Saat itu Prof. Imam Suprayogo bertanya kepada saya, “Setelah membaca tulisan Prof. Muhammad Chirzin yang bagus tersebut (Al-Quran Untuk Semua) sebenarnya yang ingin saya tanyakan adalah posisi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Terutama jika dikaitkan dengan surat al-Baqarah ayat 151 dan juga surat al-Jumu’ah ayat 2. Apakah Muhammad Saw. sebagai Rasul secara ruhaniah masih melaksanakan tugasnya? Jika tidak, siapa yang menunaikan tugas-tugas kerasulan yang sedemikian mendasar tersebut. Mohon kiranya Prof. Chirzin berkenan melanjutkan tulisannya yang bagus tersebut sehingga pertanyaan dimaksud terjawab. Terima kasih.
Mula-mula saya menjawab, “Bi’aunillah, insya Allah, Al-Ustadz Prof. Imam Suprayogo, barakallah 10000.”
Nabi Muhammad Sebagai Rasul Allah
Pertama, posisi Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul-Nya, berkenaan dengan Q.S. 2: 151 dan Q.S. 62:2. Dua ayat al-Quran yang dimaksud oleh Prof. Imam Suprayogo adalah sebagai berikut (disalin terjemahnya).
Ayat Pertama:
Sebagaimana nikmat yang sudah kamu terima, Kami telah mengutus di kalangan kamu seorang rasul dari kalangan kamu sendiri, membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, dan menyucikan kamu, serta mengajarkan kepadamu kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S. 2:151).
Ayat Kedua:
Dialah Yang telah mengutus seorang rasul ke tengah-tengah orang-orang yang buta huruf dari kalangan mereka, untuk membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, dan menyucikan mereka, serta mengajarkan Kitab Suci dan Kearifan (Sunah), walaupun sebelumnya mereka dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. 62:2)
Kedua ayat tersebut mengandung pesan yang serupa. Dalam konteks tafsir keduanya dapat disebut saling menafsirkan dan saling menjelaskan. Ayat Q.S. 2:151 tersebut harus dibaca bersama dengan QS 2:150, bahkan bersama dua ayat sebelumnya dan satu ayat sesudahnya sebagai berikut.
Masing-masing mempunyai kiblat tempat ia menghadap, tujuan ke sanalah Dia mengarahkannya; maka berlombalah kamu dalam mengejar kebaikan. Di mana pun kamu berada, Allah akan menghimpun kamu. Allah berkuasa atas segalanya. (QS 2:148).
Dari mana pun engkau keluar, hadapkan wajahmu ke arah Masjidil Haram; itulah kebenaran yang sesungguhnya dari Tuhanmu. Allah tidak lalai segala yang kamu kerjakan. (QS 2:149)
Maka, dari mana pun engkau keluar, hadapkan wajahmu ke arah Masjidil Haram; dan di mana pun kamu berada, hadapkan wajahmu ke sana. Agar tak ada alasan orang melawan kamu, kecuali mereka yang memang zalim; maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku; agar Kusempurnakan nikmat-Ku kepadamu dan agar kamu mendapat petunjuk. (QS 2:150)
Maka ingatlah Aku, Aku akan mengingat kamu, bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar. (QS 2:152).
Diutusnya Nabi Muhammad
Pesan ayat 2:151 tersebut ialah bahwa dalam menjamin Ka’bah sebagai kiblat, Allah Swt. telah menyempurnakan agama-Nya ini dan telah memenuhi doa Nabi Ibrahim AS. untuk masa yang akan datang. Doa Nabi Ibrahim AS itu meliputi tiga hal. Pertama, bahwa Mekkah agar dijadikan tempat suci (QS 2:126). Kedua, umat Islam yang benar-benar beriman agar dibangkitkan dengan tempat-tempat ibadahnya (QS 2:128). Ketiga, bahwa seorang Rasul agar diutus di antara orang-orang Arab, dengan sifat-sifat tertentu (QS 2:129).
Nabi Muhammad Saw. diutus dari golongan Arab dan pertama-tama kepada orang Arab, tetapi diutus untuk semua umat manusia (QS 21:107). Tugas Nabi Muhammad Saw. ialah membacakan ayat-ayat al-Quran yang diwahyukan kepadanya dan mengajarkannya. Hal itu sudah baginda Nabi tunaikan hingga akhir hayatnya.
Tugas berikutnya ialah menyucikan hati, pikiran, perasaan, dan perbuatan umatnya, serta mengajarkan al-Quran dan sunnah, serta mengajarkan apa saja yang tidak/belum mereka ketahui. Nabi Muhammad Saw. telah mengajarkan al-Quran kepada umatnya dengan perkataan, perbuatan, sikap, dan kepribadiannya sepanjang hayat. Seorang alim menuturkan, “Nabi Muhammad Saw. adalah al-Quran berjalan.”
Kedua, sesudah Nabi Muhammad Saw. Wafat. Tugas Nabi Muhammad Saw usai dengan wafatnya dan kembali ke hadirat Allah Swt. Tugas Nabi Muhammad Saw. tersebut diwariskan kepada umatnya sepanjang masa. Para ulama adalah pewaris para nabi.
Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Aku tinggalkan kepadamu dua hal; kamu sekali-kali tak akan tersesat selamanya jika berpegang teguh pada keduanya, yakni Al-Quran dan Sunahku.”. Rasulullah Saw. juga pernah bersabda, “Sampaikan apa yang telah kau terima dari aku walaupun satu ayat.”
Mimpi Bertemu Nabi Muhammad Saw.
Secara rohani boleh dikatakan Nabi Muhammad Saw. menghampiri orang-orang yang dikehendaki Allah Swt. dalam mimpi. Nabi Muhammad Saw. pun pernah bersabda, “Siapa yang melihat aku dalam tidurnya, ia benar-benar telah melihat aku, karena setan tidak dapat menyamar menyerupai aku.”
Diriwayatkan bahwa ada orang yang alim lagi salih pernah 70 kali mimpi bertemu Nabi Muhammad Saw. Dan banyak kesaksian orang telah mimpi bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. Aa Gym juga menulis di bukunya bahwa ia pernah mimpi bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. bersama beberapa orang sahabatnya.
Bila ada orang yang bertanya, “Mungkinkah seseorang mimpi bertemu Nabi, padahal selama hidup ia belum pernah melihatnya?”. Jawabnya, “Mungkin.”
Argumentasi pertama, bahwa sabda Nabi Saw. terdahulu tidak khusus ditujukan kepada para sahabatnya. Seorang alim menjelaskan bahwa mimpi bertemu dengan Nabi Saw. itu ada polanya, yakni seseorang mimpi bertemu Nabi di tempat shalat, di medan perang, di tengah perjalanan, mendapat petuah-petuah keagamaan, dan sebagainya.
Argumentasi kedua, pernahkah kita berada di suatu tempat di dalam mimpi yang belum pernah kita kunjungi dalam keadaan jaga? Sungguhpun demikian, saya tidak berpendapat bahwa itu adalah ruh Nabi Muhammad Saw. yang mendatangi umatnya. Hal itu bisa dianalogikan dengan pengalaman kita mimpi bertemu dengan guru, orang tua, dan sanak saudara. Apakah ruh mereka yang menghampiri kita?
Membaca penjelasan saya itu, Prof. Imam Suprayogo mengomentari, “Subhanallah, bagus sekali. Terima kasih Prof. Muhammad. Sebenarnya juga akan sekaligus menjawab persoalan yang diajukan oleh Prof. Wawan Wahyudin di muka, yaitu bagaimana menjadikan sifat-sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah ada pada diri staf, dan tentu juga para pimpinannya. Matur nuwun.”
Nabi Muhammad Saw. adalah teladan terbaik bagi umat manusia. (QS 33:21). Para ulama merumuskan empat sifat wajib Rasul berdasarkan logika, yakni shidiq (benar), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathanah (cerdas).
Meneladan Sifat Nabi
Para rasul Allah Swt. pastilah benar, tepercaya, menyampaikan, dan cerdas. Apa yang disampaikan Rasulullah Saw. pastilah benar. Sikap, perkataan, perbuatan, dan keputusannya terbukti dapat dipercaya. Rasulullah Saw. menyampaikan segala wahyu yang diturunkan kepadanya, dan tak satu ayat pun disembunyikan.
Tugas tabligh itu antara lain tertera dalam QS 5:67 berikut:
Hai Rasul, sampaikanlah ajaran yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak kau lakukan, engkau tidak menyampaikan amanat risalah-Nya. Allah akan melindungi engkau dari orang yang akan berbuat jahat. Allah tidak akan memberi petunjuk kepada golongan orang kafir. (QS 5:67).
Rasulullah Saw super-cerdas dalam menerima segala pesan Tuhan, dan tak pernah alpa dan khilaf dalam menyampaikan wahyu-wahyu-Nya. Sepeninggal Rasulullah Saw. para sahabat dan tabi’in serta tabi’it tabi’in meneruskan risalah dakwahnya. Estafet dakwah yang niscaya diteruskan oleh pengikut-pengikut setia Nabi Saw., antara lain tecermin dalam QS 33:45-48:
“Wahai Nabi, sungguh Kami mengutus engkau sebagai saksi, sebagai pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan, serta sebagai pengajak kepada Allah dengan izin-Nya, dan sebagai pelita pemberi cahaya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang beriman, bahwa mereka akan memperoleh karunia yang besar dari Allah. Dan janganlah kauturuti orang-orang kafir dan kaum munafik, janganlah hiraukan gangguan mereka; tetapi tawakallah kepada Allah, sebab cukuplah Allah sebagai Pelindung. (QS 33:45-48).
Siapa yang mendapat amanat menjadi pejabat niscaya memberikan teladan kepada para staf dan bawahan dalam ke-shidiq-an, keamanahan, ke-tabligh-an, dan ke-fathanah-an. Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, merumuskan model ideal pemimpin: ing ngarsa asung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani – di depan memberi teladan, di tengah berkarya bersama jamaah, di belakang mendorong, memotivasi, dan mensugesti.
Semoga kita semua termasuk pengikut setia Kanjeng Nabi Muhammad saw. Allahumma shalli wa sallim wa barik ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi wa tabi’ihim bi ihsanin ila yaumiddin.
Editor: M. Bukhari Muslim
Leave a Reply