Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Imam Al-Qurthubi: Sosok di Balik Lahirnya Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an

Al-Qurthubi

Ada banyak kitab tafsir yang lumayan familiar di Indonesia. Di antaranya ialah: Tafsir Jalalain, Tafsir At-Thabari, dan Tafsir Al-Qurthubi. Kitab yang disebut terakhir ini adalah karya tafsir yang cukup banyak dirujuk oleh umat Islam Indonesia dalam memahami kandungan-kandungan al-Quran. Pengarangnya bernama Imam Al-Qurthubi. Salah satu di antara faktor yang membuat kitab tafsir ini cukup familiar dan banyak dirujuk adalah karena telah tersedia edisi terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Menariknya, sebagaimana dituturkan Quraish Shihab dalam bukunya Rasionalitas Al-Quran: Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar, kitab ini termasuk di antara kitab tafsir yang direkomendasikan oleh Syekh Muhammad Abduh, mufasir dan reformis Islam asal Mesir. Sebab penulisnya, menurut Abduh, telah melepaskan diri dari belenggu taklid dan berusaha untuk menjelaskan ajaran-ajaran Islam dengan mengesampingkan perselisihan dan perbedaan yang ada dan dinilai dapat menimbulkan perpecahan. (Quraish Shihab: 2006)

Biografi Al-Qurthubi

Nama lengkapnya adalah Abû Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr bin Farh al-Ansharī al-Khazrajī al-Andalusî al-Qurthubī. Namun kemudian akrab dengan sebutan al-Qurthubi. Ia lahir di Cordoba (Andalusia) tahun 468 H/1093 M dan wafat pada bulan Syawwal tahun 567 H/1172 M. Namun terdapat perbedaan pendapat mengenai tahun wafat al-Qurthubi. Di sisi lain, sebagaimana az-Dzahabi, ia berpendapat kalau al-Qurthubi sebenarnya wafat pada bulan Syawwal tahun 671 H. 

Al-Qurthubi hidup di mana Dinasti Muwahhidun (514/668 H), dinasti yang berpusat di Afrika Utara berkuasa. Pada masa itu Cordoba menjadi pusat peradaban dunia. Perkembangan ilmu pengetahuan melaju dengan pesat di sana. Intelektual di masa ini terbilang cukup beruntung. Sebab selain memiliki banyak buku-buku dan karya tulis, penguasa Dinasti Muwahhidun juga memberikan dukungan dan sokongan terhadap rakyatnya agar bisa memperoleh ilmu pengetahuan seluas-luasnya.

Baca Juga  5 Tips Menjaga Kesehatan Mental Menurut Perspektif Islam

Seluruh ulama dan pemikir-pemikir yang hidup saat itu mendapat dukungan yang luar biasa dari Muwahhidun. Mereka didukung untuk terus menulis buku dan meramaikan bursa dialektika wacana keilmuan. Dan hal itu kiranya juga berpengaruh pada diri dan pembentukan karakter Imam al-Qurthubi.

Al-Qurthubi adalah pribadi yang begitu dalam kecintaannya terhadap ilmu. Bahkan karena kecintaannya terhadap ilmu tersebut, ia rela pindah dan hijrah ke Mesir di masa dinasti al-Ayyubiyyin. Ia banyak berguru kepada syekh-syekh yang ada di sana. Di kota Mesir ini juga, al-Qurthubi meninggal dunia pada malam Senin, tepatnya pada tanggal 9 Syawwal tahun 671 H. Makamnya terletak di Maniyah, timur sungai Nil, dan sering diziarahi oleh banyak orang sebagai wujud penghormatan kepada beliau. (Ahmad Zainal Abidin dan Eko Zulfikar: 2017)      

Pribadi dan Perjalanan Intelektual

Al-Qurthubi adalah seorang yang kosmopolit dan dikenal sangat terbuka. Dalam masalah fikih misalnya. Meskipun termasuk ulama dan ahli fikih dari kalangan mazhab Maliki, ia tidak pernah bertindak fanatik. Malah ia mengapresiasi dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada perbedaan pendapat. Ia tidak melulu setuju pada pendapat imam mazhabnya atau ulama tertentu.

