Haji Wada’; yang dikenal sebagai Haji Perpisahan, adalah ibadah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad pada tahun 10 H/632 M. Peristiwa ini tidak hanya menjadi penutup dari misi kenabian. Akan tetapi juga momen penting yang penuh dengan pesan-pesan moral dan spiritual bagi umat Islam. Lebih dari 100.000 Muslim ikut serta dalam perjalanan ini; berkumpul di Mekkah untuk melaksanakan semua rukun haji dengan bimbingan langsung dari Nabi.
Selama Haji Wada’, Nabi Muhammad menyampaikan khutbah terakhirnya di Padang Arafah; sebuah tempat yang memiliki makna historis dan spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Di Jabal Rahmah, Nabi menegaskan beberapa prinsip mendasar yang harus dipegang oleh umatnya. Beliau menekankan pentingnya persatuan dan persaudaraan di antara umat Islam. Juga mengingatkan mereka bahwa semua Muslim adalah saudara satu sama lain, tanpa memandang perbedaan ras, warna kulit, atau status sosial.
Penjagaan Hak Wanita
Salah satu poin utama dari khutbah ini adalah hak-hak wanita. Nabi Muhammad menekankan bahwa wanita memiliki hak-hak yang harus dihormati dan dipenuhi. Beliau menegaskan bahwa kaum pria harus memperlakukan wanita dengan baik dan tidak mendzalimi mereka. Sebuah pesan yang sangat progresif untuk zamannya dan tetap relevan hingga hari ini.
Selain itu, Nabi Muhammad juga menekankan pentingnya keadilan dalam urusan ekonomi. Beliau dengan tegas melarang praktik riba, yang merupakan bentuk eksploitasi ekonomi yang sangat merugikan. Dalam khutbahnya, Nabi menyatakan bahwa semua bentuk riba yang ada sejak masa jahiliyah harus dihapuskan. Dan bahwa umat Islam harus menjalankan ekonomi yang adil dan berlandaskan prinsip-prinsip syariah.
Penyempurnaan Agama Islam
Salah satu momen paling signifikan dari Haji Wada’ adalah turunnya wahyu terakhir dari Allah, yang menyempurnakan ajaran Islam. Ayat tersebut adalah Al-Ma’idah [5]: 3:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
Pelaksanaan rukun haji oleh Nabi Muhammad selama Haji Wada’ juga menjadi contoh langsung bagi umat Islam. Setelah khutbah di Arafah, Nabi dan para pengikutnya melanjutkan dengan melontar jumrah di Mina, berkurban, mencukur rambut, dan tawaf di Ka’bah untuk menyempurnakan ibadah haji. Tindakan-tindakan ini menjadi rujukan penting bagi pelaksanaan haji oleh generasi-generasi berikutnya.
Pesan Universal Haji Wada
Haji Wada’ bukan hanya sebuah ritual keagamaan, tetapi juga sebuah pernyataan moral yang kuat dari Nabi Muhammad. Beliau menegaskan kembali prinsip-prinsip dasar Islam yang mengutamakan keadilan, persaudaraan, dan hak asasi manusia. Khutbah ini menggarisbawahi pentingnya bagi umat Islam untuk berpegang pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah dalam setiap aspek kehidupan mereka.
Pesan-pesan dalam khutbah Haji Wada’ tetap relevan hingga hari ini, mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesetaraan di antara sesama manusia. Dalam dunia yang penuh dengan ketidakadilan dan diskriminasi, prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Nabi Muhammad selama Haji Wada’ memberikan panduan yang sangat dibutuhkan untuk mencapai masyarakat yang lebih adil dan harmonis.
Dengan memahami dan mengamalkan pesan-pesan dari Haji Wada’, umat Islam dapat terus menjaga warisan moral dan spiritual yang telah ditinggalkan oleh Nabi Muhammad. Haji Wada’ bukan hanya sebuah peristiwa historis, tetapi juga sebuah panggilan abadi untuk menjalani kehidupan yang adil, bermoral, dan penuh kasih sayang sesuai dengan ajaran Islam yang sempurna.
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.