Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Ketika Manusia Berharap Pada Tahun, Bukan Tuhan

Sumber: istockphoto.com

Sebagai makhluk yang disebut manusia, kehidupan yang kita jalani sejauh ini merupakan sebuah perjalanan yang terikat oleh ruang dan waktu. Selalu berkaitan dengan dimana dan kapan. Secara umum, manusia dengan kecerdasan akalnya kemudian memperiodesasikan waktu dari satuan terkecil sampai terbesar dari mulai hitungan detik sampai tahun. Yang mana menurut hemat penulis ini menjadi kemudahan tersendiri bagi manusia untuk bisa lebih berharap bersikap efektif dan efisien dalam menjalani kehidupan yang kompleks ini.

Dalam periodesasi hitungan detik, menit, atau jam, mungkin tak akan menjadi suatu hal yang menarik; jika kemudian menjadi bahan pembahasan ataupun pembicaraan hal layak pada umumnya. Namun jika membicarakan soal tahun maka semua mata akan tertuju salah satunya pada masa akhir dari setiap tahunnya. Selain daripada terdapat perayaan natal bagi umat nasrani dan juga menjadi hari libur bagi siswa-siswi sekolah dasar hingga menengah, moment pergantian tahun di setiap tahunnya pasti seakan menjadi moment yang seakan spesial dan diistimewakan.

Tak bisa dipungkiri, misal kita saksikan lewat media sosial kita saja, betapa banyak orang-orang diluar sana; yang sudah memilik planing berlibur/bersenang-senang sejakjauh-jauh hari, menyiapkan petasan atau kembang api, dan segala aktivitas-aktivitas lainnya dengan label ‘tahun baruan’. Fenomena semacam itu memang tak bisa terelakan dan seakan sudah menjadi seperti budaya di kalangan kaum muda khususnya. Karena memang di satu sisi biasanya bertepatan dengan hari libur, di sisi lain ada moment perayaan kembang api yang notabenenya menjadi perhatian di akhir malam bulan Desember tersebut.

Hati-Hati, Berharap Pada Tuhan atau Tahun?

Namun, terlepas dari fenomena-fenomena tahun baruan diatas sebenarnya ada satu hal menarik lainnya yang agaknya juga patut mendapat perhatian khusus. Fenomena berharap pada tahun yang akan datang mungkin juga tak asing terdengar ataupun terlihat lewat teks-teks di laman media sosial ataupun lainnya. Fenomena semacam ini biasanya berisikan narasi pengharapan pada tahun berikutnya agar tidak terjadi hal-hal – biasanya yang negatif menurut subyeknya masing-masing – yang sudah terjadi dalam kurun waktu 12 bulan terakhir mereka jalani.

Baca Juga  Tafsir Surah Al-Asr Ayat 3: Kata Iman Bersanding dengan Amal Sholeh

Isi dari setiap pesannya memang hampir sebagian besar pesan positif dan membangun. Momen di penghujung tahun memang dirasa oleh banyak orang; sebagai moment yang tepat tuk merekap apa-apa yang telah dilaluinya dan dijalaninya selama setahun tersebut. Maka kemudian tak aneh jika banyak pula yang punya harapan besar tuk dirinya di tahun yang akan datang. Namun yang perlu diperhatikan dari fenomena tersebut tentunya jika permohonan/pesan ditujukan dengan berharap pada tahun yang esensinya hanya sebuah satuan waktu, bukan pada Tuhan sebagai pengatur waktu tersebut, tentu ini keliru.

***

Dan amat disayangkan sebenarnya jika ini turut dilakukan oleh umat muslim khususnya kaula muda yang mudah mengikuti euforia. Bukan maksud memberi pelarangan, karena tentunya berharap/memohon akan suatu hal yang lebih baik; merupakan sudah menjadi naluri dari manusia dan juga merupakan perbuatan yang positif. Bahkan dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiallaahu ‘anha, Rasulullah pun bahkan pernah mengajarkan sebuah doa kepadanya; yang mana isinya beliau meminta akan hal-hal baik dan memohon tuk dilindungi dari hal-hal buruk. Dan tentu yang kemudian membedakan apa yang Rasulullah ajarkan ialah pengharapannya yang tertuju pada Allah dan doanya pun; tanpa spesifikasi terkait kapan pengaplikasiannya.

