Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Korelasi Surat Al-Fil dan Quraish dalam Kehidupan Bangsa

Sumber: Bincang Syariah.com

Eksistensi sebuah bangsa dapat dilihat dari sejarah perkembangan juga peradaban yang ditinggalkan. Perjalanan bangsa tentunya diwarnai dengan dinamika seiring dengan pergantian generasi. Kitab suci menjelaskan mengenai dua surat yang menerangkan tentang kehidupan kelompok masyarakat tertentu, yaitu surat Al-Fil dan Quraish. Meski tidak menjelaskan secara detail, namun hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi generasi mendatang.

Tafsir Surat Al-Fil

Surat al-Fil merupakan surat ke 105 dari al-Qur`an yang terdiri dari 5 ayat. Urutan selanjutnya adalah surat Quraisy yang terdiri dari 4 ayat. Burhan al-Din Ibrahim ibn Umar al-Biqa’i dalam karyanya yakni Nazm al-Durar Fi Tanasub al-Ayat Wa al-Suwar menjelaskan hubungan kedua surat bahwa ketika Allah Swt. Menunjukkan kuasa-Nya terhadap masyarakat Mekah mengenai pasukan gajah pimpinan Abrahah yang berkonspirasi untuk menghancurkan Kakbah, maka rencana tersebut digagalkan dengan adanya gerombolan burung yang membawa batu. Ketika batu tersebut dilempar dari atas kepada target yang dituju, maka dapat menyebabkan tubuh dari pasukan tersebut hancur lebur. Abrahah yang juga turut dalam kejadian tersebut terkena pula batu yang dilempar, sehingga tubuhnya hancur dan tewas seketika (Nazm al-Durar, 22/259-260).

Burhan al-Din al-Biqa’i melanjutkan bahwa dengan adanya peristiwa tersebut,  hendaknya penduduk Mekah yang dalam hal ini adalah kaum Quraisy menunjukkan rasa syukur kepada Allah sebagai ibadah atau pengabdian kepada-Nya. Kata Quraisy merupakan julukan dari an-Nadr ibn Kinanah (Moyang Rasulullah Saw) atas keberaniannya dalam mempersatukan kaumnya dari perpecahan.

Salah satu cabang dari bangsa Arab ini dikenal sebagai kelompok masyarakat yang memiliki keistimewaan dalam pandangan masyarakat Arab ketika itu. Kelompok ini merupakan penduduk tetap kota Mekah dan memiliki tanggung jawab sosial untuk menjaga Bayt Allah yakni Kakbah. Walaupun ketika itu paganisme tumbuh subur di Mekah, kelompok ini tetap menjaga kota Mekah juga melayani peziarah yang datang untuk berhaji setiap tahun.

Baca Juga  Arkoun: Kritik Nalar Islam sebagai Metode Ijtihad Kontemporer

Tafsir Surat Quraisy

Surat Quraish menjelaskan tentang keistmewaan yang diberikan Allah kepada kelompok tersebut seperti kemudahan seperti kemudahan dalam melakukan perjalanan dagang ke Yaman pada musim panas dan ke Syam pada musim dingin. Selain itu, jaminan keamanan tidak hanya keluar negeri, namun dalam negeri pun terjamin sehingga kelompok ini terbebas dari bencana kelaparan juga ketakutan akan teror (Nazm al-Durar, 22/260-262).

Fakhr al-Din Muhammad ibn Umar al-Razi pun menyoroti hubungan antara kedua surat yakni untuk menunjukkan eksistensi Quraisy sebagai salah satu kelompok dari bangsa Arab yang diberi keistimewaan dengan predikat Sukkan al-Haram atau warga Tanah Suci.  Setidaknya dari kejadian Ashab al-Fil, hendaknya kaum Quraish ingat akan nikmat yang Allah berikan kepadanya terlebih nikmat tersebut tidak terhingga.

Meski Mekah bukan tempat yang subur tanaman, namun Allah Taala memberikan kemulian sebagai negeri yang aman dan damai sebagaimana doa nabi Ibrahim yakni Rabbi Ij’al Hadha al-Balad Aminan. Negeri ini terdapat sumur air zam-zam yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat Mekah. Eksistensi Kakbah sebagai pusat peribadatan menjadikan Mekah ketika itu sebagai kota kosmopolitan yang selau diziarahi oleh manusia dari berbagai bangsa.

Konteks Relevansi Berbangsa

Kelompok Quraisy dengan seluruh klan yang berada dibawahnya bersatu padu untuk menjaga dan memuliakan Mekah sebagai tanah suci. Karena itu seyogyanya mereka menunjukkan rasa syukur dengan mengabdi kepadanya sebagai mana yang terdapat dalam ayat Falya’budu Rabb Hadha al-Bayt  yang berarti Maka beribadahlah kalian semua kepada pemilik rumah Ini (Allah). Maksudnya terdapat seruan untuk Tauhid dan menjadi praktek penyembahan kepada berhala. Walaupun proses tersebut membutuhkan waktu yang panjang, namun hal ini dapat terwujud dengan diutusnya Nabi Muhammad saw. yang berasal dari Quraish untuk meluruskan kembali pemahaman masyarakat tentang agama (Mafatih al-Ghaib 32/107-110).

Baca Juga  Perang Uhud, Kelengahan Yang Berakhir Dengan Kekalahan

Dengan adanya kedua surat ini, marilah kita belajar mengenai hikmah dari korelasi kedua surat tersebut. Sebagai warga dari negara Indonesia yang telah eksis selama 79 tahun, hendaknya kita belajar dari sejarah masa silam yang telah bergerak dengan seluruh dinamika yang ada. Bangsa yang dikarunai hasil bumi yang melimpah juga lautan yang luas seyogyanya menjadikan warga yang tinggal di negeri ini mensyukuri nikmat yang diberikan Allah Taala. Langkah yang harus dilakukan adalah menjaga alam juga keamanan dalam negeri. Tidak lupa pula ketahanan pangan harus tetap diperhatikan untuk menjaga kelangsungan hidup anak bangsa. Semoga kita dapat hidup damai dan sejahtera.

Editor: An-Najmi