Manuskrip
Gambar: Foto Pribadi Via Kamera Ketika Penelitian Manuskrip di Gunung Kidul

Dalam kamus KBBI manuskrip adalah naskah tulisan tangan yang menjadi kajian filologi. Sedangkan menurut Oman Fathurraman manuskrip adalah naskah tulis tangan di atas sebuah media seperti kertas, papirus, daun lontar, dan kulit. (Filologi dan Islam Indonesia, hlm. 4).

Manuskrip merupakan sebuah warisan yang sangat penting dan berharga dalam peradaban Islam di Nusantara. Keberadaannya sebagai salah satu warisan sejarah menjadikannya memiliki peranan vital dalam peradaban. Terdapat berbagai macam jenis manuskrip yang ada di Nusantara, bahkan di dunia. Salah satunya adalah manuskrip mushaf al-Qur’an.

Manuskrip Al-Qur’an di Nusantara

Pada tahun 2019 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) menemukan sekitar 400-an manuskrip al-Qur’an yang tersebar di Nusantara. Keberadaan manuskrip tersebut menjadi sebuah fakta yang tidak terbantahkan tentang proses penyebaran agama Islam di seluruh Nusantara.

Henri Chambert-Loir dan Oman Fathurahman dalam Khazanah Naskah: Panduan Koleksi Naskah-naskah Indonesia Sedunia mencatat bahwa di Indonesia terdapat beberapa lembaga yang menyimpan manuskrip mushaf al-Qur’an, yaitu Bayt al-Qur’an, Museum Istiqlal Jakarta dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang menyimpan 11 naskah 9 di antaranya adalah naskah al-Qur’an. Saat ini masih banyak manuskrip yang tersebar di Nusantara baik yang ada di museum dan perorangan.

Interaksi Al-Qur’an dan Manusia Perspektif Neal Robinson

Manuskrip al-Qur’an muncul seiring dengan berjalannya proses islamisasi di Nusantara. Ia merupakan hasil dari interaksi antara masyarakat muslim dan al-Qur’an pada waktu itu. Interaksi tersebut menjadi sebuah bentuk pengalaman beragama yang sangat bernilai karena telah membawa pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan. pengalaman beragama tersebut dapat diekpresikan dalam berbagai bentuk seperti lisan, tulisan, perbuatan, pemikiran, pengalaman emosional dan spiritual.

Neal Robinson dalam Discovering The Qur’an merekam fenomena masyarakat muslim dalam berinteraksi dengan al-Qur’an. menurutnya terdapat tiga fenomena yang ada disebuah komunitas dalam menyikapi al-Qur’an. Pertama, mendengarkan al-Qur’an (listening to the Qur’an). Kedua, menghafal al-Qur’an (Having the Qur’an by heart). Ketiga, al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari (the Qur’an in everyday life).

Dari Interaksi Menuju Literasi

Ketika Islam masuk dan diperkenalkan di sebuah daerah maka secara tidak langsung memunculkan sebuah Interaksi antara masyarakat muslim dan al-Qur’an. Di sana al-Qur’an memposisikan dirinya sebagai sebuah bacaan. Selanjutnya posisi tersebut akan bergeser menjadi sebuah teks atau tulisan karena secara otomatis masuknya Islam akan membawa sebuah efek literasi disekitar masyarakat. Seperti belajar membaca dan menulis al-Qur’an.  

Baca Juga  Kloning Manusia Perspektif Al-Qur'an

Teori Neal Robinson di atas senada dengan proses islamisasi di Nusantara. Seseorang yang telah masuk Islam maka dia dituntut untuk mengenal rukun Islam, syahadat dan hal-hal yang berkaitan tentang keislaman. Dilanjutkan dengan mempelajari rukun Islam yang kedua yaitu shalat yang mana didalamnya terdapat ayat-ayat al-Qur’an.

Sebelum melakukan shalat mereka akan di tuntun sekaligus belajar membaca dan  menghafal surah-surah pendek untuk dibaca ketika shalat. Surah al-Fatihah misal. Di sinilah dua teori Neal Robinson Listening to The Qur’an dan Having the Qur’an by Heart terjadi. Itulah mengapa Neal Robinson memandang bahwa menghafal al-Qur’an sangat penting bagi seorang muslim. Karena baginya al-Qur’an adalah bagian dari shalat.

Ketika dua hal tersebut telah dilakukan oleh seorang muslim, maka muncul fenomena the Quran in everyday life (al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari). Selain menghadirkan al-Qur’an dalam bentuk lisan dan perbuatan, umat Islam juga menghadirkan al-Qur’an dalam bentuk tulisan seperti proses belajar mengajar al-Qur’an yang kemudian dilanjutkan dengan penyalinan.

Biasanya, penyalinan al-Qur’an terjadi dikarenakan kurangnya sarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar karena seiring berjalannya waktu santri yang belajar mengaji lambat laun akan bertambah banyak. Ketiga teori Neal Robinson tersebut merupakan sebuah fenomena interaksi manusia dan al-Qur’an dan juga merupakan bagian dari proses islamisasi di Nusantara yang pada akhirnya akan melahirkan salinan manuskrip mushaf al-Qur’an. Wallahu a’lam bish-shawab

Penyunting: Bukhari