Inilah yang semestinya turut juga diamalkan dan dilakukan oleh setiap muslim dimanapun berada. Sudah barang tentu menjadi perhatian jikalau setiap permohonan dan pengharapan itu disandarkan dan ditujukan hanya kepada Allah selaku Sang Penyayang. Euforia yang biasa terjadi di akhir tahun ini sudah seharusnya ditanggapi dengan lebih bijak dengan tetap berpijak pada jalan Islam. Pengarahapan yang kita ucapkan perlulah kita niatkan dan sandarkan semata kepada Allah. Begitupun jika pengharapan kita terbingkai dalam satuan waktu tertentu. Sehingga kemudian kita pun akan teringat bahwa perubahan yang kita harapkan pun; tentu atas seizin-Nya dan bukan ruang ataupun waktu yang menghendaki.

Baca Juga  Salik: Menempuh Jalan Ruhani dengan Ilmu

Berharap Hal Baik Tak Perlu Tunggu Akhir Tahun

Sama halnya dengan momentum kembang api di penutup malam terakhir bulan Desember, fenomena berseliwerannya narasi-narasi membangun yang ditujukan tuk setiap dirinya masing-masing akan hal-hal baik yang diinginkannya merupakan suatu hal yang tak kan asing kita jumpai di setiap penutup akhir tahun. Setiap orang punya harapannya masing-masing yang biasanya berangkat dari keresahan, kegelisahan, ataupun kecemasan yang sudah dirasakannya. Maka hal tersebut nampaknya jika dalam Islam kita kenal sebagai bentuk muhasabah diri atau dalam istilah umumnya bisa juga disebut sebagai kontemplasi.

Dalam Islam sendiri muhasabah diri atau merenungi segala perbuatan yang telah diperbuat untuk kemudian diperbaiki merupakan sebuah anjuran. Sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hasyr [59] ayat 18 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”. Kutipan ayat tersebut merupakan perintah tuk bertakwa sekaligus anjuran bagi kita selaku muslim untuk memperhatikan (muhasabah diri) setiap apa-apa yang kita lakukan.

***

Jelaslah dalam ayat tersebut pun bahwa anjuran untuk memperhatikan setiap perbuatan yang hendak dan juga; yang telah kita lakukan tidak terikat akan waktu-waktu khusus. Juga dalam doa-doa terkait memohon suatu kebaikan atau perlindungan akan hal buruk pun; nampaknya tidak ada anjuran atau arahan untuk melakukan doa tersebut di saat-saat tertentu. Maka dari itu, sudah semestinya euforia evaluasi diri di penghujung tahun yang dilanjutkan dengan permohonan akan hal-hal yang lebih baik lagi di kemudian hari tidak hanya hadir ketika dekat moment pergantian tahun. Melainkan sudah tentu harus dilakukan juga di hari-hari biasa atau bahkan setiap hari.

Baca Juga  Paulo Freire: Filsafat Pendidikan dan Peradaban Islam (2)

Dan perlu diingat, ini bukan berarti melarang memohon harapan di saat penghujung tahun tiba. Namun hanya sekadar bagaimana kita arif & bijak menyikapi fenomena tersebut dengan nafas Islam. Yakni dengan meniatkan dan menyandarkan pengharapan tersebut hanya kepada Allah semata dan juga tidak hanya melakukannya di setiap menjelang penutup tahun saja. Melainkan harus juga dilakukan setiap harinya atau di hari-hari biasanya. Karena sejatinya diri kita tak perlu menunda-nunda dalam hal evaluasi diri. Selalu ada kesalahan pastinya di setiap hari-hari yang kita lalui. Dan sebaik-baiknya tempat untuk memohon ampun dan berharap akan sesuatu yang lebih baik terebut tidak lain dan tidak bukan tentu hanya kepada Allah SWT.

Editor: An-Najmi

Alfin Nur Ridwan
Mahasiswa Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Universitas Muhammadiyah Surakarta