Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Makna Kehidupan Bermasyarakat (2)

Kehidupan
Sumber: Unsplash.com

Kewajiban yang paling utama dalam bermasyarakat ialah menghormati orang lain dalam kehidupannya, kemerdekaannya dan pribadinya, serta hormat pula pada kepercayaan dan hak miliknya. Dia pun berlaku demikian pula kepada kita, diri, hak milik, kemerdekaan dan kepercayaan yang kita anut. Menghormati kehidupan manusia itu adalah tujuan yang terutama dari hukum keadilan.

Allah memberi kita rohani dan jasmani. Dengan rohani dan jasmani itu kita juga diberi hak di dalam kehidupan. Tak seorang pun di antara sesama manusia berhak menganggu kehidupan yang dianugerahi Allah. Nyawa akan bercerai dari badan, tidak ada yang berhak menceraikan, melainkan yang memberi anugerah itu sendiri. (Buya Hamka, Falsafah Hidup, hal 319).

Lebih lanjut, Buya Hamka mengatakan, pendeknya, bahwa membunuh tidak boleh, diharamkan oleh agama dan dihukum oleh hukum yang ada. Kalau ada utang jiwa harus dibayar dengan jiwa, hanya hakimlah yang berhak menuntutkan hukuman yang semestinya. Kecuali kalau terdesak, mempertahankan diri atau pembunuhan yang tidak disengaja.

Manusia dalam Pandangan Hukum Keadilan

Demikian mahalnya harga manusia menurut pandangan hukum keadilan. Sebagaimana wajibnya menghargai jiwa manusia, wajib pula menghargai kemerdekaan manusia. Supaya dia bebas melakukan apa yang disukainya. Kita dilarang mengikat kebebasan orang lain, orang yang mencoba mengurung orang lain atau mengikatnya pada suatu tempat bisa dijatuhi hukuman, walaupun orang yang dikurung itu gila. Sebab yang berhak menghukum, mengungkung, dan membatasi kemerdekaan orang hanyalah pemerintah untuk menjaga ketentaraman masyarakat bersama. (hal 324).

Keadilan menjaga nasib manusia, menurut pandangan hukum keadilan, tidaklah adil apabila orang yang banyak uang mengekploitasi tenaga si miskin, atau orang yang pintar memperkuda tenaga si bodoh buat keperluan sendiri. Itu hanya memperbaiki kedudukan dirinya, bukan memperbaiki masyarakat. Selain itu hendaklah manusia menghormati kehormatan sesama manusia.

Baca Juga  Kehidupan Manusia Dalam Pandangan Buya Hamka dan Al-Ghazali

Tidak ada satu sebab buat kita menghinakan dan merendahkan derajat orang. Jika orang mempunyai rahasia, tidak ada satu sebab yang membolehkan kita membuka rahasia itu. Orang yang tidak menghormati diri orang lain, tidak pula berhak menerima kehormatan orang terhadap dirinya. (Buya Hamka, Falsafah Hidup, hal 325).

Pemikiran Hatta Tentang Manusia

Menurut Hatta. “bila manusia hidup seorang diri, ia akan mati karena rindu”. Inilah inti dari konsep pemikiran Hatta tentang manusia. Manusia dari kodratnya adalah mahkluk sosial. Manusia tidak bisa hidup seorang diri. Manusia hanya berarti, bermakna, dan ada dalam relasinya dengan yang lain. Hal yang sama diyakini, dihayati, dan di ajarkan oleh Hatta.

Hatta memang tidak pernah setuju dengan paham individualisme. Dalam tulisannya yang berjudul Harapan Dan Kewajiban Rakyat di Masa Datang, Hatta berkata: “sejak dari mulanya, manusia hidup berkaum-kaum dan berkampung-kampung. Tak pernah ia hidup seorang diri. Penghidupan manusia berdasarkan kemasyarakatan! Orang-orang akan mati karena rindu jika ia hidup terpencil dengan seorang diri saja. Kita tidak dapat mengirakan adanya manusia dengan tidak ada masyarakat”. (hal 110).

