Pada abad ke-21, manusia membutuhkan keterampilan untuk bertahan dalam kuantum perubahan yang selalu menuntut respons. Keterampilan yang diidentifikasi untuk bertahan hidup di dunia abad ke-21 telah menuntut produk dari masyarakat yang dilengkapi dengan Pengetahuan dan Keterampilan abad ke-21. Keterampilan ini adalah keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.
Studi terbaru menunjukkan perlunya mendesain ulang kebijakan, budaya teknologi tinggi, dan strategi baru bagi negara-negara untuk mempertahankan ekonomi mereka karena dunia abad ke-21 didasarkan pada ekonomi berbasis pengetahuan yang dapat dihasilkan dari penemuan dan inovasi. Hal ini merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan sistem pendidikan.
Melihat Makna Berfikir Kritis
Berpikir kritis menurut Ku, Lee, & Ellis (2017) dalam Thinking Skills and Creativity merupakan jenis pemikiran terfokus di mana pemikir secara analitis dan konsisten menginduksi kriteria dan standar intelektual, bertanggung jawab untuk membangun pemikiran, mengendalikan konstruksi pemikiran sesuai dengan standar, dan mengevaluasi pemikiran berdasarkan tujuan, kriteria, dan standar. Konsensus definisi para ahli memahami pemikiran kritis sebagai penilaian yang bertujuan untuk menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan, serta penjelasan mengenai bukti, konseptual, metodologis, kategorikal, atau kontekstual yang menjadi dasar penilaian tersebut.
Berfikir kritis lebih lanjut dipandang sebagai refleksi yang dinamis, gigih, dan hati-hati terhadap kepercayaan atau bentuk pengetahuan berdasarkan sudut pandang dan kesimpulan tambahan yang cenderung mendukungnya. Hal itu menurut Williams (2017) dalam John Dewey in the 21 st Century mencakup upaya sadar dan disengaja untuk melembagakan kepercayaan di atas fondasi yang kuat dari bukti.
Berfikir kritis menjadi jenis berfikir dalam tingkat tinggi. Hal ini dikarenakan ia membutuhkan kemampuan analisis, interpretasi, juga evaluasi.
Komponen Berpikir Kritis dalam Perspektif Al-Quran
Komponen berpikir kritis yang diusulkan oleh para sarjana barat sebenarnya telah lama diungkapkan oleh Al-Qur’an sejak abad ke-14. Allah Swt telah menunjukkan beberapa elemen berpikir kritis melalui melalui ayat-ayat Al-Qur’an.
- Tujuan
Isyarat tujuan berpikir kritis ditemukan misalnya pada QS. Ali Imran:190-191. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal; (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka”.
Ayat ini menggambarkan bahwa orang-orang yang berpikir akan mengamati ciptaan-Nya dengan menggunakan hati. Untuk merasakan hal ini, manusia harus dengan sengaja niat yang ikhlas karena tujuan dari berpikir tentang ciptaan-Nya adalah untuk melihat kebesaran-Nya.
***
- Analisis Informasi
Analisis merupakan salah satu elemen penting bagi para pemikir kritis. Al-Qur’an sejak awal mencegah peniruan buta atau menerima informasi tanpa bukti yang dapat diverifikasi. Setiap berita yang dibawa kepada seseorang perlu dipastikan kebenarannya. Jika tidak, ia dapat menimbulkan penilaian yang salah atau menyakiti jiwa karena ketidaktahuannya. Isyarat ini terdapat pada QS al-Hujurat: 6, “Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.”
Selain itu, al-Qur’an secara nyata mengutuk sekelompok manusia dan jin; karena kelalaiannya karena tidak menggunakan kemampuan akal mereka untuk memahami realitas.” Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia; untuk (masuk neraka) Jahanam (karena kesesatan mereka). Mereka memiliki hati yang tidak mereka pergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan memiliki mata yang tidak mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah), serta memiliki telinga yang tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Itulah mereka orang-orang yang lengah.” (QS. Al-A’raf 7:179).
***
- Konsep
Unsur konseptual dalam berpikir kritis dapat ditemukan pada QS. Al-An’am:50, “Katakanlah, “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(-nya)?” Ayat ini memiliki kaitan dengan Q.S. Hud: 24, Perumpamaan kedua golongan (kafir dan mukmin) seperti orang buta dan orang tuli dengan orang yang dapat melihat dan yang dapat mendengar. Samakah kedua golongan itu? Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
Dua ayat Al-Quran di atas adalah contoh yang menekankan unsur konseptual yang membedakan antara dua kelompok orang yang buta dan melek huruf, juga orang kafir dan mukmin. Keterampilan membandingkan dan membedakan merupakan salah satu keterampilan berpikir kritis.
- Pertimbangan Nalar
Islam mendorong manusia untuk berpikir secara mendalam. Dengan berpikir, orang dapat menjauhi pendapat tanpa argumen yang valid, percaya pada hal yang menghalangi kebenaran, menghukumi sesuatu tanpa memeriksa. dan berprasangka. Selain itu, menguatkan bukti selama proses perdebatan pun ditekankan, seperti yang tercantum dalam Q.S. al-Baqarah:258, “Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah menganugerahkan kepadanya (orang itu) kerajaan (kekuasaan), (yakni) ketika Ibrahim berkata, “Tuhankulah yang menghidupkan dan mematikan.” (Orang itu) berkata, “Aku (pun) dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Kalau begitu, sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur. Maka, terbitkanlah ia dari barat.” Akhirnya, bingunglah orang yang kufur itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
Dari kutipan ayat di atas, keterampilan menilai rasionalitas suatu klaim adalah elemen penting dalam al-Qur’an. Ayat tersebut menunjukkan bagaimana Nabi Ibrahim as membungkam seorang penguasa yang kejam. Demikian pula, pada QS al-Baqarah:111 yang menyanggah klaim orang Yahudi sebagai satu-satunya orang yang layak masuk surga. Allah mengutuk mereka dengan mengungkap kecenderungan aneh mereka dan menantang mereka untuk menunjukkan bukti-bukti klaim mereka.
Editor: An-Najmi
Leave a Reply