Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Ketika Orang Berilmu Membaca Al-Qur’an

membaca
Sumber: https://blog.finderonly.net/

Secara sekilas penulis mengamati tentang fenomena al-Qur’an di masyarakat terlihat bahwa minat masyarakat sangat tinggi terhadap al-Qur’an. Hal ini terlihat dengan banyaknya orang tua yang memilih sekolah-sekolah yang ada pembelajaran al-Qur’an, bermunculan pondok-pondok Qur’an, rumah tahfiz dan sejenisnya, selain itu juga di masjid-masjid banyak terdapat pengajian-pengajian yang bertemakan membaca dan memperbaiki bacaan al-Qur’an.

Selain kegiatan belajar membaca dan memperbaiki bacaan al-Qur’an, di beberapa masjid dan majelis ilmu juga menyelenggarakan pengajian tafsir. Tujuannya tidak lain adalah untuk memahami maksud dari isi kandungan ayat-ayat al-Qur’an tersebut. Namun pengajian-pengajian tersebut biasanya tidak keluar dari masalah aqidah,ibadah, dan akhlak.

Padahal, menurut keterangan para ulama bahwa al-Qur’an itu mengandung seluruh aspek kehidupan (Quraish Shihab, : 150), baik secara eksplisit maupun secara implisit. Bahkan Imam Al-Ghazali dalam bukunya Jawahirul Qur’an menyebutnya sebagai samudra yang mengandung berbagai jenis permata. Yang artinya bahwa cakupan al-Qur’an itu tidak hanya sebatas aqidah, ibadah dan akhlak saja.

Namun yang sangat menyedihkan adalah bahwa permata-permata yang terkandung dalam al-Qur’an tersebut banyak ditemukan oleh orang-orang yang tidak kepada mereka kitab tersebut diwariskan. Tetapi banyak juga diantara mereka yang setelah menemukan permata tersebut, kemudian mempercayai al-Qur’an dan memeluk Islam.

Sisi Lain Al-Qur’an

Ada ungkapan yang menarik yang dikutip oleh Quraish Shihab dari Abdullah Darraz yang menyatakan bahwa “ apabila anda membaca al-Qur’an, maka maknanya akan jelas di hadapan anda. Tetapi bila anda membacanya sekali lagi, anda akan temukan pula makna-makna lain yang berbeda dengan makna sebelumnya. demikian seterusnya, sampai-sampai anda dapat menemukan kalimat atau kata yang mempunyai arti bermacam-macam, dan semuanya benar atau mungkin benar. Ayat-ayat al-Qur’an bagaikan intan permata yang setiap sudutnya memancarkan  cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lain. Dan tidak mustahil, jika anda mempersilahkan orang lain memandangnya maka ia akan melihat lebih banyak dari apa yang anda lihat.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa al-Qur’an tersebut sebenarnya mempunyai banyak sisi. Al-Qur’an itu mengandung berbagai macam isyarat-isyrat ilmu pegetahuan, solusi kehidupan sosial, selain memang tujuan utamanya sebagai kitab suci yang menjadi tuntunan hidup bagi umat Islam itu sendiri.

Baca Juga  Dua Cara Efektif dalam Mendidik Anak Menurut Al-Quran

Tetapi selama ini yang terlihat bahwa umat Islam hanya melihat al-Qur’an sebagai kitab suci yang berisi tentang panduan aqidah, ibadah dan akhlak saja. Sehingga tidak melihat sisi yang lain dari al-Qur’an, misalnya mengenai isyarat ilmu-ilmu pengetahuan baik sosial, ekonomi, sosiologi, sains dan lain-lainnya dalam al-Qur’an.

Orang Berilmu Ketika Membaca Al-Qur’an

Menurut hemat penulis, salah satu penyebab mengapa umat Islam tidak melihat sisi lain dari al-Qur’an seperti ilmu pengetahuan yang ada dalam al-Qur’an yaitu dikarenakan tidak mempunyai kacamata untuk melihatnya. Kacamata itu menurut penulis adalah ilmu.

Orang yang berilmu ketika membaca al-Qur’an akan nampak sisi lain dari al-Qur’an tersebut berdasarkan ilmu yang ditekuninya. Ahli pendidikan akan menemukan konsep-konsep pendidikan ketika membaca al-Qur’an. ahli hukum akan menemukan rumusan-rumusan mengenai hukum. Begitu juga ahli sains misalnya akan menemukan isyarat-isyarat sains dalam al-Qur’an. dan seterusnya masing-masing punya kacamata tersendiri dalam melihat al-Qur’an itu.

Itu artinya semakin berilmu seseorang, ketika dia membaca al-Qur’an semakin banyak yang dia dapatkan dari al-Qur’an tersebut. Terlebih lagi apabila seseorang tersebut mempunyai kemampuan bahasa Arab yang mempuni, akan mudah baginya untuk menggali lebih dalam kandungan isi al-Qur’an tersebut.

Terkait hal ini Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Qur’an, memuat pernyataan Muhammad Abduh yang ditulis oleh muridnya Rasyid Ridha yaitu “ saya tidak mengetahui bagaimana seseorang dapat menafsirkan (memahami) firman Allah SWT yang berbunyi ‘kana al-nas ummah wahidah’ (QS : 2: 213), kalau dia tidak mengetahui keadaan umat manusia dan sejarahnya’ (yaitu ilmu sejarah dan sosiologi).

Pernyataan tersebut memberikan makna bahwa untuk orang yang akan memahami dan menjelaskan kandungan al-Qur’an perlu memiliki banyak wawasan terkait ilmu-ilmu lainnya. Karena seperti yang dijelaskan di awal tadi bahwa al-Qur’an itu mengandung seluruh aspek kehidupan manusia.

Baca Juga  Tafsir Surah al-Fatihah Ayat 6

Editor: An-Najmi Fikri R

Raja Muhammad Kadri
Alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Pengembangan Ilmu al-Quran Sumatera Barat