Pembahasan seputar fenomena bintang telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat sejak zaman dahulu. Orang zaman dahulu memanfaatkan bintang dalam praktik-praktik keagamaan dan navigasi. Bahkan, mereka menggunakannya dalam menentukan musim bercocok tanam.
Hingga zaman sekarang praktik tentang ramalan bintang atau zodiak masih bisa dijumpai di lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari sekedar ingin tahu, sebatas permainan, atau bahkan benar-benar memercayai penentuan nasib dengan melihat zodiak.
Di balik penciptaan bintang, tentu terdapat suatu keistimewaan, tujuan besar, dan kebermanfaatan bagi manusia. Bintang dalam ayat Al-Qur’an memiliki konteks yang berbeda-beda pada setiap penyebutannya. Dalam Al-Qur’an, terdapat 27 ayat yang menyebutkan bintang, baik dalam bentuk tunggal maupun jamak. Penyebutan bintang dalam Al-Qur’an menggunakan empat term. Berikut empat trem tersebut.
Al-Najm: Term Bintang Terbanyak di Al-Qur’an
Lafaz al-Najm dengan semua derivasinya dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 13 kali. Terdapat dalam 13 ayat dalam 12 surat Al-Qur’an yaitu: QS. al-Rahman: 6, QS. al-Tāriq: 3, QS. al-Nahl: 16, QS. al-Najm: 1, QS. al-Nahl: 12, QS. al-Hajj: 18, QS. al-Mursalat: 8, QS. al-Takwir: 2, QS. al-Saffat: 88, QS. al-Thur: 49, QS. al-Waqiah: 75, QS. al-an’am: 97, QS. al-A’raf: 54. [1]
Lafaz al-najm secara leksikal berarti bintang. Dalam kamus Mu’jam Mufradat fi Alfazh Al-Quran, lafaz al-najm berarti bintang atau planet yang muncul dari ufuk timur.[2] Begitu juga dalam al-Qomus al-Muhith, lafal ini bermakna al-kawkab (planet).[3]
Sedangkan dalam kamus Lisan al-Arab, al-najm artinya sesuatu yang muncul atau tampak. Menggambarkan sesuatu yang muncul atau tampak dari tempat tertentu, seperti bintang yang muncul atau tampak dari langit atau tumbuhan yang tumbuh di permukaan tanah.
Term ini juga dapat digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang baru muncul atau tumbuh, seperti tunas atau kuncup.[4]
Al-Buruj: Term Bintang dan Varian Maknanya
Lafaz al-Buruj dengan semua derivasinya dalam Al-Qur’an muncul sebanyak 4 kali. Terdapat dalam 4 ayat di 4 surat Al-Qur’an, yaitu: QS. al-Nisa: 78, QS. Hijr: 16, QS. al-Furqan: 61, QS. al-Buruj: 1.[5] Lafaz Buruj merupakan bentuk jamak dari burj. Berasal dari kata baraja yang dapat bermakna bangunan yang tinggi atau menara. Dalam kamus Mu’jam mufradat fi Alfazh Al-Quran,lafaziniberarti menara.[6]
Dalam al-Qomus al-Muhit, al-Buruj berarti salah satu menara langit.[7] Dalam kamus Lisan al-Arab,lafaz inidisebutkan sebagai suatu penampakan yang jelas dan tinggi.Makna al-buruj jika dikaitkan dengan fenomena langit dapat bermakna gugusan bintang.[8]
Dalam pengertian lain, al-Buruj dipahami sebagai bintang yang terlihat seperti titik-titik yang jika diberi garis akan menunjukkan bentuk sesuatu. Orang-orang zaman dahulu menjadikan bintang ini sebagai tempat perjalanannya matahari dengan jumlah 12 bintang, yaitu: Kaprikornus, Akuarius, Pises, Aries, Taurus, Gemini, Kanser, Leo, Virgo, Libra, Skorpio, dan Sagitarius.
Para ulama menafsirkan lafaz al-buruj dalam Al-Qur’an dengan pendapat yang berbeda-beda. Ada yang memaknainya al-buruj, yaitu bintang. Mufasir lain mengartikannya sebagai al-qusur, yaitu gedung atau istana. Ada pula yang menafsirkannya dengan zat al-khalqi al-hasani, yaitu ciptaan yang baik. Dan terakhir, ada mufasir yang memaknainya sebagai zat al-manazil, yaitu yang mempunyai tempat tinggal. Al-Buruj, jika dikaitkan dengan fenomena alam, maka lebih tepat ditafsirkan sebagai gugusan bintang.
Al-Kawkab
Lafaz al-Kawkab dengan semua derivasinya dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 5 kali. Terdapat dalam 5 ayat di 5 surat Al-Qur’an, yaitu: QS. al-Nur: 35, QS. al-An’am: 76, QS. Yusuf: 4, QS. al-Infitar: 2, QS. al-Saffat: 6.[9] Secara leksikal, al-Kawkab berarti al-najm.
Penggunaan lafaz al-kawkab pada umumnya menggunakan bentuk mudzakar (maskulin) yang merujuk pada planet atau bintang. Sedangkan lafaz al-kawkabatu merupakan bentuk muanas (feminim) merujuk pada planet venus. Lafaz ini juga bermakna sesuatu yang besar atau utama. Kawkab tidak hanya merujuk pada bintang atau planet saja, namun juga pada sesuatu yang besar dan utama. Pada penggunaan dalam konteks yang lain, term ini bermakna al-kawkab al-‘ashbu (bagian utama dari rumput) dan al-kawkab al-māu (bagian utama dari air).[10]
Al-kawkab secara lahiriah bermakna bintang, namun lebih merujuk pada arti planet. Perbedaan antara al-najm dengan al-kawkab yaitu al-najm adalah bintang yang memancarkan cahaya dari dirinya sendiri. Di sisi lain, al-Kawkab adalah benda langit yang mengitari matahari. Kriteria tersebut dalam ilmu sains merujuk pada planet, seperti halnya bumi yang berotasi mengelilingi matahari.
Al-Tāriq
Lafaz al-Tāriq dengan semua derivasinya dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 2 kali. Terdapat dalam 2 ayat, yaitu dalam QS. al-Tāriq: 1 dan 2.[11] Lafaz al-Tāriq berakar dari kata taraqa yang memiliki arti memukul dengan palu.[12] Diksi ini menggambarkan tindakan memukul atau membentuk sesuatu. Dalam kamus Lisan al-Arab, lafaz al-tāriq berarti jalan yang terinjak. Bagian tanah yang terinjak akan menimbulkan pukulan.[13]
Alat yang digunakan untuk memukul disebut mitraqah, bisa berupa palu atau tongkat. Lafaz tāriq juga dapat kita gunakan untuk menunjukkan unta jantan yang kuat dan produktif. Pada konteks waktu dan tindakan, lafaz inimenggambarkan seseorang yang datang pada malam hari tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Orang yang datang pada malam hari tersebut disebut al-Tāriq karena perlu memukul atau mengetuk pintu rumah. Tindakan tersebut dilakukan untuk memberitahu penghuni rumah bahwa ia telah datang.
Sedangkan dalam konteks astronomi, al-Tāriq dalam Lisan al Arab lafaz al-tāriq merujuk pada bintang yang muncul pada waktu subuh atau pagi hari. Karena itulah diksi ini diksi ini juga bermakna bintang pagi.[14] Namun, dalam konteks lain, ada yang menyatakan:
والطَّارِقُ : النَّجْمُ، وَقِيْلَ: كُلُّ نَجْمٍ طَارِقٌ لِأن طلوعه باِللَيْلِ؛ وَكُلُّ مَا أَتَى لَيْلاً فَهُوَ طَارِقٌ
“Bahwa semua bintang atau planet yang datang pada malam hari ialah al-Tāriq”.
Dalam definisi yang lebih luas, segala sesuatu yang datang pada malam hari adalah al-tāriq dan tidak hanya terbatas pada bintang atau planet saja.[15]
Referensi
[1] Alami Zadah Faydullah, Fath al-Rahman Litalibi Ayat Al-Qur’an, (Lebanon: Dar Al-Kotob Al Ilmiyah, 2012), h. 697.
[2] Ar-Raghib al-Ashfahani, Mu’jam Mufradaat Alfadz Al-Qur’an,(Ashfani: Dar al-Fikr, 2008), h. 791.
[3] Fairuzabadi, Al-Qomus al-Muhit, (Lebanon: Dar El Marefa, 2005), h. 1266.
[4] Ibn Manzur, Lisan al-Arab,Jilid 12, (Lebanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2009), h. 674.
[5] Alami Zadah Faydullah, Fath al-Rahman Litalibi Ayat Al-Qur’an…, h.99.
[6] Ar-Raghib al-Ashfahani, Mu’jam Mufradaat Alfadz Al-Qur’an…, h. 115.
[7] Fairuzabadi, Al-Qomus al-Muhit…, h. 91.
[8] Ibn Manzur, Lisan al-Arab…,Jilid 2, h. 239.
[9] Alami Zadah Faydullah, Fath al-Rahman Litalibi Ayat Al-Qur’an…, h. 647.
[10] Ibn Manzur, Lisan al-Arab…, Jilid, h. 846.
[11] Alami Zadah Faydullah, Fath al-Rahman Litalibi Ayat Al-Qur’an…, h. 453.
[12] Fairuzabadi, Al-Qomus al-Muhit…, h. 799.
[13] Alami Zadah Faydullah, Fath al-Rahman Litalibi Ayat Al-Qur’an…, h. 518.
[14] Ibn Manzur, Lisan al-Arab…, Jilid 10, h. 262.
[15] Ibid.
Editor: Dzaki Kusumaning SM
























Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.