Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Keajaiban dan Keunikan Al-Quran

al-quran
sumber: unsplash.com

Penamaan Kitab Suci umat Islam yang berisi wahyu dari Allah untuk seluruh manusia dengan “Al-Quran” adalah penamaan yang sangat tepat. Menurut Quraish Shihab, tidak ada satu bacaan pun sejak peradaban manusia mengenal tulisan, yang mampu melebih Al-Quran. Tidak ada bacaan yang dilafalkan oleh banyak sekali manusia, yang mereka tidak mengenal bahasanya dan tidak mampu menulis dengan aksaranya melainkan Al-Quran.

Bagaimana bisa jutaan umat manusia sejak abad ketujuh hingga sekarang membaca satu tulisan yang tidak mereka mengerti arti perkatanya. Tidak hanya itu, sebagian dari mereka bahkan menghafalnya secara bulat. Tidak ada suatu naskah tulisan yang dibahas oleh para ahli dengan begitu serius, baik dari segi redaksi, bahasa, sejarah kemunculan, pengaruh, makna tekstual hingga kontekstual, dan seterusnya. Hanya Al-Quran yang diperlakukan demikian.

Jutaan teks interpretasi dan pembahasan terhadap Al-Quran ini menghasilkan ribuan jilid buku, penelitian, hingga caption-caption ringan di media sosial yang sampai hari ini terus diproduksi oleh jutaan manusia. Apa yang mereka ambil dari Al-Quran tentu berbeda-beda sesuai kemampuan masing-masing. Al-Quran adalah sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.

Tidak ada bacaan seperti Al-Quran yang diatur cara membacanya. Mana yang dipendekkan, mana yang dipanjangkan, dipertebal, diperhalus, dimana harus memulai, dimana harus berhenti, diatur nada dan iramanya, bahkan sampai etika orang yang membacanya harus dengan pakaian yang baik, posisi duduk yang sopan, dan “buku”nya tidak boleh diletakkan dengan sembarangan, tidak boleh dibawa ke kamar mandi, dan seterusnya.

Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Quran, Al-Quran memiliki kosakata sebanyak 77.439 (tujuh puluh ribu empat ratus tiga puluh sembilan). Memiliki jumlah huruf 323.015. Yang menarik adalah ada kata-kata yang berlawanan dalam Al-Quran yang memiliki jumlah yang sama.

Baca Juga  Mengenal Tafsir Al-Misbah: Keunikan dan Keistimewaannya

Misalnya, kata hayat (hidup) dan antonimnya maut (mati) masing-masing terulang sebanyak 145 kali di dalam Al-Quran. Kata akhirat dan kata dunia masing-masing terulang dengan jumlah yang sama, yaitu 115 kali. Kata malaikat dan kata setan masing-masing terulang sebanyak 88 kali. Kata thuma’ninah (tenang) dengan kata dhiyq (cemas) masing-masing terulang sebanyak 13 kali. Kata panas dan kata dingin masing-masing terulang sebanyak 4 kali.

Kata infaq diulang sejumlah dengan kata yang menjadi dampaknya, yaitu ridha (kepuasan), masing-masing 73 kali. Kata kikir dan akibatnya, yaitu penyesalan masing-masing terulang 12 kali. Zakat sama dengan berkat, kedua kata ini terulang masing-masing sebanyak 32 kali. Kata yaum (hari) terulang sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari dalam satu tahun. Kata syahr (bulan) sebanyak 12 kali sesuai dengan jumlah bulan dalam satu tahun.

Seorang orientalis, H.A.R Gibb menulis:

“Tidak ada seorang pun dalam seribu lima ratus tahun ini telah memainkan ‘alat’ bernada nyaring yang demikian mampu dan berani, dan demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya, seperti yang dibaca Muhammad (Al-Quran).”

Mengulang-ulang pembacaan dan perenungan terhadap Al-Quran akan  menghasilkan penafsiran baru, pengembangan gagasan, dan menambah kesucian jiwa serta kesejahteraan batin. Al-Quran yang dibaca oleh umat Islam dewasa ini tidak berbeda dengan ayat-ayat Al-Quran yang dibaca oleh Nabi Muhammad beserta para sahabat. Namun, setiap generasi harus membaca Al-Quran dan memaknainya sesuai dengan latar belakang ruang waktu masing-masing. Hal ini adalah salah satu pesan dari wahyu pertama yang berbunyi “iqra’ bismi Rabbika”. (Bacalah dengan nama Tuhanmu)

Perintah membaca adalah perintah yang paling berharga yang pernah diberikan kepada manusia. “Membaca” dalam berbagai maknanya adalah sayarat pertama dan utama pengembangan ilmu dan teknologi, serta syarat utama membangun peradaban. Semua peradaban yang berhasil bertahan dalam jangka waktu yang lama dimulai dari suatu bacaan.

Baca Juga  Makna Hur ‘ayn: Rupa Bidadari dalam Prespektif Penafsiran Al-Sya’rawi

Misalnya, peradaban Yunani dimulai dengan Iliad karya Homer pada abad ke-9 SM dan berakhir ketika muncul Perjanjian Baru. Peradaban Eropa dimulai dengan karya Newton (1641-1727). Peradaban Islam dimulai dengan Kitab yang luar biasa yang kita kenal dengan Al-Quran.

Ayat-ayat Al-Quran merupakan serat yang membentuk tenunan kehidupan muslim, serta benang yang menjadi rajutan jiwanya. Karena itu, sering kali pada saat Kitab Suci ini berbicara tentang satu persoalan menyangkut satu hal, tiba-tiba ayat lain muncul berbicara tentang aspek atau dimensi lain yang secara sepintas terkesan tidak saling berkaitan. Tetapi, orang yang tekun mempelajarinya akan menemukan keserasian hubungan yang amat mengagumkan, sama dengan keserasian hubungan yang memadukan gejolak dan bisikan-bisikan hati manusia, sehingga pada akhirnya dimensi atau aspek yang tadinya terkesan kacau menjadi terangkai dan terpadu indah, bagai kalung mutiara yang tidak diketahui di mana ujung pangkalnya.

Editor: Rubyanto