Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Garis Edar Matahari: Perspektif Al-Qur’an dan Sains

garis edar
Sumber: https://stock.adobe.com

Pendahuluan

Dalam buku Bintang dan Planet, Carole Stott mengatakan bahwa alam semesta berubah secara terus-menerus sepanjang usianya. Bintang hidup dalam jangka panjang waktu yang terbatas. Seperti manusia, mereka lahir, menjadi dewasa lalu mati. Gas dan debu yang membentuk bintang terdaur ulang – materi yang dibuang bintang dalam proses kematiaannya akan menjadi bintang baru. Matahari, bintang yang terdekat dengan kita, juga terus berubah. Jauh di dalam intinya, Matahari mengubah hidrogen menjadi helium. Saat ini Matahari akan tetap bersniar seperti biasa, akan tetapi dalam kurun waktu 5 miliar tahun ke depan, Matahari akan membesar dan berubah warna. Pada tahap ini, Matahari berubah menjadi bintang raksasa merah pada garis edar tertentu.

Matahari dan tata surya diperkirakan lahir pada 4,6 miliar tahun yang lalu, ketika kabut raksasa gas dan debu mulai mengerut karena daya tarik. Mungkin sebuah supernova atau bintang meledak yang terletak di dekat sanalah yang pertama-tama ‘menendangnya’ sehingga buyar. Kabut yang mengerut tersebut bergasing begitu cepat, lalu lambat-laun membentuk piringan. Matahari muda ini mulai terbentuk di bagian pusat kabut tersebut, sementara piringan yang lebih dingin, gas dan butir-butir debu saling bertabrakan untuk membentuk awal-mula planet-planet beserta bulannya. Sebuah episode dahsyat berakhir kurang lebih 3,8 miliar tahun yang lalu. Sejak saat itu, hampir semua keping materi yang berkeliaran disapu bersih oleh planet-planet tersebut, dan sejak saat itulah tata surya hampir tak berubah lagi.

Mengulas Pengertian dan Struktur Matahari

Matahari merupakan salah satu benda langit yang ada di ruang angkasa dan terbentuk dari gas hidrogen dan helium. Matahari adalah bintang terdekat dan sebagai pusat tata surya, serta dikelilingi planet-planetnya. Terdapat beberapa aktivitas yang dialami oleh Matahari, antara lain bintik Matahari, jilatan api Matahari, dan badai Matahari. Panas matahari berasal dari reaksi energi nuklir di dalamnya sehingga Matahari memancarkan cahaya dan panas ke seluruh sistem tata surya. Selain itu, Matahari juga melakukan suatu pergerakan mengelilingi Galaksi Bima Sakti maupun gerak rotasi.

Baca Juga  Meninjau KDRT dalam Perspektif Al-Qur'an

Bentuk Matahari yaitu seperti bola api yang berpijar, berdiameter sekitar 109 kali diameter Bumi. Diameter Matahari yaitu 109  diameter Bumi (109  12.700 km = 1.400.000 km), sedangkan volume Matahari yaitu 1,4  1.019 km (1.426 km). Matahari terdiri dari beberapa lapisan, seperti inti Matahari, zona radiasi, zona konveksi, fotosfer, kromosfer, dan korona. Selain itu, jika ditinjau dari lapisan yang paling dalam hingga lapisan yang paling luar terbagi menjadi 9 bagian (inti, zona radiasi, zona konvektif, fotosfer, atmosfer, kromosfer, zona transisi, korona dan heliosfer).

Menurut ilmu astronomi, menyebutkan bahwa Matahari merupakan pusat dari tata surya berdasarkan teori heliosentris yang dikemukakan oleh Nicolaus Copernicus, Matahari sebagai pusat tidaklah statis (diam) melainkan juga bergerak. Matahari memiliki dua gerak yaitu gerak peredaran pada porosnya dan gerak peredaran bersama dengan sistemnya mengelilingi pusat galaksi Bimasakti.

Fakta Mengenai Garis Edar Matahari

Untuk jangka waktu yang lama filosof dan ilmuwan Eropa meyakini bahwa Bumi berada di tengah alam semesta dan segalanya termasuk Matahari bergerak di sekeliling Bumi. Di negeri barat konsep geosentris ini diyakini dari zaman Ptolemy (abad ke-2 sebelum masehi) sampai pada tahun 1512, Ketika Nicholas Copernicus menyatakan teori heliosentris yaitu matahari tidak bergerak dan berada di tengah, sementara planet-planet berputar mengelilinginya.

