Sebelumnya penulis telah menelisik lebih jauh mengenai Tafsir Ma’alim At-Tanzil buah karya Imam al-Baghawi. Maka, dalam kesempatan ini, penulis ingin menilik lebih jauh mengenai Tafsir al-Khazin, yang mana banyak sedikitnya dipengaruhi oleh tafsir Imam al-Baghawi. Hal tersebut terlihat nampak jelas daripada nama kitab tafsir itu sendiri, yaitu, Lubab al-Ta’wil fi mMa’ani al-Tanzil. (Nur, 2015)h. 149-150. Berikut uraiannya:
Sekelumit Biografi Al-Khazin
Ulama besar kelahiran Baghdad tahun 678 H ini, mempunyai nama lengkap Ala al-Din Abu Hasan Ali Abu Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Umar Ibn Khalil Al-Syaikhi al-Baghdadi al-Syafi’I al-Khazin. Sementara itu ia wafat di Kota Halb (Aleppo) pada tahun 741 H. Terkait nama al-Khazin sendiri, terdapat dua ahli dalam kelas bidangnya masing-masing. Pertama, al-Khazin yang merupakan seorang ahli astronomi besar yang hidup sampai abad keempat hijriah. Sedangkan kedua, al-Khazin yang merupakan seorang ahli tafsir yang hidup sampai abad kedelapan hijriah. (Sofyan, 2015)h. 34
Dalam kapasitas integritas keilmuanya, sosok al-Khazin, boleh dibilang lekat dengan kedua daerah perihal pengembaraan kelimuannya. Yaitu Baghdad dan Damaskus yang merupakan dua tempat yang menjadi saksi bisu akan kedalaman ilmunya. Sosok al-Khazin berguru di Baghdad kepada seorang ulama bernama Ibn al-Dawalibi. Disamping itu, al-Khazin juga berguru kepada seorang ulama bernama al-Qasim Ibn Mudaffir dan Wazirah binti Umar sewaktu di Damaskus.
Kepamoran nama al-Khazin sendiri merupakan nama yang cukup melekat pada dirinya. Ia merupakan sebuah gelar keilmuan akan kapasitasnya sebagai seorang cendekiawan muslim, yang senantiasa bergelut dengan kesibukan aktivitas ilmiahnya. Maka, wajar saja, di kalangan para mufassir sendiri, nama al-Khazin lebih pamor ketimbang nama aslinya sendiri. (Sofyan, 2015)h. 35.
Berikut sebagian karya-karyanya, yang merepresentasikan kapasitas keilmuannya, Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani at-Tanzil, Syarh Umdah al-Ahkam, Maqbul al-Manqul. Namun, dalam artikel ini, penulis hanya ingin menjabarkan sekelumit mengenai Tafsir Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil.
Sistematika Penulisan Tafsir Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil.
Secara umum dikalangan para ahli tafsir, terdapat tiga sistematika penulisan kitab tafsir. Yaitu, pertama dikenal dengan tartib mushafi, yang merunut berdasarkan urutan ayat-ayat dan surat. Kedua, tartib nuzuli, yaitu berdasarkan urutan kronologi turunya surat-surat. Sementara itu, yang ketiga, dikenal dengan tartib maudhu’i, yaitu sistematika urutan yang disesuaikan dengan tema.
Sementara itu, Tafsir Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil ini, tersusun berdasarkan sistematika tartib mushafi. Yaitu menafsirkan ayat-ayat suci al-Qur’an berdasarkan sistematika susunan ayat dan surat dalam mushaf suci al-Qur’an. Yang mana, dalam kitab tafsir Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil, al-Khazin atas izin Allah SWT serta berkah dan karunianya, mampu merampungkan karya tafsirnya, berangkat dari surah al-Fatihah hingga surah an-Nas. (Sofyan, 2015) h. 37
Alasan Diberi Nama Kitab Tafsir Al-Khazin
Sekilas menilik cover (sampul) daripada kitabnya, tertulis kitab yang berjudul,تفسير الخازن (tafsir al-Khazin). Namun, siapa sangka, nama resmi daripada kitab tasir karyanya, sebagaimana terlukis didalam sub judul kitab tafsir tersebut. Yaitu لباب التأويل فيمعاني التنزيل (Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil). Hal tersebut mengingat dalam muqaddimah kitab tafsirnya, seorang al-Khazin sendiri yang memberikan penegasan, bahwasanya nama resmi daripada kitab tafsir karyanya tersebut, yaitu nama yang terakhir.
Nah, merunut daripada hal tersebut, memberikan sebuah pemahaman bahwasanya nama al-Khazin sendiri merupakan suatu konversionalitas orang-orang semata dalam menyebutkan suatu karya. Tentunya, dengan berbagai aspek serta alasan. Salah satunya mungkin dikarenakan lebih elegan serta praktis saja. Seperti merunut popularitas seorang pengarangnya. (Sofyan, 2015)h. 36
Manhaj (Sumber) Penafsiran
Kaitanya dengan manhaj tafsir Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil, buah karya al-Khazin sendiri. Pertama, menjelaskan ayat demi ayat serta surah demi surah. Kedua, memanfaatkan aspek munasabah serta asbab an-nuzul. Ketiga, menelisik maksud petunjuk kandungan ayat melalui hadist nabi, riwayat-riwayat sahabat, serta tabi’in. Keempat, kupasan melalui keahlian bahasa.
Disisi lain, menilik secara realita tersendiri, bahwa tafsir ini merupakan resume daripada tafsir bi’al-ma’tsur. Serta sedikit banyaknya memasukkan unsur-unsur israilliyat. Namun, pada dasarnya tafsir al-Khazin merupakan tafsir bil ra’yi yang ma’tsur. Dikarenakan tidak menutup kemungkinan seorang mufassir memasukkan unsur-unsur berupa riwayat-riwayat dalam dinamika penafsiranya, sekalipun kitab tafsir tersebut terkategorisasi corak bil’ra’yi. (Sofyan, 2015)h. 37-38 Wallahua’lam
Penyunting: Bukhari


























Leave a Reply