Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Feedback Perbuatan Baik Manusia

Sumber: https://www.gramedia.com

Islam mengajarkan manusia untuk selalu berbuat kebaikan kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, termasuk kepada sesama manusia. Berbuat baik memang sudah menjadi hal yang seharusnya dilakukan oleh kita sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam ber-mu’āsyaroh kepada manusia, untuk mempererat hubungan, atau disebut dengan istilah ḥablun min an-nās, berbuat kebaikan menjadi komponen sosial yang perlu dikedepankan. Begini feedback perbuatan baik manusia!

Perintah Berbuat Baik

 Perintah berbuat baik telah banyak disebutkan di dalam al-Qur’an, salah satunya dalam potongan Q.S. al-Qashas [28]: 77.

وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِۗ

Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.

Lafaz aḥsin (berbuat baiklah), dalam kitab Tafsīr Ibnu Kaṡīr (juz 6, h. 254), Ibnu Katsir mengarahkan kepada makna aḥsin ilā khalqihi, yaitu berbuat baiklah kepada seluruh makhluk-Nya. Artinya, perintah berbuat baik ini ditujukan kepada seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali. Aṡ-Ṡa’labi justru lebih spesifik lagi dalam kitabnya Tafsīr aṡ-Ṡa’labi (juz 20, h. 500), bahwa aḥsin pada ayat ini ditujukan kepada manusia (ilā an-nās).

Dari Mana Feedback Perbuatan Baik Didapatkan?

Seringkali bersliweran di media sosial, tidak sedikit orang yang mempermasalahkan perbuatan baiknya kepada seseorang tidak menuai tindakan timbal balik dari seseorang tersebut. Secara tidak sadar, perspektif ini menimbulkan kekecewaan, dan berimbas kepada hangusnya amal baik sebab hilangnya rasa ikhlas atas kebaikan yang telah diperbuat. Perspektif ini perlu dibenahi dan diperbaruhi. Perlu kita pahami firman Allah Q.S. an-Nahl [16]: 30 berikut.

وَقِيْلَ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا مَاذَآ اَنْزَلَ رَبُّكُمْۗ قَالُوْا خَيْرًاۚ لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌۗ وَلَدَارُ الْاٰخِرَةِ خَيْرٌۗ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِيْنَۙ

Baca Juga  Peradaban Manusia dalam Al-Qur'an: Panduan Menuju Kemajuan dan Kedamaian

Kemudian, dikatakan kepada orang yang bertakwa, “Apa yang telah Tuhanmu turunkan?” Mereka menjawab, “Kebaikan.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (balasan) yang baik. Sungguh, negeri akhirat pasti lebih baik. Itulah sebaik-baik tempat (bagi) orang-orang yang bertakwa.

Pada potongan lillażīna aḥsanū fī hāżihi ad-dunyā ḥasanah, orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat balasan yang baik, al-Durrah dalam kitab Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm wa I’rābuhu wa Bayānuhu (juz 5, h. 177) menjelaskan bahwa siapapun yang berbuat kebaikan, maka balasan baginya adalah kebaikan yang berlipat ganda, baik berupa rezeki (rizq), keberhasilan/kemenangan (fatḥ), pertolongan (naṣr), kemuliaan (‘izz), kehormatan (karāmah), dan lain-lain yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya di dunia ini, dan apa yang dipersiapkan Allah di akhirat kelak lebih baik dari apa yang didapatkan di dunia.

***

Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa balasan kebaikan tidak berasal dari manusia, atau makhluk lainnya. Melainkan Allah yang membalas kebaikan hamba-Nya di dunia, entah melalui apapun atau siapapun, serta balasan di akhirat kelak jauh lebih baik dari yang kita bayangkan. Oleh karenanya, pun didatangkan dari makhluk, itu hanyalah perantara yang berasal dari-Nya. Tidak perlu ber-angan balasan apa yang akan diberikan, sebab rahmat Allah begitu luas untuk kita angankan. Tugas kita sebagai hamba-Nya adalah berbuat baik, selebihnya berada di luar kuasa kita untuk menerka balasan yang didapat.

Perspektif feedback kebaikan hendaknya diperbaruhi kembali. Melakukan kebaikan kepada manusia, didedikasikan sebagai bentuk meraih ridha-Nya, bukan agar diperlakukan baik kembali oleh manusia. Mari melatih ikhlas dengan berbuat baik tanpa berharap kebaikan kita ditimbal-baliki oleh manusia. Serta menanam perspektif bahwa balasan kebaikan didatangkan dari-Nya, bukan dari makhluk-Nya.

Baca Juga  4 Surat Penghilang Gelisah dalam Al-Qur'an
Fatia Salma Fiddaroyni
Alumnus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir dan Alumnus PP. Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang.