Tulisan ini merupakan respon terhadap hari ayah yang diperingati pada tanggal 12 November yang lalu. Tulisan ini akan mengungkap pandangan Islam terhadap ayah dan anjuran berbakti kepadanya. Karena selama ini pemahaman sebagian besar orang bahwa berbakti itu hanya kepada ibu sedangkan ayah selalu dinomorduakan.
Kedudukan Ayah dalam Islam
Merujuk pada penjelasan Quraish Shihab dalam bukunya Birrul Walidain (2014: 7), bahwa dalam Al-Qur’an kata ayah mempunyai dua istilah yaitu ab dan walid.
Kata ab untuk menunjuk apa yang “menyebabkan terjadinya sesuatu” dan juga dalam arti “siapa yang memperbaiki sesuatu”. Ayah dinamai ab oleh Al-Qur’an disebabkan dia menjadi sebab putranya. Sekaligus bertugas memilihara, memperbaiki, menghiasi putranya dengan hiasan yang indah, baik fisik maupun nonfisik. Makna kata ini kemudian berkembang. Sehingga digunakan untuk menunjuk ayah, atau paman atau siapa pun yang dituakan baik sebab wujud seorang maupun hanya bertugas “memperbaiki” keadaannya.
Sedangkan kata wālid terambil dari kata walada yang berarti melahirkan, baik yang dilahirkan itu lelaki maupun perempuan. Menurut Quraish Shihab, kata wālid digunakan oleh Al-Qur’an untuk menunjuk ayah kandung. Allah SWT berfirman artinya: dan demi bapak dan anaknya. (QS. Al-Balad: 3)
Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa kata ab lebih umum sifatnya. Kemudian dapat digunakan kepada siapa saja yang memelihara, memperbaiki dan mendidik anak. Sedangkan kata yang lebih khusus menunjuk kepada ayah kandung sudah jelas ada pertalian darah dengannya.
Jasa-Jasa Ayah
Jasa-jasa dan pengorbanan ayah sangatlah banyak terhadap anaknya. Ayah membanting tulang, rela berpanasa-panasan, rela menanggung malu asalkan dapat memenuhi kebutuhan anak-anak dan keluarganya. Sekian banyak keringat yang dan air mata yang telah bercucuran, sekian lama beliau menanggung letih bahkan menanggung perih. Namun beliau tetap terus bekerja.
Ayah memang tidak mengandung, melahirkan dan menyusukan tetapi selama masa-masa tersebut ia berusaha memenuhi seluruh kebutuhan, melayani, memberi dukungan kepada ibu dalam melewati proses tersebut.
Dalam suatu riwayat diceritakan (Quraish Shihab, 2014: 129) bahwa seorang ayah pernah menyampaikan kepada anak-anaknya bahwa “aku telah berbuat baik kepada kalian sebelum kalian lahir”. Anak-anaknya kemudian bertanya: bagaimana mungkin? Ayahnya kemudian menjawab “Aku pilihkan untuk kalian ibu yang tidak membawa aib bagi kalian”.
Berbakti Kepada Ayah
Berbakti kepada ayah merupakan bagian dari perintah Allah SWT yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an begitu banyak ditemukan perintah untuk berbakti kepada orang tua. Di antaranya dapat ditemukan dalam surat al-Baqarah ayat 83, an-Nisa ayat 36, al-An’am 151, al-Isra 23, al-Ankabut 29, Luqman 15 dan pada ayat yang lain.
Bakti kepada ayah terkadang selalu dinomorduakan oleh anak, padahal Al-Qur’an menyebutkan dan memerintahkan agar berbakti kepada kedua orang tua tanpa. Misalnya pada ayat berikut “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah”. Danjanganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra’: 23)
Tak jarang terjadi kasuistik masalah antara ayah dan ibu, seorang anak memihak kepada ibunya. Atas dasar bahwa ibu yang telah mengandung, melahirkan dan merawatnya dan atas dasar bahwa surga itu dibawah telapak kaki ibu. Sementara anak terkadang tidak mengetahui secara pasti siapa yang salah antara kedua ayah dan ibu. Bahkan banyak juga yang tetap membela ibunya meskipun ibunya salah, sampai-sampai membenci ayahnya.
Tentunya sebagai anak, kita haruslah bersikap adil. Masalah yang terjadi antara kedua orang tua tidak menjadika kita harus menjadi durhaka terhadap salah satu dari mereka. Kita tetaplah berlaku dan berkomunikasi sebagaimana seorang anak bagi keduanya.
Memahami Hadith Berbakti Kepada Ibu
Mengenai hadith yang memprioritaskan untuk lebih berbakti kepada ibu dibandingkan ayah, agaknya dapat dipahami bahwa hadith tersebut merupakan cara Islam untuk mengangkat derajat perempuan yang pada masa itu sangat terzalimi. Oleh sebab itu, dalam beberapa ayat disebutkan jasa-jasa ibu, misalnya, “dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Luqman: 14)
Yang jelas jangan perintah Al-Qur’an untuk berbakti kepada kedua orang tua, bukan kepada salah satunya. Ayah sangat patut mendapatkan kebaktian dari anak-anaknya. seandainya pun kalu ayah tidak sempat berbuat banyak dalam kehidupan kita tetap juga kita harus berbakti.
Karena jasa ayah yang paling penting sekali untuk diingat adalah berkat beliaulah kita ada didunia ini. Allah menciptakan kita melalui pertemuan kedua orang tua kita “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At-Tin: 4). Oleh sebab itu kalau beliau masih hidup tetaplah berbakti kepadanya, kalau dia sudah wafat doakan dia.
Penyunting: Ahmed Zaranggi Ar Ridho
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.