Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Lebih Dekat Dengan Sains Melalui Tafsir Al-Jawahir

Al-Jauhari
Sumber: https://risalah.id/

Al-Qur’an memang bukan kitab rujukan sains, namun dalam Al-Qur’an memuat berbagai informasi mengenai sains. Kehidupan modern dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin membuktikan kehebatan Al-Qur’an dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Salah satu usaha mengungkap kehebatan Al-Qur’an tersebut dalam penafsiran Al-Qur’an secara al-‘ilmi. Banyak menguraikan pembahasan tentang ayat-ayat sains menggunakan teori ilmu pengetahuan modern. Hasil riset ilmiah untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an serta memadukan tafsir Al-Qur’an dengan penjelasan ilmu sains. Sebagaimana tafsir Al-Jawahir.

Tafsir al-‘ilmi berusaha menggali dimensi keilmuan dan menyingkap rahasia kemukjizatannya terkait informasi-informasi sains yang mungkin belum diketahui manusia pada masa turunnya. Sehingga menjadi bukti kebenaran bahwa Al-Qur’an bukan karangan manusia, namun wahyu Allah pemilik alam semesta. Salah satu kitab tafsir yang akan mengantarkan kita lebih dekat dengan sains yaitu tafsir Al-Jawahir karya Tanthawi Jauhari.

Biografi Tanthawi Jauhari

Al-Jawahir merupakan kitab tafsir yang ditulis oleh Tanthawi bin Jauhari al-Misri. Di desa ‘Iwadhillah Hijazi bagian timur Mesir, disinilah tanthawi Jauhari dilahirkan tepatnya pada tahun 1287 H/ 1870 M. Tanthawi Jauhari terlahir dari keluarga yang sederhana, ayah Tanthawi Jauhari berprofesi sebagai seorang petani. Dalam suasana keluarga seperti ini justru membuat Tanthawi Jauhari tumbuh menjadi pribadi yang cinta agama. Dengan merenungi alam semesta beliau memotivasi umat islam agar memiliki iman yang kokoh.

Tanthawi Jauhari memulai pendidikannya di madrasah hukumiyah, yang kemudian melanjutkan sekolah di Al-Azhar. Tanthawi Jauhari sangat menekuni ilmu-ilmu agama selain itu juga sangat memperhatikan pendidikan Bahasa Inggris. Ini menjadi faktor dalam wawasan dan pengetahuan ilmiahnya. Pendidikan yang ditempuhnya menjadikan Tanthawi Jauhari menjadi seorang yang menganut mazhab Syafi’i al-Asy’ari.

Tanthawi Jauhari merupakan seorang filsuf dalam dunia modern islam. Tanthawi Jauhari aktif mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, baik melalui buku-buku maupun melalui majalah dan surat kabar. Di samping itu, beliau selalu aktif menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah dalam berbagai bidang. Tanthawi Jauhari tertarik pada ilmu fisika. llmu yang dipandangnya menjadi penangkal atau penangkis kesalahpahaman orang yang menuduh Islam menentang ilmu dan teknologi modern.

Baca Juga  Ramadan Ghana: 3 Implementasi Hadis Nabi dalam Lagu Maher Zain

Tanthawi Jauhari dikenal dengan semangat keterbukaan yang selalu beliau dengungkan. Ia adalah figur penyokong gerakan Ikhwanul Muslimin yang baru lahir, sebelum ditunjuk sebagai pemimpin redaksi di surat kabarnya yaitu pada 1930. Semangat yang selalu beliau kobarkan, beliau menulis sebuah kitab tafsir yang banyak berbicara mengenai keajaiban makhluk Allah.  Tanthawi Jauhari meninggal pada tahun 1358 H/ 1940 M di Kairo. Tanthawi Jauhari telah menulis tidak kurang dari 30 judul buku, sehingga dikenal sebagai tokoh yang menggabungkan dua peradaban, yaitu agama dan perkembangan modern.