Hatta mengatakan, bahwa kodrat manusia itu mulanya hidup berkaum-kaum dan berkampung. Sejak zaman dahulu hingga sekarang kecenderungan hidup berkaum dan berkampung sangat tampak dan terasa. Di kota kota, orang yang berasal dari satu kamu cenderung membntuk persekutuan. Mereka yang berada di perantauan, bila berasa dari satu daerah yang sama, biasanya membentuk pemukimannya sendiri. (hal 112). 

Rakyat Indonesia tidak mudah meninggalkan sifat kolektifisme. Rasa bersama telah mendarah daging dalam sanubari setiap manusia indonesia. Hatta yakin akan hal ini. Namun sayangnya, rasa bersama itu hanya ada dalam diri rakyat, dan tidak pernah dimiliki oleh pejabat di atasnya dari dahulu hingga sekarang. Para pejabat mementingkan kekuasaan, otokrasi, dan individualisme. Celakanya lagi, rakyat dengan aneka keterbatasannya, cenderung mengikuti kehendak pejabat. Dengan demikian, kedaulatan rakyat sulit terwujud. (Mohammad Hatta, Biografi Singkat 1902-1980, hal 112). 

Baca Juga  Teori Tafsir Fazlur Rahman: Penggerak Kebangkitan Pendidikan Islam

Manusia dalam Kehidupan Bermasyarakat

Al Ghazali menegaskan, bahwa manusia dalam kehidupan bermasyarakat didorong oleh adanya penyebab utama, yaitu:

Pertama, karena ia mebutuhkan keturunan untuk melanjutkan perjuangan dan sejarah hidupnya di dunia. Hal ini mendorong umat manusia untuk berkumpul dengan lain jenis, yang sekaligus bermasyarakat pula.

Kedua, oleh karena manusia diciptakan sebagai makhluk soaial, maka mau tidak mau harus membutuhkan pertolongan orang lain, baik di dalam mencari rezeki, menyediakan makan, pakaian, pendidikan dan lain sebagainya. Kedua sebab di ataslah yang mendorong manusia harus hidup bermasyarakat. Untuk mewajudkan kesejahteraan lahir dan batin, ketenteraman di kalangan mereka.

Manusia yang hidup bersama dalam masyarakat tidak bisa hanya bersama-sama hidup. Relasi satu sama lain mengandaikan adanya aturan, tata hidup bersama. Aturan atau sistem tata hidup bersama itu lantas biasa disebut politik. Hidup manusia akan berarti ketika ia berelasi dengan sesamanya. Relasi itu tidak hanya demi kemajuan pribadi, melainkan juga untuk kemajuan bersama. Manusia sebagai pribadi akan berdosa kepada masyarakat kalau ia memikirkan kepentingannya sendiri. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang untuk berusaha menyempurnakan masyarakat dengan penuh tenaganya. Sebaliknya, masyarakat secara politis bergantung pada masing-masing pribadi.

Dengan demikian bahwa, manusia Indonesia pada dasarnya sangat menjunjung tinggi kolektivitas, rasa kebersamaan. Rasa bersama sebagai kaum dan kampung sangat nyata dalam aneka kegiatan masyarakat. Mereka selalu memakai mekanisme rapat, musyawarah, dan mufakat untuk memilih kepala suku atau kepala kampung.

Hal yang sama juga dilakukan untuk memutuskan suatu persoalan hidup bersama, rasa bersama juga tampak dalam kegiatan gotong royong dan saling tolong menolong sau sama lain. Oleh sebab itu, penataan hidup bersama bukan hanya demi kesejahteraan ekonomi, melainkan juga demi kesejahteraan sosial.

Baca Juga  Makna Kehidupan Bermasyarakat (1)

Editor: Ananul Nahari Hayunah