Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Islam dan Kemanusiaan: Membaca Kasus Wadas

Wadas
Sumber: liputan6.com

Kehadiran Islam tidak berasal dari ruang sosial yang kosong, pun tidak menuju ruang hampa. Ia timbul dari situasi sosial yang penuh konflik lalu menuju pada suasana hidup yang damai, sejahtera dan menjadi petunjuk bagi manusia untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam beserta segala makhluk hidup di dalamnya, setidaknya pesan keIslaman itu tergambar dari firman Allah:

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 107)

Al-Qur’an menggambarkan tugas kita melalui teladan kenabian Muhammad SAW. Bahwa fungsi kita di muka bumi semata-mata demi memberi kebaikan bagi alam semesta, tidak saja bagi manusia. Tuhan telah menciptakan alam beserta makhluk di dalamnya dengan keseimbangan, proporsinal dan terukur. Demikian seharusnya kita merawatnya dengan cara paling baik. Keseimbangan itulah yang mesti dikelola dengan bijaksana.

Namun, rupa-rupa kasus pengrusakan terhadap alam dan segala isinya menggambarkan potret buruk dari tabiat manusia. Setidaknya hal itulah yang tergambar dari rentetan kasus penambangan di Wadas, Purwerejo.

Kasus Wadas dan Potret Kemanusiaan Kita

Hari-hari terakhir ini suasana kemanusiaan kita mencekam, sesak kepedihan dan penuh kengerian. Potret suasana itu tergambar dari kasus penambangan di Wadas, Purwerejo di hari-hari terakhir. Para aktivis pembela rakyat ditangkap, dipukul dan dituduh merusuh. Gambaran kengerian itu tersebar di media sosial, menghantam inti terdalam dari manusia, rakyat berkabung sembari geram atas tindakan kekerasan kepada aktivis dan rakyat.

Masyarakat menolak penambangan bukan tanpa musabab, mereka menghalau penambangan dengan argumentasi yang berdasar. Rakyat tidak ingin alam yang kaya melimpah itu dilahap oleh kerakusan manusia. Tergambar dalam ingatan kita soal tabiat buruk dari manusia sesuai ujaran Nabi:

Baca Juga  Mostbet Giriş: Çevrimiçi Spor Bahisleri Ve Casino 9, 000'ye Kadar Bonu

“Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya”.

Apa yang lebih menjelaskan musabab penambangan Wadas selain bahwa ia dampak dari kerakusan kuasa dan pemodal. Penambangan itu terang bukan untuk maslahat rakyat setempat, kecuali untuk segelintir golongan belaka. Kerakusan itu berbuah kerusakan bila tidak segera dihentikan. Bagi pengusaha pemenang tender penambangan ini, Allah menghardik dengan nada sentilan: Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan (QS. Al-Adiyat [100]: 8). Ujaran Tuhan itu serupa dengan ayat yang lain di (QS. Al-Fajr [89]: 20).

Bagaimanapun, kasus penambangan Wadas adalah potret kemanusiaan kita kini, modernisme dan pembangunan tidak semata-mata anugerah kemanusiaan. Kadang sebaliknya, pembangunan justru menggusur manusia dan memperkosa alam. Laku sembrono dan ugal-ugalan itu dipraktikkan oleh golongan kaya, pemerintah seturut aparat-aparatnya di lapangan.

Islam dan Perjuangan Rakyat Wadas

Dalam (QS. Abasa: 24) Allah berfirman: “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”. Perjuangan kita sebetul-betulnya adalah bentuk agung ketaatan pada Tuhan untuk memperhatikan makanan anak cucu kelak, khususnya untuk menjaga agar lahan subur itu tidak berganti gersang. Itulah mengapa kita lawan kebatilan, kita menolak segala bentuk pemerkosaan pada alam, perkosaan yang pada dampak panjanganya menghabiskan sisa-sisa makanan dan penghidupan untuk anak cucu kelak. Perintah untuk memperhatikan nasib anak cucu kelak tergambar dalam pesan Allah:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS An-Nisa: 9)

Baca Juga  1xbet Nigeria Mobile, Registration, Bonu

Perjuangan rakyat tersebut semata-mata demi memastikan bahwa anak-anak cucu mereka kelak tiada hidup dalam kerapuhan ekonomi dan kelaparan sebagai akibat dari habisnya sumber penghasilan mereka.

Sementara rupa-rupa bantuan yang dilakukan para aktivis adalah perwujudan dari sikap keislaman mereka terhadap kebatilan dan kemunkaran, itulah mengapa mereka bersekutu, persekutuan itu perintah al-Imran: 110:

“Kamu adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.”

Perintah Membela yang Lemah

Aliansi itulah sekumpulan golongan terbaik; manusia yang bersekutu demi mencegah kemunkaran itu berlanjut. Demikian itu dalam dimensi religius adalah bentuk keimanan kepada Allah Swt, perwujudan keimanan pada Tuhan, bahkan bentuk lain dari jihad membela orang lemah, seperti firman Allah:

Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo`a: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!” (An-Nisa: 75).

Ayat itulah dorongan paling kuat bagi kita untuk bertahan, menghalau penambangan, menebar kampanye pelawanan, bersekutu dengan rakyat dan memastikan bahwa penambangan ini tak benar-benar terjadi. Memastikan bahwa kita membela laki-laki, wanita dan anak manusia yang menetap di Wadas.

Akhirnya, mari berdoa badai konflik ini usai dengan putusan paling baik. Tak menambah korban kekerasan apalagi pertaruhan nyawa. Masih ada waktu untuk pemerintah menimbang ulang kebijakan ini dengan pikiran jernih dan hati yang tulus. Kehendak untuk mengakui kesalahan dan merubah arah kebijakan sama sekali tiada menjatuhkan integritas kepemimpinan pemerintah, sebaliknya menunjukkan sikap kesatria menerima masukan dari rakyat. 

Baca Juga  Ayat Kisah: Nabi Uzair dalam Al-Qur'an