Metodologi dan Penafsiran Tanthawi Jauhari

Diantara karya Tanthawi Jauhari yang banyak dalam berbagai bidang, karya yang terkenal dalam bidang tafsir yaitu Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, yang biasanya dikenal dengan tafsir Al-Jawahir. Tanthawi Jauhari melihat bahwa Al-Qur’an memuat himpunan ayat-ayat mengenai keajaiban dan keindahan alam semesta. Keajaiban dan keidahan tersebut oleh Tanthawi Jauhari dianalogikan seperti mutiara-mutiara (al-Jawahir) yang gemerlap, kemudian memunculkan intan yang berkilau. Maksud dari penganalogian tersebut adalah Al-Qur’an mengandung isyarat ilmiah dan pengalihan segala ilmu pengetahuan.

Tanthawi Jauhari sangat tertarik dengan keindahan alam dan temuan ilmiah, beliau menemukan kurang lebih 750 ayat Al-Qur’an berkaitan dengan sains dan 150 ayat berkaitan dengan fiqih. Penulisan tafsir Al-Jawahir, Tanthawi Jauhari bermaksud mendorong kaum muslim melakukan kajian tentang sains. Dengan demikian, islam akan menjadi lebih unggul dari Negara-negara barat dalam berbagai bidang.

Mufasir dalam menafsirkan Al-Qur’an mengunakan metode sangat beragam, tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan pada setiap metodenya. Tanthawi Jauhari dalam kitab tafsirnya mengunakan metode tahlili. Metode tahlili atau bisa disebut dengan metode analitik; metode dimana seorang mufasir berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai aspek, mulai dari aspek bahasa, asbab an-nuzul, munasabah dan aspek lain. Tanthawi Jauhari dalam tafsirnya mengunakan sumber penafsiran bi al-Ra’yi yaitu tafsir yang didasarkan pada nalar atau pengetahuan. Selain itu, tafsir Al-Jawahir mengunakan corak al-‘ilmi. Tafsir Al-Qur’an yang berusaha memahami ayat-ayat Al-Qur’an secara ilmiah dengan perspektif ilmu pengetahuan modern.

Baca Juga  Rasulullah: Wirausahawan Teladan Penuh Akhlak
***

Untuk membuktikan tafsir Al-Jawahir ini mengunakan sumber penafsiran. Serta corak seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya, berikut contoh penafsiran Tanthawi Jauhari pada QS. An nur: 43.

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُزْجِيْ سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَه ثُمَّ يَجْعَلُه رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِه وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ جِبَالٍ فِيْهَا مِنْۢ بَرَدٍ فَيُصِيْبُ بِه مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَصْرِفُه عَنْ مَّنْ يَّشَاۤءُۗ يَكَادُ سَنَا بَرْقِه يَذْهَبُ بِالْاَبْصَارِ

Artinya: “Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya. lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit. (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan”

Pada ayat QS. An nur: 43 menjelaskan proses turunnya hujan.  Tanthawi Jauhari dalam menafsirkan surat An-Nur diawali dari (اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُزْجِيْ سَحَابًا) Allah menyebutkan dalam suatu perumpamaan; bahwa awan itu berada di atas gelombang yang menumpuk yang mana dapat menambah kegelapan (dikarenakan tertutupi awan). Kemudian dari awan tersebut turunlah hujan serta butiran-butiran es dari gumpalan awan yang seperti gunung-gunung. Hal ini disebabkan jika uapnya naik dan mencapai lapisan udara yang tertinggi/ dingin maka air tersebut berkumpul disana dan menjadi awan yang selanjutnya menjadikan hujan es yang menetes membasahi bumi. Tapi jika hujan es meningkat dan mencapai bagian uap sebelum bertemu maka akan menjadi salju. Hal ini terjadi karena Allah telah berkehendak.

Pada contoh penafsiran QS. An nur: 43 Tanthawi Jauhari cendrung mengunakan pendapatnya secara imiah. Hal ini terlihat karena Tanthawi Jauhari sangat tertarik dengan keindahan alam dan temuan ilmiah. Pendapatnya secara ilmiah yang digunakan Tanthawi Jauhari dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an menunjukan corak penafsiran Tanthawi Jauhari mengunakan corak al-‘ilmi. Sesuai dengan bakground yang menjadi penarik Tanthawi Jauhari terhadap alam dan penemuan ilmiah.

Baca Juga  Implementasi QS. At-Taubah 18: Memakmurkan Masjid Jogokariyan