Khalil bin Ahmad merupakan salah satu ulama yang populer dalam ilmu tata bahasa Arab. Beliau merupakan pakar Gramatika Arab, Morfologi Arab, Leksikografi Arab, Fonologi Arab. Dan yang terpenting adalah beliau merupakan penemu Ilmu Arudh, ilmu tentang wazan-wazan syair Arab. Nama lengkap beliau adalah Al-Khalil bin Ahmad bin ‘Amru bin Tamim Al-Farahidi Al-Azdi al-Qahthani Al-Bashri. Dengan kunyah Abu Abdirrahman. Beliau lahir di Oman pada tahun 100 H./ 718 M. Sejak kecil berimigrasi ke Bashrah, Irak dan menuntut ilmu pada pembesar ulama di sana kemudian menetap di sana hingga wafat.
Syair Arab adalah sebuah adikarya, kreasi yang admirabel, mengagumkan oleh masyarakat Arab pada khususnya dan dunia pada umumnya. Bahkan sejak masa sebelum Islam datang, seorang penyair akan diagung-agungkan dan dihormati. Tidak hanya itu, karyanya juga akan dipajang dan digantungkan pada ka’bah selama beberapa waktu. “Al-Muallaqat”, yang jika dimaknai secara harfiah memiliki arti ‘yang digantung’; adalah nama yang disematkan untuk menyebut qasidah syiir milik sebagian penyair jahiliyah.
Imru Al-Qais, Tharafah bin Al-Abd’, Zuhair bin Abi Salma, Labid bin Rabi’ah, ‘Amr bin Kultsum, Anzah bin Syaddad dan Harist bin Khalzah; nama-nama yang disepakati oleh Al-Zauzani w.1093 M sebagai penyair kondang pada zaman jahiliah. Sehingga kumpulan syiir ketujuh penyair tersebut dinamakan “Al-Muallaqat al-Sab’i”. Namun, pada saat itu, seperti halnya tata susunan bahasa arab Nahwu dan shorof; tata susunan serta ketentuan-ketentuan pada gema syiir masih mengalir secara alamiah. Tidak memiliki kaidah dan hukum sahih-fasid pada syiir.
Perjalanan Keilmuan
Sejak dini beliau tekun menuntut ilmu, dan berguru dari beberapa ulama besar. Guru bahasa Arabnya adalah Ibnu Abi Ishaq Al-Hadhrami kemudian Abu Amru Al-Bashri, dan Isa bin Umar Ats-Tsaqafi. Selain ilmu bahasa Arab, beliau juga belajar Hadis bersama musthalahnya. Bahkan meriwayatkan Hadis dari beberapa pakar Hadis yang masyhur, semisal Ayyub As-Sikhtiyani, Ashim bin Sulaiman Al-Ahwal, Al-‘Awwam bin Hausyab dan Ghalib Al-Qathan. Khalil Al-Farahidi merupakan ulama yang istimewa, selain punya kecerdasaan natural; Al-Khalil merupakan tipikal orang tekun dan tak mudah puas dengan apa yang didapat. Terbukti beliau tidaklah mempelajari suatu ilmu kecuali hingga sampai rinci dan dibukakan kefahaman atas apa yang belum diketahuinya.
Beliau memiliki banyak karya ilmiyah, di antaranya: Mu’jam Al-‘Ain yang merupakan kamus pertama dalam bahasa Arab, An-Nagham, Al-‘Arudh, Asy-Syawaahid, An-Nuqath wasy-Syakl, Kitab Al-Iiqa’, Kitab Ma’anil-Huruf.
Peran Khalil al-Farahidi dalam Aspek Disiplin Ilmu
Khalil Al-Farahidi unya banyak peran dalam penyusunan teori dalam berbagai disiplin ilmu, khususnya dalam tata bahasa Arab, sastra Arab dan yang berkaitan. Dalam ilmu Arudh misalnya, peran al-Khalil sangat sentral. Diceritakan bahwa saat pergi haji ke tanah haram, beliau memohon agar diberikan sebuah ilmu yang sama sekali belum pernah dipelajari oleh generasi sebelumnya. Tak perlu waktu lama, datanglah Ilham dari Allah setelah beliau datang dari Tanah Haram. Saat beliau berjalan di pasar, terdengarlah suara dan nada ketukan yang khas. Sehingga terbenaklah dalam pikirannya untuk memebuat Ilmu tentang barometer syair Arab atau yang akhirnya disebut Ilmu Arudh.
Pemikiran ini terus munsul sampai pulang ke rumahnya, akhirnya beliau mengambil air sumur melalui ember. Sehingga terdengarlah suara nada yang mencocoki pada qasidahdan terbentuklah beberapa nada khusus yang sesuai untuk jadi ilmu Arudh, ilmu yang menjadi landasan untuk mengukur syair Arab. Kemudian jadilah bahar yang lima belas dan setelah beliau wafat, Syaikh al-Akhfasy al-Awsath menambahkan dua bahar lagi, Mutaqarib dan Mutadarak setelah itu jadilah ilmu Arudh yang kita kenal sekarang ini. Beliau juga berperan dalam Gramatika Arab Nahwu, Morfologi Arab Sharaf, Leksikografi Arab “Penulisan Kamus” dan Fonologi Arab “Ilmu tentang suara dan Makharijul Huruf”. Semua ini tergambar dalam karya beliau Mu’jam al-Ain karya pertama yang berisi kamus.
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.