Dalam berbisnis, selain skill dan wawasan, ada hal mendasar yang harus dimiliki seseorang. Hal itu tiada lain adalah karakter atau mental. Bagi Quraish Shihab, hal ini penting untuk diperhatikan. Sebab tidak jarang orang mudah kalah atau jatuh dalam persaingan bisnis karena kelalaian terhadap karakter atau mental ini.
Penjelasan soal ini diurai Quraish Shihab dalam bukunya “Bisnis Sukses Dunia Akhirat: Berbisnis dengan Allah”. Menurutnya, sebenarnya ada banyak sikap atau mental yang mesti dimiliki oleh calon atau seorang pebisnis. Hanya saja ia menggarisbawahi tujuh poin penting.
Pertama, sikap yang mesti dimiliki seorang pebisnis adalah tidak gampang puas. Banyak orang mudah jatuh dan tertinggal karena telah merasa cukup dengan pencapaiannya. Padahal sebagai seorang muslim dan berbisnis, ia harus senantiasa berpikir meningkat dan berkembang dari waktu ke waktu.
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad dalam salah satu sabdanya:
Barang siapa yang harinya lebih baik dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang harinya sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barang siapa yang harinya lebih buruk dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang dilaknat (Allah).
Jadi, bagi seorang muslim dan pebisnis, diminta untuk senantiasa mengevaluasi progresnya dari hari ke hari. Jangan sampai tidak terjadi lompatan kemajuan di dalamya. Karena ini menandakan kalau ia bergerak mundur dan orang yang bergerak mundur adalah orang yang tidak disenangi Allah.
***
Bagi Quraish, seorang pebisnis tidak boleh cepat puas dengan apa yang dicapainya. Seorang pebisnis harus memiliki ambisi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik dari hari ke hari. Sebab hidup ialah proses yang mendidik kita untuk terus meraih yang terbaik dalam hidup.
Dalam Islam, ambisi terhadap harta dan kuasa sangat dibolehkan. Selama diperoleh dengan cara yang patut, benar dan diridai oleh agama. Hal ini misalnya dapat kita lihat dari doa Nabi Sulaiman yang meminta agar kekuasaannya menjadi kekuasaan terbesar dan tidak ada bandingannya sepanjang dalam sejarah manusia:
“Dia berkata: “Tuhan, ampunilah aku dan anugrahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (QS. Shad [38]: 35)
Namun, Quraish juga memberi catatan terkait dengan ambisi. Ia berpesan ketika usaha yang kita lakukan telah maksimal, ambisi menggebu yang datang setelahnya jangan terlalu dituruti. Sebab biasanya yang demikian itu dapat mencelakakan kita.
“Memang jika usaha Anda yang halal telah maksimal, maka ketika itu Anda boleh berhenti dengan puas, karena kalau setelah usaha maksimal masih ada ambisi yang meluap, maka ambisi tersebut dapat menjerumuskan Anda.”
Sementara kedua, karakter yang harus ada pada diri pebisnis adalah fleksibilitas atau kelenturan. Sikap ini menurut Quraish mutlak keharusannya. Dengan bersikap lentur, pebisnis akan mudah menghadapi situasi-situasi yang tidak diduga dan jauh dari perkiraan. Selain itu, ia juga harus membaca kecenderungan dan kebutuhan pasar.
Jadi, dalam berbisnis, seseorang tidak boleh kaku. Ia tidak boleh meminta pasar mengikut keinginannya, tapi sebaliknya, ia lah yang mesti memahami dan menuruti kebutuhan pasar. Selain itu, sikap luwes nan lentur juga dibutuhkan dalam menghadapi dan menjalin komunikasi dengan mitra-mitra bisnis yang tentu sangat beragam kecenderungan dan pribadinya.
***
Adapun ketiga, ia juga harus memiliki sikap tabah, sabar dan ulet. Sikap ini juga tidak kalah pentingnya. Karena dalam proses menjajaki sebuah bisnis, keuntungan tentu tidak datang dalam waktu yang cepat. Banyak tantangan dan rintangan yang mesti dulu dilalui. Bahkan naik-turun dalam bisnis menjadi teman akrab. Di sinilah kesabaran dan ketabahan diminta. Sebab dunia bisnis, jelas Quraish, memang merupakan wahana yang memiliki banyak tantangan di dalamnya.
Di samping tabah dan sabar, seorang muslim dan pebisnis harus memiliki sifat ulet dalam bekerja. Sifat ini penting. Terutama bagi pemula. Karena ia masih membaca-baca pola. Selain itu ia juga harus membuka diri seluas-luasnya untuk belajar dari pebisnis senior yang tentu telah paham akan seluk-beluk dunia bisnis.
Keempat, Quraish mengajurkan agar seorang pebisnis mampu memanfaatkan waktu dan peluang. Bahkan dalam tahap yang lebih jauh, harus bisa menciptakan peluang. Menurutnya, pebisnis yang baik adalah pebisnis yang punya kemampuan membaca dan peka terhadap peluang dan segera mengeksekusinya. Sebab jika tidak, maka peluang yang ada boleh jadi terlewatkan.
Paradigma ini bahkan telah diajarkan QS. Al-Insyirah [94]: 5-6 bahwa sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan yang disisipkan oleh Allah. Jadi seorang muslim dan pebisnis harus jeli dalam melihat tanda-tanda atau peluang-peluang. Sebab peluang kadang kala hadir di saat atau momen-momen genting dan terdesak.
Tulisan ini merupakan hasil kerja sama antara Tanwir.ID dan SUMU (Serikat Usaha Muhammadiyah)
Leave a Reply