Islam yang berinteraksi dengan kepercayaan dan budaya yang ada, pada akhirnya mengalami akulturasi. Terjadinya akulturasi nilai Islam dengan nilai budaya lokal merupakan hal yang niscaya, walaupun tidak semuanya. Karena beberapa budaya lokal masih ada dan menjadi sistem nilai yang dipegang masyarakat di Nusantara.
Tradisi adalah sumber nilai luhur yang tetap dijunjung tinggi dan dipelihara keberadaannya. Kemudian harus menyesuaikan dan selaras dengan nilai-nilai Islam. Semangat untuk menjaga keudanya tergambar kuat dalam keseharian masyarakat yang beragam. Dalam posisi inilah ajaran Islam mengalamai proses akulturasi secara perlahan-lahan dengan budaya lokal yang ada.
Agama dan Manusia
Manusia dalam kehidupannya tidak bisa lepas dari pengaruh ajaran agama yang dianutnya. Namun, karena manusia juga makhluk sosial, sehingga melahirkan sebuah budaya sendiri-sendiri sesuai dengan lingkungan tempatnya berada. Budaya dan tradisi tersebut ikut mewarnai perjalanan kehidupannya dari masa ke masa dalam adat istiadat. Lalu terjadi persentuhan dalam proses sosial yang disebut asimilasi antara agama di satu pihak dan budaya di pihak lain.
Lebih jauh, antara agama dan budaya terjadi akulturasi. Hal ini terjadi bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu bertemu dengan unsur kebudayaan lain yang berbeda. Lalu unsur budaya luar tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan itu sendiri. Dengan catatan, tidak menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Ketika nilai agama bertemu dengan budaya, maka bisa terjadi kesesuaiana atau malah sebaliknya. Agama yang dipahami bersifat absolut karena berasal dari ajaran wahyu Tuhan, sedangkan budaya, tradisi, dan adat istiadat bersifat relatif. Karena ia merupakan produk manusia melalui proses alami yang tidak mesti selaras dengan ajaran Ilahiah.
Islam dan Budaya Lokal
Pertemuan Islam dengan masyarakat Nusantara sudah terjadi sejak dahulu. Mengingat, watak Islam yang sangat akomodatif dengan adat istiadat dan kebudayaan suatu masyarakat. Islam di luar Arab tidak mesti sama dengan Islam Arab. Hal ini bisa dibedakan, karena iklim dan lingkungan turut mempengaruhi budaya, bahasa, perilaku, dan cara berbusana.
Kedatangan Islam ke Nusantara membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap kehidupan keberagamaan masyarakat. Sebagaimana diketahui, sebelum kedatangan Islam, sudah ada kepercayaan yang begitu kuat di Nusantara. Yaitu kepercayaan animisme, dinamisme, dan Hindu-Budha.
Peran sufi dalam mempengaruhi berkembangnya Islam di Nusantara tidak sedikit. Faktor keberhasilan mereka adalah terletak pada kemampuan mengadopsi keyakinan lokal dan tradisi menjadi bagian penting dalam ritual Islam.
Secara kreatif, mereka mengemas ajaran Islam sehingga berdekatan dengan tradisi lokal. Oleh karena itu, penyebaran Islam berwajah damai; menekankan aspek batin atau esoteris. Adanya pemakaian simbol-simbol keagamaan, serta cara berpakaian semakin menguatkan alasan tersebut.
Interaksi Nilai-nilai Islam dengan Budaya
Sebagai sebuah agama, Islam yang dianut oleh berbagai suku banga, bahasa, dan budaya merupakan way of life (jalan kehidupan) yang menjamin kehidupan di dunia dan akhirat. Islam juga merupakan agama dakwah yang mengajak manusia untuk menyembah Tuhan Yang Esa (agama tauhid).
Dakwah dalam Islam merupakan ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan demi syiar Islam kepada seluruh umat manusia. Dakwah juga merupakan sebuah metode pengembangan Islam kepada umat manusia. Namun, tugas ini bukan hanya milik para da’i (pendakwah), tetapi dapat dilakukan oleh semua orang dan kalangan.
Perkembangan Islam di Nusantara berjalan mulus dan lancar. Adapun faktor yang menyebabkan agama Islam bisa tersebar dengan baik adalah karena Islam serupa jalan alternatif. Hal ini juga terjadi di Nusantara. Mudahnya Islam tersebar karena watak Islam yang menjanjikan keselamatan dan kedamaian. Ajaran Islam yang tidak begitu mencolok peribadatannya dengan agama sebelumnya yang masih mengedepankan unsur mistisisme.
Harmoni Islam dalam Kehidupan
Sebelum Islam masuk di Nusantara, sudah terdapat kepercayaan atau agama masyarakat setempat. Agama yang dianut masyarakat Nusantara sebelum Islam adalah Hindu-Budha. Selain itu ada juga, Animisme dan Dinamisme. Berbaurnya kepercayaan Budha dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, karena watak dan karakter kepercayaan tersebut mempunyai banyak kesamaan.
Salah satu contoh sederhana adalah tentang mitos. Adanya kepercayaan tentang roh, baik roh baik maupun roh jahat. Lalu ada kepercayaan pada banyak dewa yang mempunyai kekuasaan dan tugas masing-masing.
Selain itu, juga sudah ada budaya lokal masyarakat yang sudah terkondisikan dengan baik seiring perkembangan zaman. Budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat sudah tertanam dengan kuat dan mengakar dalam kehidupan keseharian. Tidak bisa dipungkiri, bahwa Islam merupakan agama yang mempunyai pengikut besar di kawasan Nusantara.
Pertemuan Islam dan tradisi di Nusantara menguatkan konsep adanya keharmonisan Islam dan budaya lokal. Keudanya bisa hidup bergandengan dengan nilai masing-masing. Hidup dalam harmoni dan masyarakat harus menghormati dan melestarikannya.
Sehingga, hal ini membuktikan adanya jalinan harmoni antara keduanya. Kedunya sama-sama melahirkan sebuah ciri Islam yang berinteraksi dan beradaptasi. Maka hasilnya, melahirkan sebuah ciri lokal yang biasa disebut dengan local wisdom.
Penyunting: Ahmed Zaranggi Ar Ridho
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.