Dalam beberapa hal al-Qurthubi sering sepakat dengan imam di luar mazhabnya. Makanya tidak salah, jika kemudian banyak ulama atau cendekiawan yang menilai bahwa al-Qurthubi adalah ulama yang memiliki independensi dan menjunjung tinggi objektifitas dalam menilai hidangan pandangan yang ada.

Al-Qurhubi memiliki banyak guru. Hal itu karena ia rela pindah dari satu tempat ke tempat lain hanya untuk menuntut ilmu. Guru-guru itulah yang kemudian memberikan kontribusi dan andil yang besar dalam membentuk paradigma berpikir dan intelektualitasnya. Al-Qurthubi sangat gemar dan senang mengikuti forum-forum keilmuan yang diadakan oleh para pembesar tersebut.

Baca Juga  Tafsir Nashr Hamid: Poligami Itu Mustahil dan Terlarang

Guru-guru al-Qurthubi setidaknya dapat dibagi menjadi dua: guru sewaktu di Andalusia (Spanyol) dan guru sewaktu di Mesir. Guru-guru sewaktu di Andalusia itu di antaranya ialah; Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad bin Muhammad al-Qaisi (ahli nahwu), Abu Sulaiman Rabi’ bin al-Rahman bin Ahmad al-Sy’ari al-Qurtubi (hakim di Andalusia), Abu Amir Yahya bin Abd al-Rahman bin Ahmad al-Asy’ari (teolog dan ahli fikih), dan Abu Muhmmad Abdullah bin Sulaiman bin Daud bin Hautillah al-Anshari al-Andalusia (ahli hadis).

Adapun guru-gurunya sewaktu belajar di Mesir adalah antara lain; Abu Thahir Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim al-Ashfahani, Ibnu Ruwaj Rasyid al-Din Abu Muhammad ‘Abd al-Wahhab bin Ruwaj, Abu al-‘Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim al-Maliki, Abu Muhammad ‘Abd al-Mu’ati bin Mahmud bin Abd Mu’atti bin Abd al-Khaliq.al-Khamhi al-Maliki al-Faqih al-Jahid, dan Abu al-Hasan Ali bin Hibatullah bin Salamah al-Lakhmi al-Misri as-Syafii.

Itulah sederet nama guru-guru yang telah membentuk intelektualisme al-Qurthubi dan memberi pengaruh terhadap lahirnya karya-karya al-Qurthubi yang monumental dan fenomenal dari dulu hingga sekarang. (Othman: 2017)

 Karya-Karya Al-Qurthubi

Al-Qurthubi adalah ulama dan ahli fikih yang sangat produktif dalam menulis. Hal ini dapat dari banyak jumlah buku yang ditulisnya. Di antara karya-karya beliau yang telah diwariskan untuk umat Islam adalah: Kitab Al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān, KItab Syarh al-Taqassi, Kitab Qamah al-Hars bi al-Hars bi al-Zuhd wa al-Qanā’ah, Kitab Al-Asnā fī Sharh Asmā’ Allah al Husnā wa Sifatih, Kitab Al-Tidzkār fi Afdalal-Adzhkār, Kitab Al-Tadzhkīrah fi Ahwāl al-Mawtā wa Umūr al-Akhirah, Kitab Qam’ al Harshbial Zuhdwaal Qanā’ ahwa Radd Dzalikal Su’āl bi al-Kutub wa Al-Syafā’ah. (Jufriyadi: 2018)

Baca Juga  Biodiversitas sebagai Isyarat Menjaga Bumi: Tafsir QS. Thaha Ayat 53

Buku-buku ini merupakan sumbangsih besar seorang al-Qurthubi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam dan memperkaya khazanah literatur keilmuan klasik.  Ia adalah buah dari al-Qurthubi dalam menimba ilmu sekaligus bukti bakti dan khidmat beliau terhadap umat Islam.

Alumni Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Jakarta, Mahasiswa Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta dan Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKU-MI), Bendahara Umum DPD IMM DKI Jakarta 2024-2026.