Lalu, pada tahun 1609 ilmuwan Jerman Johannes Keppler menyatakan bahwa planet-planet tidak hanya bergerak mengelilingi Matahari, mereka juga berputar pada sumbunya dengan kecepatan yang berbeda-beda. Dengan pengetahuan ini para ilmuwan Eropa dapat lebih memahami pergerakan sistem tata surya termasuk rangkaian siang dan malam. Setelah temuan ini, diyakini bahwa matahari tidak bergerak. Tetapi pada ayat al-Qur’an termaktub:

﴿وَهُوَ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَۖ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسۡبَحُونَ  ٣٣﴾

Baca Juga  Quarter Life Crisis, Begini Solusi Perspektif Al-Qur'an?

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. al-Anbiya’:33)

Ternyata faktanya Matahari beredar 150 mil per detik dan Matahari berputar mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti (milky way) dalam jarak 225-250 juta tahun. Matahari membutuhkan waktu 200 juta tahun untuk menyempurnakan perputarannya. Ayat tersebut menyebutkan fakta penting dari ilmu astronomi modern yaitu keberadaan orbit tersendiri dari Matahari dan Bulan.

***

Pada surah Yasin ayat 38 juga dikatakan bahwa Matahari berputar pada tempatnya (berotasi), Allah Swt berfirman:

﴿وَٱلشَّمۡسُ تَجۡرِي لِمُسۡتَقَرٍّ لَّهَاۚ ذَٰلِكَ تَقۡدِيرُ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡعَلِيمِ  ٣٨﴾

Dan Matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin: 38)

Ayat tersebut merupakan salah satu tanda kebenaran al-Qur’an dari pandangan ilmiah dan didukung oleh bukti sains modern. Pada surah Yasin ayat 38 tersebut dikatakan bahwa matahari berjalan atau berputar di tempatnya (mustaqar) sambil beredar. Pada saat ini, para ilmuwan mengetahui bahwa Matahari ternyata berputar pada porosnya atau berotasi. Hal tersebut diketahui dengan mengamati posisi bintik Matahari (sun spot) dalam waktu tertentu. Namun, karena Matahari terbentuk dari gas, maka rotasi Matahari tidak seperti rotasi Bumi. Pada perputaran Matahari pada porosnya, ada bagian yang berputar lebih cepat dan ada bagian yang berputar lebih lambat. Bagian Matahari yang berada di dekat kutub perputaraannya lebih lambat, yakni dalam periode 35 hari. Sementara itu, bagian tengahnya (ekuator), matahari berputar dengan periode 25 hari.       

Jika dipelajari lebih mendalam, pada surah Yasin ayat 40 dapat ditafsirkan bahwa Matahari tidak akan dapat menyusul bulan. Hal tersebut memperkuat pendapat bahwa surat Yasin ayat 38 terkait dengan gerakan rotasi Matahari dan bukan gerakan revolusi Matahari.

Baca Juga  Menebarkan Sikap Mawaddah dalam Keberagaman

﴿لَا ٱلشَّمۡسُ يَنۢبَغِي لَهَآ أَن تُدۡرِكَ ٱلۡقَمَرَ وَلَا ٱلَّيۡلُ سَابِقُ ٱلنَّهَارِۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسۡبَحُونَ  ٤٠﴾

Tidaklah mungkin bagi Matahari mendapatkan Bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yasin: 40)

Penutup

Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai Matahari yang dikaji menurut perspektif sains dan al-Qur’an memberikan pengetahuan yang luas bagi para pembacanya. Hingga kini, penelitian-penelitian yang mempelajari berbagai teka-teki tentang alam semesta terus dilakukan oleh para ilmuwan, seolah tidak ada habisnya. Misalnya, hingga kini para imuwan itu masih banyak memperdebatkan fenomena-fenomena yang terjadi di langit, salah satunya adalah tentang Matahari. Fenomena saintifik seperti yang penulis sampaikan ini telah dibuktikan oleh al-Qur’an selama ribuan tahun yang lalu, bahkan sebelum manusia mengenal teknologi yang canggih seperti sekarang sekalipun. Maka dari itu, banyak pembelajaran yang dapat kita gali dari alam melalui al-Qur’an.

Penyunting: Ahmed Zaranggi