Kurang lebih dari 5000 anak muda di dunia mencemaskan perihal jodoh. Ada yang mencari solusi melalui internet (mengikuti ajang pencarian jodoh). Ada juga yang datang ke ustadz/ustadzah untuk dicarikan jodoh yang sholeh/sholehah, dan ada yang memperbaiki diri untuk menjemput jodohnya. Artikel ini membahas jodoh dalam penafsiran ayat ke-26 surat An-Nur.
Anak Muda dan Jodoh
Semua itu gampang bagi Allah untuk menggerakkan hati sekian ribu hambanya. Kalau ribuan orang Allah mampu gerakkan hatinya untuk mendatangi kajian ustadz Adi Hidayat. Bagaimana dengan hanya satu orang, untuk kemudian datang ke rumah, membawa seperangkat seserahan, lalu ijab qabul?
“Perbaiki diri dulu aja. Kalau kamu baik, pasti jodohnya baik. Jodoh itu cerminan diri”
Kalimat-kalimat di atas sering kali bergema di telinga orang-orang yang sudah matang untuk menikah. Namun, belum bertemu dengan jodohnya. Stigma masyarakat beranggapan bahwa orang baik akan berjodoh dengan orang yang baik, begitupula sebaliknya. Kalau kita telusuri lebih mendalam, stigma masyarakat ini berdasarkan acuan dari Q.S. An-Nur (24): 26, yang berbunyi
اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ ࣖ ٢٦
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”
Penafsiran Ayat
Menurut penafsiran Syaikh Jalaludin al-Suyuti, ayat ini tidak langsung berkolerasi dengan pemahaman penemuan jodoh, baik ketemu baik, jelek ketemu jelek. Akan tetapi lebih menekankan tentang pembebasan atas tuduhan Sayyidah Aisyah yang dituduh oleh kaum munafik berzina dengan Soffan bin Al-Muwatha’.
Kejadian ini bermula ketika Sayyidah Aisyah ikut dalam salah satu peperangan Rasulullah SAW. Dalam perjalanan, Aisyah meminjam perhiasan milik kakak perempuannya yang bernama Asma’ binti Abu Bakar. Ketika perjalanan pulang, nabi dan para pasukannya berhenti di suatu tempat yang layak digunakan untuk beristirahat. Setelah turun dari unta yang ia naiki, Aisyah langsung pergi ke belakang mencari tempat untuk buang air. Dia pun melepas kalung yang ia pinjam dari kakaknya tersebut.
Namun, ketika Kembali ke rombongan, ia melupakan kalung yang dilepasnya ketika hendak buang air. Aisyah pun kembali ke tempat tersebut untuk mengambil kalungnya yang ketinggalan. Dan ketika ia sudah mengambil kalungnya yang ketinggalan, ternyata nabi dan pasukannya sudah pergi melanjutkan perjalanannya. Aisyah rupanya ditinggal seorang diri. Ia lantas menunggu di tempat tersebut tanpa pergi kemana-mana sambil duduk berselimut kain kerudungnya. Ia berharap ada sahabat nabi yang meronda berkeliling ke daerah tempat ia ditinggal oleh rombongan.
Dan benar saja, ada sahabat nabi bernama Shoffan bin Muwatta’ yang meronda dan menemukan Aisyah sedang sendirian di tempat tersebut. Singkat cerita, Shoffan membawa Aisyah menyusul rombangan nabi. Dan disitulah kaum munafik memprovokasi adanya perzinaan diantara mereka.
Tafsiran Mufrodat QS. AN-Nur (24): 26
اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ : Kata-kata kotor/kalimat yang tak pantas hanya akan keluar dari mulut orang yang kotor, yang tidak baik juga, yang bersumber dari bisikan syaithan.
وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ : Karakteristik orang-orang yang kotor memang senantiasa melahirkan kata-kata yang tidak pantas.
وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ : Kalimat yang baik, karakteristiknya akan keluar dari manusia yang berkarakter moral yang baik, yang mempunyai kebeningan hati, kesucian jiwa
وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ : Orang mulia/baik hati, karakterisitiknya mengeluarkan kata-kata yang indah, menyenangkan, yang bernilai kemuliaan.
Dari kosa kata yang dijabarkan oleh QS. An-Nur diatas, mempunyai kolerasi dengan asbabun nuzul ayat, yaitu barang siapa yang menuduh Aisyah berzina, sama saja ia mencela Rasulullah, bahwa Rasulullah bukan orang baik dan suka berzina. Karena konteksnya “Orang jahat akan mendapatkan orang yang jahat pula.” Konteks ayat ini turun bermaksud tentag pembebasan atas tuduhan terhadap Sayyidah Aisyah.
اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَ : Maka orang yang tertuduh (korban hoaks), mereka dibersihkan dari tuduhan (yang dimaksudkan oleh ayat ini) sekaligus menegaskan pembebasan dan pengakuan Allah mengenai sayyidah Aisyah dan keluarga besar Rasullulah dari hoax keluarga mereka.
Kesabaran dalam respon tuduhan terhadap mereka, dijanjikan oleh Allah mendapat ampunan terbaik, dan rezeki yang mulia berupa surga saat kembali kepada Allah. Dengan tetap mencari bukti yang benar, sehingga bisa menjawab tuduhan secara elegandan benar. Maka (mereka) orang-orang tersebut berpeluang terbebas dari dosa dan keburukan.
Pandangan Jodoh Menurut QS. AN-Nur (24): 26
Memang ada sebagian dari kalangan tafsir yang menarik ayat ini dalam keumuman makna mengenai keberpasangan dalam berumah tangga. Baik ketemu baik, Jelek ketemu jelek. Sekilas memang terlihat ada kebenaran dari segi penafsiran yang dimaksudkan. Orang-orang yang berkumpul di tempat baik cenderung akan memilih pasangan yang baik pula.
Namun ini bisa menjadi problem ketika ada yang menduga pasangannya baik, ternyata setelah menikah tidak seperti yang digambarkan, dirinya sudah baik namun pasangan belum terlihat baik seutuhnya. Bila kemudian dikaitkan dengan ayat yang dimaksudkan disini kemudia problem penfsiran itu menjadi penting untuk diurai dan diberikan solusinya. Untuk itu para ulama lebih menarik ayat ini sesuai dengan konteks Aisyah dibandingkan dengan membawanya ke aspek jodoh.
Ada ayat ayat lain yang menjawab permasalahan jodoh yang dimaksud. Bahkan memberi contoh dan isnpirasi kepada kita. Bisa jadi orag yang mengharapkan pasangan ideal setelah menikah mendapati pasangannya berbeda jauh dari harapan. Maka cara memaknainya berdasarkan ayat-ayat lain, seperti ayat yang menunjukkan kesabaran Asiah saat berumah tangga dengan Firaun, ataupun di level nabi, seperti Nabi Nuh, Nabi Luth, bagaimana menghadapi istri-istri mereka yang bahkan jauh dari harapan.
Maka Islam mengajarakan bersabar, berprasangka baik kepada Allah. Boleh jadi yang kurang baik dititipkan kepada kita supaya kita bisa membingbingnya ke jalan yang lebih baik lagi. Dan boleh jadi disitulah ruang kesabaran yang mendekatkan diri keluarga kepada Allah SWT.
Penyunting: Ahmed Zaranggi
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.