Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Ibnu Asyur: Penulis Kitab Tafsir At-Tahrir Wa At-Tanwir

Ibnu 'Asyur

Pengarang kitab tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir ini, memilki nama lengkap, Thahir bin Muhammad bin Muhammad Thahir bin Muhammad bin Muhammad As-Syadzili bin Abdul Qadir bin Muhammad bin Muhammad bin ‘Asyur al-Tanisiy. Dilahirkan dari sebuah kota di La Marsa sebeleh Utara pinggiran Kota Tunisia pada tahun 1296 H/1879 M, bertempat di rumah kakek dari jalur ibunya; syekh Muhammad Al-Aziz Bu ‘Utur. Ibu Ibnu Asyur sendiri merupakan seorang puteri menteri Tunisia kala itu, bernama lengkap Fatimah bin Muhammad Al-Aziz bin Muhammad Al-Habib bin Muhammad Al-Tahyyib bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Bu ‘Utur.

Sekelumit Biografi Thahir Ibnu Asyur

Darah keilmuan yang mengalir dalam diri Ibnu Asyur, tak dapat terlepas dari kedua sosok ulama kharismatik dalam keluarganya, yaitu, pertama, sosok ayahnya,  dan kedua, kakek dari jalur ibunya. Bagaimana tidak, karya-karya seorang ulama yang akrab disapa Ibnu Asyur ini, berangkat dari Maqashid as-Syari’ah al-Islamiyyah hingga kitab tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir, cukup memberikan warna keilmuan baru ranah kontemporer.

Peran ayahnya Muhammad yang wafat 1920 M, yang merupakan seorang ulama besar pada saat itu, serta tak lupa juga, peran pembelajaran yang diperoleh dari sang kakek dari pihak ibunya, yaitu Syekh Muhammad Al-Aziz Bu ‘Utur. Keluarga Ibnu Asyur sendiri, dikenal sebagai keluarga intelek dengan nuansa penuh keilmuan, serta pecinta baginda Nabi besar Muhammad SAW, hal tersebut nampak jelas dari nama-nama yang tercatat di garis keturunanya, yang mayoritas melekat kata ‘’Muhammad’’ sebagai nama kebanggaanya. h. 53

Menginjak usia enam tahun, Ibnu Asyur mulai menggali studi ilmu Al-Qur’an, guru ilmu Qira’ah yang dikajinya di masjid Abu Hadid, bernama Syekh Muhammad Al-Khiyari, dan pada saat usianya empat belas tahun pada tahun 1310 H/1893 M, mulailah seorang Ibnu Asyur mengkaji ilmu dibawah naungan ulama besar masjid Jami’ Baitunah. Predikat nilai tertinggi pun, kerapkali didapatnya dari berbagai dimensi keilmuan yang dipelajarinya.

Baca Juga  Tangisan Terbaik Menurut Al-Qur'an: Tafsir QS. Al-Isra Ayat 109

Berangkat dari fiqih, ushul fiqih, tafsir, hadis, serta bahasa Arab, dan hanya berselang kurun waktu tiga tahun dari masa studinya, yaitu dari 1893 M hingga 1896 M,  Ibnu Asyur sudah menjadi guru besar di Masjid Agung Zaitunah. Beliaupun merampungkan masa studinya di Masjid Agung Zaitunah pada tahun 1317 H/1899 M. Sementara itu, Ibnu Asyur wafat di Tunisia pada bulan Rajab tahun 1973 M/1393. 

Karya-Karya Ibnu Asyur Beserta Tafsirnya

Nuansa cakrawala keilmuan seorang ulama yang dikenal produktif ini, turut menyelimutinya semenjak kecil, dan hal tersebut tak terlepas dari peran ayah serta kakek dari jalur ibunya, meminjam peribahasa masyhur, ‘’the apple never falls far from the tree’’(buah jatuh tak jauh dari pohonya), berikut sederet karya-karya Ibnu Asyur:

Tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir, maqashid as-Syari’ah al-Islamiyyah, an-Nazhru al-fasih inda madhayiq al-Anzhar fi al-Jami’ al-Shahih, ushul an-Nizham al-Ijtima’i fi al-Islam, alaisa as-Shubhu bi Qarib, Naqdun ilmiyyun li kitab al-Islam wa ushul al-Hukmi. 

Ulama kontemporer yang berasal dari Tunisia ini, cukup memberi pengaruh yang signifikan lewat kitab tafsir lengkap 30 Juz, yaitu‘’Tarir al-Ma’na as- Sadid wa Tanwir al-aqli al-Jadid min tafsir al-Kitab al-Majid’’, yang lebih pamor dengan sebutan, Tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir. Dalam muqadimah kitab tafsirnya, Ibnu Asyur mengungkapkan,‘’menafsirkan kitab suci al-Qur’an merupakan cita-cita tertinggi beliau, cita-cita tersebut diejawantahkanya dengan menyusun sebuah kitab tafsir’’.

Pada muqaddimah selanjutnya, Ibnu Asyur menjelaskan tentang kajian umum tentang dasar-dasar penafsiran, serta bagaimana seorang mufassir berinteraksi dengan kosa kata, makna, serta lafal kitab suci al-Qur’an. Perihal tafsir, dan ta’wil, posisi tafsir sebagai bidang ilmu, referensi-referensi yang mesti dipakai dalam ilmu tafsir, serta keabsahan tafsir bi’al-ma’tsur dan tafsir bi al’ra’yi. Dijelaskan juga perihal asbabun nuzul, aneka ragam qira’ah, qishah(kisah) dalam al-Qur’an, jumlah ayat serta surat, susunan dan nama-nama al-Qur’an, serta I’jaz  al-Qur’an. 

Baca Juga  Konsep Tractatus Ludwig Wittgenstein dalam Kajian Ayat Al-Qur’an

Metodologi Tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir

Kaitanya dengan metode Ibnu Asyur dalam menafsirkan kitab suci al-Qur’an, ia menggunakan berbagai macam metode, berangkat dari metode tahlili(analitis), naqdi(kritis), istidlali(argumentatif), maudhu’i(tematik), serta maqashidi (objektif). Dalam kacamata seorang Ibnu Asyur, mengkombinasikan berbagai macam metode dalam menafsirkan kitab suci al-Qur’an, akan mampu memproduksi jawaban dari kitab suci al-Qur’an, mengenai berbagai macam problema kehidupan manusia, sekaligus mampu dijadikan bukti bahwasanya ayat-ayat suci al-Qur’an selaras dengan pesatnya dinamika  perkembangan  kemajuan peradaban manusia.

Selain mengkombinasikan banyak metode dalam menafsirka kitab suci al-Qur’an, Ibnu Asyur dalam tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir memilki dimensi corak penafsiran yang beragam, berangkat dari corak tafsir fiqhi, tafsir falsafi, tafsir ilmi, serta corak al-adab al-ijtima’i. Namun anggapan yang mencuat ke pernukaan, bahwasanya corak yang mendominasi tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir adalah corak al-adab al-ijtima’i. Dikarenakan konsen Ibnu Asyur sendiri, terkonsentrasi pada upaya membedah pengungkapan balaghah serta kemukjizatan kitab suci al-Qur’an, melalui pengejawantahan penjelasan makna kandungan ayat, sesuai hukum alam, serta perbaikan tatanan kehidupan sosial masyarakat. 

Editor: An-Najmi Fikri R