Tanpa terasa kita sudah memasuki bulan Muharram, Awal Tahun Baru Islam (Qomariyah), yaitu Tahun Baru 1445 H. Tanggal Masehinya adalah 19 Juli 2023, sama dengan 1 Muharram 1445 H.
Dalam setiap peristiwa pergantian tahun, baik tahun masehi ataupun tahun hijriyah terdapat suatu keinginan atau harapan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Atau yang dalam bahasa generasi Z disebut sebagai hijrah. Dalam sejarahnya, kegiatan ini memang merupakan peristiwa yang dapat disebut sebagai momentum perubahan dan kebangkitan. Bagaimana kita memaknai hijrah tersebut sebagai fondasi kebangkitan Islam dan perubahan di masa depan?
Makna Hijrah
Secara bahasa ia bermakna berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Tentu perpindahan tidak sekedar pindah fisik, namun juga dengan menyertakan perpindahan pola pikir, budaya, dan segala hal yang menyertainya.
Adanya perpindahan fisik, pola pikir, dan budaya tentu menjadi tanda perubahan. Apabila perubahan buruk yang diperoleh, maka keterpurukan yang nantinya akan terjadi. Sedangkan, apabila perubahan dalam hal kebaikan, maka perubahan kebaikan tersebut yang akan mengemuka. Lalu, bagaimana perubahan dapat terwujud dalam momentum hijrah ini? Dari sini mari kita belajar dari sejarah.
Nilai dalam Sejarah Hijrah
Ada dua peristiwa hijrah yang penting untuk dikemukakan. Yaitu: pertama, peristiwa yang dialami oleh Nabi Adam As., dan Siti Hawa; kedua, peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw, ditemani salah seorang sahabatnya, Abu Bakar As., Ra
Seperti kita pahami di atas, kata itu bermakna berpindah dan berubah. Yang dibawa dalam hijrah itu fisik, pola pikir, dan budaya, bahkan ideologi. Nilai sejarah hijrah yang melekat pada dua peristiwa di atas berkaitan dengan fisik, pola pikir, budaya dan ideologi yang ada pada para pelakunya.
Adam dan Hawa mengalami hijrah karena hukuman Allah Swt atas keduanya yang tidak mengindahkan aturan dan peringatan Allah Swt agar tidak memakan buah terlarang. Peristiwa ini mempunyai dua nilai penting. Pertama, ketika ada kesalahan dan kekeliruan, yang perlu dilakukan adalah menerima konsekuensinya dengan jantan dan lapang dada. Setelah itu, yang kedua adalah introspeksi untuk berubah. Berubah melakukan yang terbaik dan lebih baik.
Sementara itu, Rasulullah Muhammad Saw melakukan hijrah karena menghindar dari tekanan, mencari dukungan, dan menyebarkan ideologi Islam ke tempat lain yang bisa menerimanya.
Nilai sejarah hijrah Nabi Muhammad Saw yang penting dikemukakan ada dua, yaitu: pertama, nilai tentang ketabahan dan kesabaran untuk tetap berpegang-teguh kepada keyakinan visioner yang diyakini; kedua, nilai tentang menjaga optimisme dan melakukan langkah-langkah taktis dan strategis dalam menyebarkan ideologi Islam.
Tentu saja nilai-nilai sejarah hijrah di atas dapat menjadi rujukan untuk perubahan dan kebangkitan Islam. Islam yang disebut asing akan kembali bangkit dan melakukan perubahan, jika para pemeluknya belajar tentang nilai-nilai sejarah hijrah seperti yang disampaikan di atas.
Kebangkitan Islam dan Perubahan di Masa Depan
Jika ingin bangkit dan berubah, belajar dari Nabi Adam dan Hawa, perlu mengabaikan hasutan syetan. Jika memang sudah terlanjur terhasud, maka kita perlu kembali kepada Allah, mohon ampun, dan kemudian melakukan perbaikan semesta.
Kebangkitan yang diajarkan oleh Adam dan Hawa dimulai dari menjaga diri dari hasutan setan dan seraya bergegas menyusun langkah-langkah kebaikan. Di sinilah perubahan akan dimulai.
Sementara itu, dari hijrah Nabi Muhammad Saw, kita belajar bahwa kesulitan dan kesengsaraan bukanlah akhir dari segalanya. Dengan melakukannya kita akan mengubah keadaan sulit dan susah dengan bekerja keras melawan dan berpindah ke tempat lain, bila memang mendukung ke arah sana.
Untuk bangkit dan berubah, dalam kacamata nilai hijrah Nabi Saw, yang diperlukan adalah memperbanyak literasi dan wawasan diri melalui qira’ah dan istiqra’, juga menjalankan strategi mencari dukungan sosial, politik dan budaya, terhadap siapapun yang setuju dengan visi ideologis kita.
Tambahan utamanya adalah kita tetap optimis dan memohon petunjuk Allah melalui qiyamul layl, agar menuntun dan meridhai seluruh aktifitas kita.
Hijrah Nabi Saw dari Mekkah ke Mainah membutuhkan banyak perjuangan serta kerja keras. Pelajaran kebangkitan dan perubahan dari Nabi Muhammad Saw adalah beliau Saw., tidak pernah lelah ataupun mundur sekalipun dalam hijrahnya. Sebab, hijrah beliau itu mempunyai satu tujuan, yakni untuk mendakwahkan agama Islam.
Dengan tujuan tersebut menjadikan tekad dan semangat nabi Muhammad Saw., tetap membara. Tanpa mengenal lelah beliau Saw., terus berjuang untuk berjihad di jalan Allah Swt.
Sebagaimana hijrah memiliki nilai sejarah serta sebagai fondasi nilai kebangkitan dan perubahan, maka yang perlu diambil dari semangat hijrah adalah semangat juang dan menyusun program konkret yang dapat dirasakan sebagai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruhnya. Wallahu a’lam.
Penyunting: Bukhari
Leave a Reply