Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam menuturkan untuk menyembah kepada Allah semata. Al-Qur’an di samping itu merupakan kitab suci penyempurna dari kitab-kitab suci sebelumnya yakni Taurat, Zabur dan Injil. Ajaran al-Qur’an berlaku untuk seluruh umat manusia tanpa batas waktu dan tempat. Semakin menyebarnya Islam, dibarengi dengan semakin banyaknya kajian yang dilakukan terhadap Islam itu sendiri. Kajian yang dilakukan sangat bervariasi baik yang berfokus kritik kitab suci, ajarannya dan lain sebagainya. Yang menjadi perhatian juga bahwa kajian tersebut tidak hanya dilakukan oleh sarjana muslim/timur saja melainkan juga dilakukan oleh non-Muslim/Barat.
John Wansbrough dan Tradisi Islam
Salah satu sarjana yang concern dalam studi islam adalah John Wansbrouh. Ia merupakan seorang ahli tafsir di London, tahun 1960 Wansbrough memulai karir akademiknya di Departemen Sejarah di School of Oriental and Africa Studies (SOAS University of London) dengan menjadi staf pengajar.
Banyak pikirannya tentang kritik Islam dan al-Qur’an yang menjadi perhatian banyak pengkaji studi Islam. Menurut Wansbrough antara satu Nabi dengan Nabi yang lainnya tidak ada bedanya, hal ini dia klaim berasal dari keyakinan umat islam sendiri yang bermuara pada al-Qur’an. Namun umat di sisi lain menganggap Nabi Muhammad saw lebih unggul dari nabi yang lain.
Menurut John Wansbrough kenabian Muhammad tidak bisa disamakan dengan Nabi-nabi yang lainnya alih-alih derajatnya lebih rendah di bawah Musa as. Ia merujuk ayat al-Qur’an yang menurutnya mengungkapkan nabi Musa lebih unggul misalnya saat nabi Musa berbicara langsung dengan Tuhan dalam QS. Al-Nisa: 164, ketika menunjukan keadaan Musa ingin melihat Tuhannya dalam QS. al-A’raf: 143 dan beberapa ayat lainnya.
Selain mengenai al-Qur’an Wansbrough juga mengkaji mengenai al-Qur’an, dalam bukunya Quranic studies source and Method Of scriptural Interpretation wansbrough mengatakan bahwa al-Qur’an adalah kepanjangan dari kitab Taurat. Wansbrough memberi kata al-Kitab/ Kitabullah dalam QS. al-A’raf dan al-Saffat dengan makna otoritas.
Hal di atas bisa dipahami bahwa nampaknya Wansbrough bertujuan untuk melepaskan jalinan transcendental yakni wahyu dari al-Qur’an. Wansbrough memperkuat argumentasinya dengan menganggap bahwa kata qul dalam QS. al-An’am: 15, al-Rad: 36, dan al-Ankabut: 52 dimasukan secara sengaja untuk melegitimasi bahwa al-Qur’an benar-benar wahyu (Suryadilaga, 2011).
Wansbrough hendak membuktikan tesis utamanya yakni al-Qur’an tercipta dalam susana perdebatan sektarian antara Yahudi-Kristen sehingga penuh dengan tradisi. Menurutnya al-Qur’an merupakan karya pasca Nabi Muhammad dan perpaduan berbagai tradisi.
Kritik atas Pemikirannya
Pemikiran Wansbrough direspon oleh banyak sarjana baik muslim maupun non-Muslim. Montgomery Watt mengatakan bahwa walau kajian Wansbrough dilakukan secara ilmiah tetapi asumsi yang dilakukannya meragukan.
Sarjana lain yang mengkritik adalah Fazlur Rahman seorang muslim asal Pakistan. Menurut Rahman semua agama dalam sejarah (all religions are in history) termasuk pada Yahudi, Kristen dan Islam. Untuk mendapatkan latar belakang historis menurut Rahman bukan dicari dalam tradisi Yahudi-Kristen melainkan pada tradisi Arab.
Rahman dalam Major Themes of the Qur’an mengklasifikan tiga kategori kajian yang dilakukan Barat mengenai al-Qur’an: pertama, upaya mencari keterpengaruhan al-Qur’an oleh Yahudi-Kristen, kedua, menelusuri secara kronologis setiap ayat dalam al-Qur’an, ketiga memaparkan aspek tertentu dalam al-Qur’an.
Rahman menyayangkan pembahasan- pembahasan mengenai anteseden-anteseden Yahudi-Kristen pada al-Qur’an sering kali dilakukan. Hal itu bisa dipahami karena berdasar pada tujuan mereka untuk membuktikan bahwa al-Qur’an tidak lebih dari Yahudi-Kristen dan nabi Muhammad adalah tidak lebih dari seorang pemeluk Yahudi.
Mengenai pendapat Wansbrough yang mengatakan bahwa al-Qur’an penuh dengan tradisi karena berada dalam susana sengketa sektarian Yahudi-Kristen, Rahman menuturkan bahwa data-data yang dimiliki Wasnbrough relatif kurang khususnya mengenai sejarah asal-muasal, sifat evaluasi, serta personalitas-personalitas yang terlibat di dalam tradisi-tradisi itu. Menurut Rahman al-Qur’an secara kronologis antara satu dengan yang lainnya merupakan satu keutuhan.
Apresiasi Pemikiran
Kendati pemikrian Wansbrough banyak dikritik oleh pemikir lainnya, apresiasi tetap harus diberikan kepadanya karena telah memberikan pendekatan dan metode yang berbeda dalam mengkaji al-Qur’an sehingga memperluas khazanah kelimuan studi islam. Sebagaimana disampaikan oleh Joseph Van Ess, menganpresiasi metode yang dipakai oleh Wansbrough khususnya berkaitan mengenai dimensi aksiologis dalam wacana keilmuan.
Editor: An-Najmi
Leave a Reply