Vaksin merupakan sesuatu yang dinantikan kehadirannya. Setidaknya di saat wabah Covid-19 semakin meraja rela dan sulit terkendalikan. Dalam catatan di Indonesia saja sampai saat ini sudah terdapat korban 27 ribu orang meninggal dan lebih dari 800 ribu orang terkonfirmasi terkena Covid-19. Hal tersebut telah diadakan upaya pencegahan lewat PSBB yang levelnya sudah sampai se-Jawa karena banyaknya daerah yang zona merah Covid-19. Walaupun juga sudah terdapat upaya kampanye 4 M dalam hal ini. Dengan demikian, melalui upaya tersebut tidak cukup dan diperlukan upaya lain melalui vaksin.
Vaksinisasi Covid-19 sudah berjalan di Indonesia. Hal tersebut sesuai jadwal pertama di hari Rabu 13 Januari 2021 saat presiden Jokowi diberikan imunisasi dan diikuti oleh pejabat lainnya. Vaksin tersebut sebagai upaya untuk pencegahan dalam penyebaran Covid-19. Namun di masyarakat luas masih menimbulkan pro-kontra antara setuju dan tidaknya. Bahkan, anggota DPR RI terus terang kepada publik tidak bersedia untuk ikut vaksinasi tersebut. Padahal negara sudah membebaskan biaya untuk seluruh masyarakat untuk divaksinasi dengan anggaran yang tidak sedikit.
Kenyataan tersebut masih ragu di kalangan masyarakat. Walaupun MUI telah menjelaskan halalnya vaksin yang beredar di Indonesia. Keputusan tersebut tertuang dalam keputusan nomor 2 tahun 2021 yang menjelaskan bahwa vaksin Sinovac dan PT Biofarma halal dan dapat dipergunakan oleh ummat Islam. Keputusan ini juga sudah tersebar luas dan dilakukan kampanye pula dengan vaksinasi melalui twibon oleh berbagai institusi dan nasyarakat umum. Namun, seolah masih ada yang ragu bahkan menolaknya dengan berbagai alasan.
Vaksin Sebagai Usaha Melawan Covid
Vaksin adalah sebagai sebuah usaha untuk kehidupan yang baik di tengah beragam wabah penyakit. Ia dilakukan tidak saja pada masa Covid-19 saja melainkan sejak kehidupan ummat manusia dimulai dari pasangan menikah sampai melahirkan dari anak usia sebulan sampai dua tahun. Mereka mendapatkan beragam vaksinasi untuk mencegak beragam penyakit. Atas dasar inilah maka kehidupan manusia dapat bebas dari penyakit tertentu serta tumbuh kembangnya dapat berjalan dengan baik. Sehingga generasi Indonesia akan menjadi penerus generasi sebelumnya dapat menjadi sehat dan terampil.
Selain di atas juga di sekolah diadakan BIAS atau Bulan Imunisasi Nasional. Kegiatan ini pun menyasar seluruh anak-anak di tingkatan SD agar sehat dan tumbuh dengan sempurna. Kegiatan ini dilakukan bulan Agustus dan Novemver. Namun, kegiatan ini juga masih ada yang menolak. Menurut catatan BIAS Kec. Ngemplak di SD terkenal terdapat beberapa anak yang tidak ikut vaksin karena tidak boleh oleh orang tuanya.
Hadis sebagai salah satu ajaran Islam juga mengenalkan vaksinasi. Nama yang dikenal adalah tahnik. Hal tersebut dilakukan kepada anak bayi yang baru lahir dengan memberikan yang manis atau kurma yang dilumatkan agar bayi mudah dalam memakannya. Nabi saw. menjelaskan bahwa ketika bayi lahir maka melakukan tahnik. Hadia tersebut dalam Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Imam Abu Dawud dan Imam Ahmad.
Hadis-Hadis tentang Vaksin
Adapun teksnya adalah:
حَدَّثَنِي زَكَرِيَّاءُ بْنُ يَحْيَى عَنْ أَبِي أُسَامَةَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَسْمَاءَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
أَنَّهَا حَمَلَتْ بِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَتْ فَخَرَجْتُ وَأَنَا مُتِمٌّ فَأَتَيْتُ الْمَدِينَةَ فَنَزَلْتُ بِقُبَاءٍ فَوَلَدْتُهُ بِقُبَاءٍ ثُمَّ أَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعْتُهُ فِي حَجْرِهِ ثُمَّ دَعَا بِتَمْرَةٍ فَمَضَغَهَا ثُمَّ تَفَلَ فِي فِيهِ فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ دَخَلَ جَوْفَهُ رِيقُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ حَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ ثُمَّ دَعَا لَهُ وَبَرَّكَ عَلَيْهِ وَكَانَ أَوَّلَ مَوْلُودٍ وُلِدَ فِي الْإِسْلَامِ
تَابَعَهُ خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ مُسْهِرٍ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَسْمَاءَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا هَاجَرَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ حُبْلَى
Telah menceritakan kepadaku [Zakaria bin Yahya] dari [Abu Usamah] dari [Hisyam bin ‘Urwah] dari [bapaknya] dari [Asma’] radliallahu ‘anha, bahwa Asma’ sedang mengandung ‘Abdullah bin Az Zubair. Dia berkata; “Aku keluar menuju dengan usia kandungan yang sudah sempurna lalu aku tiba di Madinah. Aku singgah di Quba’ lalu melahirkan di sana. Kemudian aku membawa bayiku ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, aku letakkan di buaiannya. Lalu beliau meminta sebutir kurma dan mengunyahnya kemudian meludahkannya ke mulut bayiku. sehingga yang pertama kali masuk ke rongga mulutnya adalah air ludah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian beliau mentahniknya dengan kurma (memasukkan kunyahan kurma ke bagian depan tenggorokan sebelah atas) lalu mendo’akannya dan memberahinya. Dialah anak yang pertama kali lahir dalam Islam.” Hadis ini diperkuat oleh [Khalid bin Makhlad] dari [‘Ali bin Mushir] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari [Asma’] radliallahu ‘anha, bahwa dia berhijrah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan mengandung. (Shahih Bukhari: 3619)
Rasulullah Melakukan Vaksinasi
حَدَّثَنَا يَحْيَى وَوَكِيعٌ حَدَّثَنَا هِشَامٌ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِصَبِيٍّ لِيُحَنِّكَهُ فَأَجْلَسَهُ فِي حَجْرِهِ فَبَالَ عَلَيْهِ فَدَعَا بِمَاءٍ فَأَتْبَعَهُ إِيَّاهُ قَالَ وَكِيعٌ فَأُتْبِعَهُ إِيَّاهُ وَلَمْ يَغْسِلْهُ
Telah menceritakan kepada kami [Yahya] dan [Waki’], ‘Telah menceritakan kepada kami [Hisyam], dia berkata; “Telah mengabarkan kepadaku [ayahku] dari [Aisyah] bahwa pernah didatangkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seorang anak kecil supaya beliau mentahniknya (mengunyahkan makanan lalu menyuapkannya), lalu beliau mendudukkannya di kamar. Kemudian anak tersebut kencing di atasnya, lalu beliau memercikkan air dan beliau ulangi sampai beberapa kali.” Waqi’ berkata; “Beliau mengulanginya beberapa kali dan tidak mencucinya.” (Musnad_Ahmad: 23122)
Teknik penggunaan tahnik sebagaimana di atas adalah dengan memberika kurma. Hal tersebut sebagaimana makanan khas di waktu itu. Untuk yang sulit mendapatkan kurma dapat dengan menggunakan madu. Dalam tradisi Jawa jika anak-anak kurang sehat dan nafsu makan turun biasanya dilaksanakan dengan cekok. Pada model ini anak-anak diberikan jamu dengan ramuan tertentu dan dimasukkan ke mulutnya dengan disaring dengan kain halus. Kontekstualisasi pemahaman atas tahnik tersebut dapat dikaitkan dengan vaksin. Hal tersebut tergantung perkembangan penyakit yang ada di masyarakat.
Vaksin pun juga berkembang sesuai kebutuhan masyarakat. Sekarang, masyarakat membutuhkan vaksin untuk pencegahan Covid-19. Dulu ketika jamaah haji banyak yang meninggal karena meningitis maka sekarang setiap jamaah haji dan umroh diberi vaksin tersebut sebelum berangkat umroh dan haji. Selain itu juga vaksin influenza menjadi pilihan karena banyaknya orang yang dalam pelaksanaan haji rawan dalam adanya penyakit ISPA. Hal senada juga terdapat dengan adanya vaksin yang reguler dalam siklus hidup manusia agar sehat selalu.
Editor: Bukhori
Leave a Reply