Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Konsep Tawakkal Menurut Al-Quran

Tawakkal
Sumber: Pixbay.com

Sumber ilmu dari segala ilmu pengetahuan umat Islam pasti tidak terlepas dari al-Qur’an. Siapapun orang yang membaca, menghayati, mempelajari dan mengamalkannya tidak akan pernah tersesat dari jalan yang diridhoi Allah. Fungsi mutlak al-Qur’an sebagai pemimbing dan pedoman bagi seluruh manusia.

Apabila kita memperhatikan ayat demi ayat, al-Qur’an kaya akan petunjuk dan panduan agar kita menjadi manusia dengan pengertian  sebaik-baiknya secara universal. Bahkan dengan memahami perkata maupun bentuk pemilihan kosa kata al-Qur’an dapat memberikan makna maupun tujuan kebaikkan yang luas bagi orang yang membacanya. Namun tiap redaksi ayat-ayat al-Qur’an tidak dapat dijangkau maksudnya dengan pasti, kecuali oleh pemilik redaksi tersebut. Oleh sebab itulah kenapa banyak ragam penafsiran sesuai dengan sudut pandang hingga latar belakang mufassir.

 Kata “Tawakkal” contohnya, kata tersebut banyak disebutkan didalam al-Qur’an.  Dari kata yang “tawakkal” yang terdapat dalam al-Qur’an saja dapat memberikan tujuan dan konsep ilmu yang meluas. Disini penulis akan memaparkan tentang makna tawakkal menurut ulama, konsep tawakkal dalam al-Qur’an hingga hikmah dari kata tawakkal.

Makna Kata Tawakkal Menurut Ulama

Kata tawakal dalam bahasa indonesia merupakan serapan dari bahasa arab at-tawakkul dari akar kata wakala yang berarti menyerahkan atau mewakilkan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, tawakkal berarti berserah kepada kehendak Allah SWT dengan segenap hati percaya kepada Allah SWT.

Menurut al-Raghib al-Asfahani dalam Mu’jam Mufradat Alfaz al-Qur’an menjelaskan bahwa makna tawakkul mengandung dua pengertian yaitu mewakilkan dan menyandarkan. Adapun kata al-takwil berarti menyandarkan atas selainmu dan menjadikannya sebagai pengganti darimu.

Dalam versi istilahnya Ibnu ashur menjelaskan bahwa tawakal pada hakekatnya adalah menyandarkan, yakni melakukan “aktivitas” disertai pengharapan yang tinggi kepada Allah. Tawakkal merupakan aktivitas hati dan akal. Hal ini bermakna bahwa akal memiliki peran dalam bertawakkal, selain ada bentuk usaha yang dilakukan dengan fisik, kita memikirkan dan menetapkan planning dalam menggapai rezeki yang disediakan Allah pun juga merupakan bentuk tawakkal!

Baca Juga  Makna Filosofis Merah Delima dalam Al-Qur’an

Maknanya dalam Al-Qur’an

Didalam al-Qur’an, objek tawakkal adalah “Al-Wakil”, sebaik-baik tempat bersandar, yaitu Allah SWT. Dalam sejumlah ayat ditegaskan bahwa Allah atas segala sesuatu menjadi wakil. Q.S. Al-An’am: 102 menyatakan: (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.

Al-Baghawi menjelaskan makna dari kata Wakil pada ayat tersebut dengan makna penjaga dan pemelihara. Selain itu juga Prof Quraish Shihab menegaskan bahwa ada perbedaan yang mendasar anatara mewakilkan urusan kepada orang lain dengan mewakilkan urusan kepada Allah. Jika seseorang mewakilkan orang lain untuk melakukan sesuatu, maka berarti ia telah menugaskannya melaksanakan hal tersebut. Maka ia tidak perlu melibatkan dirinya.

Namun secara garis besar menjadikan Allah sebagai wakil, manusia dituntut untuk melakukan sesuatu yang berada dalam batas kemampuannya. Dalam artian tawakkal yang sebenarnya berakar dari yang sama dengan wakil, berarti bukan penyerahan secara mutlak kepada Allah namun penyerahan tersebut harus didahului dengan usaha (ikhtiar) manusia.

Hikmah Tawakkal

Dari menginjak madrasah tsanawiyyah hingga sekarang, kita selalu dihadapkan dengan materi tawakkal. Namun masih banyak diantaranya yang belum memahami hikmah dari kata Tawakkal yang Allah cantumkan dalam al-Qur’an yang mulia.

Tawakkal yang merupakan sumber inspirasi dan relasi rohani secara penuh dan sangat dalam. Hal tersebutlah yang memberikan nafas semangat yang luar biasa terhadap mutawakkilin. Orang beriman tidak akan berputus asa dan berkecil hati dalam menghadapi situasi bagaimana pun. Sikap tawakkal membuat seseorang penuh percaya diri, memiliki keberanian dalam menghadapi setiap persoalan yang dihadapi.

Istilah dunia yang kejam maupun tidak adil itu tidak berarti jika kita memiliki rasa tawakkal yang selalu mendorong untuk selalu berusaha secara lahiriyah dan bathiniyah. Sehingga memiliki rasa optimisme dan keberanian dalam menghadapi persoalan dan problem kehidupan.

Baca Juga  Kaidah Memahami Kisah Al-Quran Menurut As-Sya'rawi

Sikap tawakal harusnya membuahkan kesuksesan duniawi maupun ukhrawi, maka ungkapan “gapapa lebih baik sukses diakhirat walaupun gagal di kehidupan duniawi” dinilai kurang tepat. Karena itu bukan merupakan tujuan sebenarnya dalam konsep tawakal, jika bisa sukses dalam dunia dan akhirat kenapa harus memilih salah satu diantaranya?.

Penyunting: M. Bukhari Muslim