Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Fakhruddin Ar-Razi: Ulama Multiwajah Di Balik Tafsir Mafatihul Ghaib

Sumber: www.sciencephoto.com

Dalam rubrik sebelumnya, penulis telah membahas rubrik kajian al-Qur’an dan politik dari sudut pandang Imam Fakhruddin Ar-Razi, terkait salah satu surah dalam al-Qur’an, yaitu surah Al-An’am ayat 129,  sebagai berikut berikut :

وَكَذلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّلِمِيْنَ بَعْضًا بِمَا كَنُوْ يَكْسِبُوْنَ

Dan demikianlah kami jadikan sebagian orang-orang yang dzolim itu menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan’’QS.Al-An’am [6]: 129.

Yang dalam interpretasi penafsiranya, seorang ahli kalam ini, memberikan bedahan interpretasi penafsiran yang cukup energik serta eksotis; yang menurut hemat penulis selaras dengan sabda baginda Nabi besar Nabi Muhammad SAW, ‘’sebagaimana keadaanmu dalam beragama, begitulah Tuhan menganugerahkan sosok pemimpin bagimu’’, sebagai berikut:

الآية تَدُلُّ عَلَى أَنَّ الرَّعِيَّةَ مَتَى كَنُوْا ظَا لِمِيْن فَااللهُ تَعَلَى يُسَلِّطُ عَلَيْهِمْ ظَالِمًا مِثْلَهُمْ فَاِنْ اَرَادُوْ أَنْ يَتَخَلَّصُوْا مِنْ ذلِكَ الأَمِيْر الظالِم فَلْيَتْرُكُوْا الظُلْمَ

‘’Ayat ini menunjukkan bahwa ketika rakyat telah menjadi orang-orang yang dzolim, maka Allah SWT akan mengangkat pemimpin yang dzolim seperti mereka, apabila rakyat ingin terbebas(freedom) dari belenggu pemimpin yang dzholim itu, maka mereka harus menghentikan kedzholiman terlebih dahulu.h. 204

Nah, dalam sesi tulisan ini, penulis ingin sedikit membedah rekam jejak sisi keagamaan Imam Fakhruddin al-Razi, berangkat dari biografinya serta kitab tafsirnya, yaitu tafsir mafatihul ghaib, yang merupakan magnum opusnya, berikut ulasanya:

Biografi Imam Fakhruddin Ar-Razi

Ada saja gelar yang dilekatkan kepada para ulama, sebut saja Imam Fakhruddin Ar-Razi yang dikatakan sebagai mujaddid abad ke tujuh, agaknya tak membuat dirinya angkuh dan sombong. Ya bagaimana tidak, terkenal sebagai sesosok dari kalangan berada, yang merupakan buah keberkahan dari ilmu yang dimilikinya, itupun buah hasil daripada hibah(pemberian) dari para sultan. Sebut saja, di antara ketiga sultan tersebut, pertama, sultan Ghaznah, kedua, sultan Ala ad-Din Khawarizmi Syah, ketiga, sultan Syihabuddin al-Ghaufari.

Baca Juga  Mengenal Ibnu Thufail dan Risalah Hayy Ibn Yaqzan

Namun, sejatinya hibah(pemberian) dari para sultan-sultan tersebut, agaknya justru membuat dirinya tak sombong ataupun angkuh, terbukti sesosok ahli kalam yang bernama lengkap. Abu Abdullah Muhammad Ibn Umar Ibn al-Husain Ibn al-Hasan Ibn Ali al-Qurasy at-Taimi al-Bakri ath-Thabrastani ar-Razi, gemar mendermakan harta yang dimilikinya untuk kepentingan agama Islam serta kemanusiaan, hal tersebut merupakan wujud rasa syukur-nya atas limpahan karunia nikmat yang Allah SWT limpahkan kepada dirinya.h. 34.

Terlepas daripada uraian jahitan tulisan di atas, karier keilmuan sosok mufassir dengan sapaan masyhur-nya, yaitu Ibn al-Khatib al-Sya’fi’i yang dilekatkan dari penisbatan terhadap ayahnya tersebut, memulai karier kelimuanya. Berangkat dari bimbingan ayahnya sendiri, yaitu Dhiyauddin, atau dikenal juga sebagai al-Khatib al-Rayy, seorang Imam Fakhruddin ar-Razi dikenal sebagai sosok yang sama sekali tidak mendikotomi ilmu pengetahuan keislamaan maupun sains layaknya intelektual tafsir berkebangsaan Turki Badiuzzaman Said Nursi dalam magnum opusnya, ‘’Risalah Nur’’, yang mana dalam kajianya tidak membahas semua ayat-ayat daripada al-Qur’an, dan lebih banyak membahas aspek-aspek keimanan, selaras dengan misinya, yaitu menyelamatkan iman masyarakat Turki khususnya, dan umat manusia umumnya ketika terjadi sekularisasi yang sangat amat radikal.

Selanjutnya lembar-lembar kajian keilmuanya tersebut, didapatnya dari pengembaraan lawatan keilmuanya, di antara tempat yang menjadi saksi bisu keilmuanya, yaitu Khawarizmi dan Khurasan, dan wadah keilmuanya didapat dari sosok ulama-ulama yang katakanlah cukup tersohor. Sebut saja, yaitu al-Kama as- Sam’ani dan al-Majdi al-Jaili, dan banyak lagi ulama-ulama yang dijadikanya sebagai wadah bagi kelimuan yang dimilikinya, maka, wajar saja, imbas dari kegelutanya menimba ilmu keislaman maupun sains, seperti ilmu astronomi dan pengobatan, maka dibidang pengobatan, diejawantahkanya dengan menelurkan tulisanya, yaitu Masa’il fi al-Thib.h. 33

Baca Juga  Dua Nasehat Diri Warisan Nabi SAW: Berbicara dan Diam

Sekelumit Tentang Tafsir Ar-Razi

Kitab tafsir Mafatihul Ghaib memiliki daya tarik magnet tersendiri bagi para pengkaji al-Qur’an, wajar saja, lautan keilmuan didalam tafsir tersebut, mencakup berbagai dimensi lintas keilmuan, atau dalam pendapat yang masyhur, bahwasanya didalam kitab tafsir mafatihul ghaib, yaitu فِيْهِ كُلُّ شَيْءٍ اِلاَّ التَّفْسِيْر (di dalamnya terlukis berbagai dimensi pembahasan keilmuan kecuali tafsir itu sendiri).Untuk menelaah lebih jauh, yaitu mengenai tafsir Mafatihul Ghaib, berikut penulis rincikan setidaknya lima metode Ar-Raazi dalam tafsirnya, sebagai berikut:

Pertama, memberikan perhatian yang lebih terhadap munasabah (korelasi) antara surah dan ayat-ayat al-Qur’an satu dan yang lainya, kemudian selanjutnya menyajikan wejangan berupa ibrahibrah yang ada dalam urutan-urutan kitab suci al-Qur’an.

Kedua, mengkoneksikanya dengan berbagai lintas disiplin ilmu, seperti ilmu matematika, filsafat, biologi, astronomi dan lain-lainya.

Ketiga, mewejangkan penyajian segelintir pendapat para filosof, ahli kalam, dengan serta merta mengikuti pendapat ahli sunnah serta berkontra narasi dengan pemikiran mu’tazilah serta meruntuhkan dalil-dalil mereka.

Keempat, tidak serta merta mendikotomikan para mazhab fuqaha selain daripada mazhab syafi’i, namun sebaliknya menyebutkan semua mazhab fuqaha terkait pembahasan ayat-ayat hukum, walaupun pondasi peganganya dalam ibadah serta muamalah adalah mazhab syafi’i.

Kelima, terlepas dari apa-apa yang telah penulis sebutkan di atas, ahli beretorika Imam Ar-Razi juga memperkaya isi-isi kitab tafsirnya, dengan ilmu balaghah, ushul, nahwu, dan lain-lainya. h.36

Wallahua’lam.

Editor: An-Najmi Fikri R