Mengulang hafalan Al Quran atau biasa disebut sebagai muraja’ah merupakan kewajiban bagi para penghafal Al Quran. Istilah muroja’ah lebih sering dipakai untuk muroja’ah hafalan Al Quran, hadits-hadits, atau pelajaran-pelajaran lain. Muroja’ah dilakukan agar hafalan tidak mudah hilang, dan menjadi lebih lekat dalam pikiran. Di kalangan para penghafal Al Quran, istilah ini tidak lagi menjadi asing, dan seharusnya tidak asing. Karena muroja’ah adalah kewajiban para penghafal Al Quran jika mereka telah berhasil menyelesaikan hafalan Al Quran 30 juz. Bahkan seorang ulama bernama Ibnu Hajar Al Asqolaniy –rahimahullah ta’ala- menggolongkan ketiadaan muroja’ah hafalan Al Quran bagi penghafalnya sebagai sebuah dosa.
Penjelasan Secara Neurosains
Dalam mempelajari sistem kerja otak, Kita akan menemukan istilah “mielinisasi” atau sebuah keadaan dimana masuknya sebuah informasi kedalam otak, yang akan mengakibatkan terjadinya kontak dan hubungan antarsel syaraf. Informasi kemudian bersambung terus menerus. Bila jalinan tersebut didukung oleh komponen bernama myelin, maka jalinan itu semakin akan kuat dan bertahan lama. Bergantung dengan banyak dan tebalnya selubung myelin. Maka myelin berhubungan dengan daya ingat seseorang. Semakin sering seseorang mengulang informasi tersebut, maka semakin tegas terjadinya mielinisasi tersebut, seolah mielin ini “menyelimuti” atau mengkekalkan informasi agar tidak mudah hilang dalam waktu yang lama.
Belajar dapat berarti memperkuat selubung mielin tersebut, kekukuhan dan ketahanan sebuah sel syaraf sangat ditentukan oleh pengulangan pesan-pesan atau informasi itu. Pengulangan akan membuat sel syaraf selalu “segar”. Orang yang belajar seumur hidup akan membuat sel syarafnya tetap “segar” sepanjang waktu. (Taufiq Pasiak : 2002)
Setelah terjadinya mielinisasi, maka akan terjadi pembentukan sinaps atau percabangan serabut syaraf yang menjadi penghubung setiap sel otak. Kedua proses ini sangat memengaruhi perkembangan otak, terkhusus bagi anak-anak dan remaja. Sebab, semakin banyak percabangan (sinaps), hubungan pada tiap sel otak juga akan semakin baik. Maka, fungsi otak dalam menjalankan berbagai fungsi juga lebih terkoordinasi.
Jika diperhatikan dengan baik, rangkaian kegiatan hafalan Al Quran dari mulai perbaikan bacaan (tahsin), mulai hafalan, hingga ujian dan kewajiban muroja’ah bagi para huffadz, seluruhnya merupakan kegiatan-kegiatan pergerakan syaraf otak yang mengasah kecerdasan otak. Maka selayaknya seorang penghafal Al Quran tidak diragukan lagi jika memiliki kemampuan untuk menyerap informasi dan mempelajari berbagai bidang ilmu dengan mudah, dengan modal hafalan Al Quran yang sepaket dengan kegiatan muroja’ahnya.
Imam Syafi’i –rahimahullah ta’ala– mengajarkan beberapa tips hafalan Al Quran dengan baik, yaitu dengan mengeraskan suara ketika menghafal, dan melirihkan suara ketika memahami ilmu, dan mengulang ayat Al Quran sebanyak 20 hingga 40 kali, walaupun mungkin sudah hafal dalam sekian kali saja.
Ulama lain, seperti Ibnu Jauzi –rahimahullah ta’ala– mengajarkan agar mengulang hafalan dalam satu ayat hingga 80 kali, ada juga yang 100 kali, dan lain sebagainya.
Mengulang hafalan benar-benar melibatkan seluruh perangkat input informasi otak. Mulai dari pengelihatan, pendengaran juga lidah. Ada juga beberapa metode hafalan Al Quran di Mauritania dan Sudan, juga beberapa negara Afrika lain yang menggunakan metode tulis ulang yang melibatkan tangan juga.
Waktu Terbaik Untuk Muroja’ah
Allah ‘azza wa jalla telah memberikan kepada seluruh manusia 24 jam waktu setiap harinya secara adil. Akan tetapi, setiap orang berbeda dalam menggunakan waktu 24 jam dalam satu hari tersebut. Hendaknya para penghafal Al Quran meluangkan waktunya sekitar satu jam saja dalam satu hari untuk memuroja’ah setidaknya 1 juz dalam Al Quran, atau setengah juz dalam satu jam setiap harinya. Hal ini berdasarkan kemampuan dan prioritas pembagian waktunya yang lain, untuk beribadah, untuk belajar, untuk menghafal hafalan baru hingga untuk menulis dan hal-hal yang bersifat kebutuhan pribadi seperti istirahat dan makan.
Banyak ulama memberikan saran bahwa waktu untuk menghafal adalah di waktu sebelum dan setelah shalat subuh, hingga setelah matahari terbit. Sedangkan waktu untuk menerima ilmu-ilmu yang membutuhkan hafalan adalah antara waktu dhuha hingga siang hari, tentu saja setelah sarapan dengan menu makanan yang sederhana dan tidak mengandung banyak karbohidrat (seperti nasi). Minum kopi tanpa gula juga cukup membantu dalam kegiatan belajar.
Di waktu siang, setelah shalat dhuhur dan makan siang, adalah waktu yang tepat untuk menulis, dan setelah waktu ashar adalah waktu untuk muroja’ah, istirahat, atau mengerjakan kebutuhan pribadi seperti olahraga, atau menambah wawasan dengan bacaan ringan. Sedangkan setelah magrib hingga menjelang istirahat malam adalah waktu yang tepat untuk muroja’ah hafalan dan ilmu yang diterima dalam hari itu.
Catatan Untuk Para Penghafal
Sekalipun menghafal Al Quran memiliki efek yang sangat positif bagi perkembangan otak dan menambah kecerdasan, akan tetapi menambah kemampuan diri itu juga perlu. Kecerdasan otak yang meningkat dengan kegiatan hafalan dan muroja’ah adalah modal utama dalam pengembangan otak dan diri. Akan tetapi perlu adanya pelatihan-pelatihan dan penambahan wawasan dengan mempelajari ilmu-ilmu lain, baik dalam agama atau non-agama seperti sejarah, bahasa, psikologi, dan lain sebagainya.
Penghafal Al Quran tidak boleh berpikiran sempit dan bersikap tertutup lalu mencukupkan diri dengan menghafal Al Quran dan ilmu-ilmu syar’i saja. Akan tetapi juga dituntut untuk menguasai bidang ilmu yang lain, dalam rangka membangun peradaban Islam dan memperbaiki masyarakat agar lebih baik.
Karena banyak para penghafal Al Quran yang sebenarnya sangat baik dalam segi kecerdasannya, akhlaqnya, juga ibadahnya. Akan tetapi ada beberapa kemampuan lain seperti menulis yang perlu ditingkatkan. Mulai dari penggunaan EYD, dsb.
Menjadi sebuah harapan besar jika di negeri ini, dipimpin oleh para penghafal Al Quran yang memiliki kecerdasan yang cukup tinggi, dan membawa negeri ini menuju kebaikan dan melaksanakan perbaikan, seiring dengan banyaknya pondok dan rumah tahfidz yang tersebar di pelosok negeri.
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.