Ketertarikan para sarjana orientalis untuk mengkaji Islam, khususnya Al-Qur’an sudah dimulai sejak abad ke-12 M. Kemudian terus berlangsung hingga saat ini. Salah satu tokoh orientalis yang mengkaji Al-Qur’an adalah Abraham Geiger (1810-1874). Ia mengatakan bahwa isi kandungan Al-Qur’an dipengaruhi oleh ajaran agama Yahudi.
Abraham Geiger merupakan tokoh orientalis yang menganut agama Yahudi. Ia adalah seorang intelektual, Rabbi (tokoh agama), dan sekaligus pendiri Yahudi Liberal di Jerman. Ia pernah menulis sebuah esai yang berjudul Was hat Mohammed aus dem Judenthume aufgenommen? Artinya “Apa yang telah Muhammad Pinjam dari Yahudi?” Tulisan ini termuat dalam bukunya Judaism and Islam.
Model Kajian Geiger terhadap Al-Qur’an
Fazlur Rahman dalam karyanya The Major Themes of the Quran menyebutkan setidaknya ada tiga model kajian yang dilakukan oleh orientalis terhadap Al-Qur’an. Pertama, kajian orientalis yang ingin membuktikan bahwa isi kandungan Al-Qur’an dipengaruhi oleh ajaran agama Yahudi maupun Kristen. Kedua, kajian orientalis yang memfokuskan pada pembahasan sejarah Al-Qur’an dan kronologinya. Ketiga, kajian orientalis yang membahas tentang tema-tema tertentu dalam Al-Qur’an.
Dari ketiga model kajian tersebut, Geiger termasuk pada model pertama, yaitu kajian orientalis yang ingin membuktikan bahwa isi kandungan Al-Qur’an dipengaruhi oleh ajaran agama Yahudi. Pendekatan yang digunakan Geiger dalam mengkaji Al-Qur’an adalah pendekatan kritik hisrotis (historical-criticism approach). Di mana ia mengkaji situasi dan kondisi masyarakat Arab yang dianggap menjadi referensi isi kandungan Al-Qur’an.
3 Hal Utama yang Diadopsi Al-Qur’an dari Agama Yahudi Menurut Geiger
Abraham Geiger menyebutkan bahwa ada 3 hal utama yang “diadopsi” Nabi Muhammad Saw. dalam penulisan Al-Qur’an dari agama ajaran Yahudi (Lestari, 2014, h. 45), yaitu pertama, beberapa istilah atau kosa kata di dalam Al-Qur’an berasal dari agama ajaran Yahudi. Di antaranya ialah sakīnah, tāgūt, rabbānī, furqān, jannatu ‘adn, tawrāt, darasa, aḥbār, tābūt, jahannam, mā’ūn, matsānī, malakūt, dan sabt. Semua istilah tersebut ada dalam ajaran agama Yahudi, dan termaktub juga di dalam Al-Qur’an.
Kedua, konsep keimanan dan kepercayaan di dalam Al-Qur’an. Seperti langit dan bumi beserta segala isinya diciptakan dalam enam hari, adanya tujuh tingkatan surga, kepercayaan tentang Yajuj dan Ma’juj. Bahkan malaikat dalam kubur, adanya pembalasan di hari akhir, serta harapan agar ḥusn al-khātimah. Semua kepercayaan tersebut ada dalam ajaran agama Yahudi, namun juga disebutkan oleh Al-Qur’an,
Ketiga, kisah-kisah dalam Al-Qur’an ada yang berasal dari ajaran agama Yahudi. Seperti kisah-kisah para nabi. Di antaranya kisah Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi Sulaiman.
3 Argumentasi Geiger
Geiger menyebutkan bahwa perkara-perkara di atas diadopsi oleh Muhammad Saw. dari ajaran agama Yahudi karena tiga alasan. Pertama, ketika Nabi Muhammad Saw. menjalankan misinya di Madinah, beliau berhadapan dengan orang-orang Yahudi yang sudah sejak lama memiliki pengaruh yang kuat bagi masyarakat setempat. Menurut Geiger, Nabi Muhammad Saw. sengaja memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik simpati dan kesetiaan penduduk Madinah agar mau mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw.
Kedua, Nabi Muhammad Saw. memiliki hubungan dekat dengan orang-orang Yahudi di sekitar beliau, seperti Abdullah bin Salam dan Waraqah bin Naufal, di mana akhirnya mereka berdua mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw. Ketiga, Nabi Muhammad Saw. bisa saja mempelajari ajaran agama Yahudi dari penjelasan atau informasi orang-orang sekitar yang sudah sangat mengerti tentang agama dan tradisi orang-orang Yahudi.
Bantahan terhadap Pemikiran Geiger
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita pahami Abraham Geiger menyatakan bahwa Al-Qur’an itu, dalam penulisannya, dipengaruhi oleh ajaran agama Yahudi. Memang, dalam sejarah tercatat bahwa agama Kristen dan Yahudi berkembang di Jazirah Arab, agama Kristen berkembang di Syiria, sedangkan agama Yahudi berkembang di beberapa kelompok (kabilah) di Madinah. Namun, kedua agama tersebut hanya dianut oleh kalangan tertentu di Mekah dan sekitarnya, bahkan tidak dalam bentuk kabilah dan jumlahnya sangat sedikit.
Frunfurt mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Lestari (2014, h. 57), ia sangat menolak pemikiran Geiger. Ia mengatakan bahwa terdapat perbedaan keyakinan yang sangat mendasar antara agama Islam dan agama Yahudi maupun agama Kristen. Agama Yahudi sangat menolak keberadaan Isa/Yesus dan Maryam. Sementara Al-Qur’an sangat mengagungkan Nabi Isa a.s. dan dilahirkan dari rahim wanita yang suci, yaitu Maryam binti Imran. Adapun dalam agama Kristen, mereka menganggap bahwa Isa/Yesus adalah anak tuhan dan mereka percaya bahwa Yesus telah disalib. Ini merupakan suatu kepercayaan yang sangat bertentangan dalam ajaran Islam. Selain itu, kepercayaan bahwa Nabi Isa a.s. disalib juga ditolak di dalam Al-Qur’an.
Adapun beberapa kosa kata dalam Al-Qur’an yang bukan berasal dari bahasa arab, hal ini sudah pernah diteliti oleh para ulama seperti Imam al-Zarkasyi, Imam al-Suyuthi, Imam al-Zarqani, dan lainnya. Mereka mengatakan adanya beberapa kosa kata serapan terebut menunjukkan bahwa ilmu-ilmu di dalam Al-Qur’an cakupannya sangat luas. Selain itu, kesaman Al-Qur’an dengan ajaran atau kitab suci terdahulu menjadi bukti akan kesamaan asal-usul ajarannya, yaitu berasal dari Tuhan Yang Satu Allah Swt. Sehingga tidak benar tuduhan Geiger yang mengatakan bahwa Al-Qur’an “mengadopsi” ajaran agama Yahudi maupun agama Kristen. Wallāhu A’lam bi al-Shawāb.
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.