Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Karakter Muslim Berkemajuan Perspektif Juz ‘Amma Al-Quran (2)

pendidikan

Kelima belas, muslim berkemajuan tegas kepada orang tak beriman, “Aku tidak mempertuhan apa pun yang kamu pertuhan dengan sikap, kata, dan perbuatan.”

قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ 

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu pun tak akan menyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak akan menyembah Tuhan yang aku sembah. Agamamu untukmu, dan agamaku untukku”. (QS 109:1-6)

Keenam belas, muslim berkemajuan peduli kepada anak yatim, menolong orang miskin dengan memberi makan dan asupan ilmu, iman, amal, wawasan, dan kesehatan, serta menunaikan shalat dengan khusyuk hati, dan menjauhkan diri dari pencitraan.

أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ فَذَٰلِكَ ٱلَّذِي يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ 

Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang riya, dan enggan menolong dengan barang berguna. (QS 107:1-7)

Ketujuh belas, muslim berkemajuan menghindar dari mengumpat, mencela, dan menumpuk harta sebanyak-banyaknya dengan rakusnya, serta mengira harta akan mengekalkannya.

وَيۡلٞ لِّكُلِّ هُمَزَةٖ لُّمَزَةٍ ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ كَلَّاۖ لَيُنۢبَذَنَّ فِي ٱلۡحُطَمَةِ 

Celakalah setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya. Sekali-kali tidak! Sungguh dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam neraka. (QS 104:1-4)

Baca Juga  Tafsir 'Ilmi: Gunung sebagai Penjaga Stabilitas Bumi

Kedelapan belas, muslim berkemajuan menghindari kerugian di dunia dan akhirat dengan mengelola dan menggunakan waktu secara saksama untuk beramal bagi sesama sebanyak-banyaknya.

وَٱلۡعَصۡرِ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ 

Demi waktu sepanjang sejarah. Sungguh manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran. (QS 103:1-3)

Kesembilan belas, muslim berkemajuan menghindar dari keserakahan mengejar bertambahnya harta kekayaan, kedudukan, jumlah penganut, pengikut, atau pendukung pribadi, partai, maupun organisasi, hingga melalaikan dan menghalalkan segala.

أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ 

Menimbun kekayaan telah melalaikan kamu, sampai kamu mengunjungi kuburan. (QS 102:1-2)

Kedua puluh, muslim berkemajuan berusaha sekuat tenaga beramal sebanyak-banyaknya dengan segala anugerah yang diberikan Allah swt, baik tenaga, harta, ilmu pengetahuan, dan keterampilan, agar timbangan amal kebaikannya lebih berat daripada keburukannya.

فَأَمَّا مَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَهُوَ فِي عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ وَأَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُمُّهُۥ هَاوِيَةٞ 

Siapa yang berat timbangan amal kebaikannya, akan hidup memuaskan. Tetapi siapa yang ringan timbangan amal kebaikannya, maka tempat tinggalnya lubang yang paling dalam. (QS 101:6-9)

Kedua puluh satu, muslim berkemajuan selalu menambah ilmu dengan membaca apa yang tersurat dan tersirat sebagai bekal hidup dan berjuang di jalan Allah.

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ 

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan kepada manusia menggunakan pena. Mengajar manusia apa yang tidak ia ketahui. (QS 96:1-5)

Baca Juga  Bukti Ilmiah Fenomena Pembatas dua Perairan dalam Al-Qur’an

Kedua puluh dua, muslim berkemajuan menghayati keberadaannya sebagai makhluk istimewa yang diciptakan secara simetris dalam bentuk, sosok, kodrat, dan bakat, serta melandasi hidupnya dengan iman, dan mengisinya dengan amal kebaikan sepenuh kemampuan.

لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ثُمَّ رَدَدۡنَٰهُ أَسۡفَلَ سَٰفِلِينَ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَلَهُمۡ أَجۡرٌ غَيۡرُ مَمۡنُونٖ 

Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik. Kemudian Kami jatuhkan dia serendah-rendahnya, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putusnya. (QS 95:4-6)

Kedua puluh tiga, muslim berkemajuan menjalani hidup dengan optimis, bahwa setiap kesulitan mengandung benih pemecahan, dan hanya kepada Allah saja memfokuskan perhatian.

فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَب 

Sungguh bersama setiap kesulitan ada kemudahan. Sungguh bersama setiap kesulitan itu ada kemudahan. Maka jika kamu telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras, dan kepada Tuhanmu tujukanlah perhatianmu. (QS 94:5-8)

Kedua puluh empat, muslim berkemajuan peduli kepada anak yatim dengan menyantuni sepenuh hati, dan memberi peminta sesuai dengan kemampuannya, serta rela berbagi nikmat Tuhan kepada sesama dalam suka maupun duka.

فَأَمَّا ٱلۡيَتِيمَ فَلَا تَقۡهَرۡ وَأَمَّا ٱلسَّآئِلَ فَلَا تَنۡهَرۡ وَأَمَّا بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثۡ 

Janganlah kau berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim. Dan orang yang meminta janganlah kau bentak. Dan nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu siarkan. (QS 93:9-11)

Kedua puluh lima, muslim berkemajuan menyadari bahwa usahanya beraneka macam; berkorban dengan hati yang lapang untuk Allah dan untuk manusia, bersedekah atas dasar takwa, dan mendukung kebenaran dan keadilan bagi sesama.

إِنَّ سَعۡيَكُمۡ لَشَتَّىٰ فَأَمَّا مَنۡ أَعۡطَىٰ وَٱتَّقَىٰ وَصَدَّقَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلۡيُسۡرَىٰ وَأَمَّا مَنۢ بَخِلَ وَٱسۡتَغۡنَىٰ وَكَذَّبَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلۡعُسۡرَىٰ 

Sungguh usahamu beraneka macam. Siapa yang bersedekah dan bertakwa, dan membenarkan segala yang terbaik, Kami kelak akan memudahkan baginya jalan menuju kebahagiaan. Tetapi orang yang bakhil dan merasa dirinya serba cukup, Dan mendustakan pahala terbaik, Kami akan memudahkan baginya jalan menuju kesengsaraan. (QS 92:4-10)

Baca Juga  Tafsir Al-Furqan; Tafsir Indonesia Karya Ahmad Hassan

Kedua puluh enam, muslim berkemajuan menjalani hidup dengan bekerja sungguh-sungguh, memeras keringat, dan membanting tulang, supaya kelak menerima catatan amal di tangan kanan, bukan sebaliknya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡإِنسَٰنُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدۡحٗا فَمُلَٰقِيهِ فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابٗا يَسِيرٗا وَيَنقَلِبُ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورٗا وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ وَرَآءَ ظَهۡرِهِۦ فَسَوۡفَ يَدۡعُواْ ثُبُورٗا وَيَصۡلَىٰ سَعِيرًا 

Hai manusia, sungguh kamu bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya. Siapa yang Catatannya diberikan di tangan kanannya, kelak dia akan diperiksa dengan mudah, dan kembali kepada kaumnya dengan gembira. Tetapi siapa yang Catatannya diberikan di belakang punggungnya, dia akan berteriak karena penderitaannya. Dan akan masuk ke dalam api yang menyala. (QS 84:6-12)

Kedua puluh tujuh, muslim berkemajuan mengindahkan pesan-pesan Al-Quran dengan saksama dalam menjalani hidupnya hari demi hari sampai akhir hayat nanti.

إِنۡ هُوَ إِلَّا ذِكۡرٞ لِّلۡعَٰلَمِينَ لِمَن شَآءَ مِنكُمۡ أَن يَسۡتَقِيمَ وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ 

Sungguh Al Quran ini tak lebih hanya suatu peringatan bagi semesta alam, bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Kamu tidak dapat berkehendak, kecuali jika Allah menghendaki, Tuhan semesta alam. (QS 81:27-29)

Penyunting: M. Bukhari Muslim