Manusia adalah salah satu diantara makhluk ciptaan Allah Swt yang mempunyai akal sekaligus nafsu. Manusia akan terangkat derajatnya disisi Allah Swt apabila dia bisa mengendalikan nafsu terutama nafsu ammarah bissu’ atau nafsu yang mengajak manusia kepada keburukan. Salah satu perilaku keburukan yang banyak menjalar di kehidupan masyarakat yaitu membicarakan keburukan orang lain (ghibah).
Rasulullah Swt melarang umatnya untuk membicarakan keburukan orang lain dalam hal ini rasulullah medefinisikan ghibah seperti yang disabdakan beliau:
وَبِهَذَا الْإِسْنَادِ وَاللَّفْظِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قِيلَ لَهُ مَا الْغِيبَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قَالَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ أَيْ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنْ كَانَ فِي أَخِيكَ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ, bahwasanya beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, ghibah itu apa?” maka beliau bersabda, “Yaitu engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang tidak ia sukai, ” ia berkata, “Wahai Rasulullah, apa pendapat tuan jika apa yang aku katakan ada pada dirinya?” beliau bersabda, “Jika yang kamu katakan ada padanya, maka engkau telah berbuat ghibah padanya, dan jika apa yang kamu katakan tidak ada padanya, maka engkau telah memfitnahnya.” (HR Ahmad 8648).
Berbicara Keburukan Itu Dilarang!
Rasulullah Saw melarang umatnya agar tidak membicarakan keburukan orang lain. Apabila seseorang telah membicarakan keburukan orang lain. Maka baginya dia telah memakan daging saudaranya. Apabila dia terlanjur membicarakan keburukan orang lain setelah itu menyesalinya maka di anjurkan baginya untuk meminta ampun kepada Allah Swt dan tidak perlu baginya meminta ikhlas dari orang yang telah dia bicarakan keburukanya selagi itu belum di dengar orangnya. Serta medoakan baik kepada orang tersebut.
Ketika kita dijelek-jelekan oleh orang lain alangkah baiknya bagi kita untuk bersabar, menahan amarah. Seperti yang di lakulan oleh Imam Hasan Al-Basry ketika beliau diberitahu oleh orang lain bahwa ada yang menjelek-jelekan beliau. Seketika itu juga beliau menghadiahkan kurma istimewa (rubath) kepada orang tersebut setelah itu beliau berkata; “aku dengar kau telah memberikan amal baikmu kepadaku, sebagai gantinya aku memberikan kurma ini kepadamu walaupun tidak sepadan.
Di hari kiamat kelak saat orang-orang menerima buku catatan amalnya. Salah satu dari mereka terkejut melihat amal baiknya bertambah banyak padahal dia merasa tidak melakukanya. Kemudian Allah Swt menjawab “itulah amal-amal baik dari orang yang telah menjelek-jelekanmu tapi kamu tidak mengetahuinya”.
Allah Swt berfirman dalam Q.S Surah Al-Hujarat ayat 16 :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّا بٌ رَّحِيْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.”(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)
***
Dari ayat di atas dapat di tafsirkan bahwa kita sebagai umat Islam dilarang mencari aib-aib orang lain dengan cara menyelidikinya dan larangan mengunjing. Walaupun dalam faktanya hal tersebut memang benar adanya.
Karena hal tersebut (menggunjing) sama saja dengan memakan daging saudaranya yang telah mati. Selain itu pelakunya akan mendapat kehinaaan di dunia maupun akhirat kecuali dia mau bertobat dan menyesali perbuatanya serta berjanji tidak akan mengulanginya.
Editor: An-Najmi
Leave a Reply