Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Dibalik Kata Dhalal dalam Al-Qur’an: Analisis Semantik Toshihiko Izutsu

Sumber: istockphoto.com

Dalam studi teks kitab suci, makna kata seringkali lebih kompleks dan detail daripada yang ditunjukkan pada pandangan pertama .​ Salah satu istilah yang menarik untuk dianalisis dalam Al -Qur’an adalah “dhalal“, yang sering diterjemahkan sebagai “kesesatan” atau “penyimpangan”. Namun definisi “dhalal” dan bagaimana istilah ini digunakan dalam berbagai konteks dalam Al -Qur’an mengungkapkan pemahaman yang lebih bernuansa tentang makna . Toshihiko Izutsu, seorang cendekiawan Jepang terkenal yang berspesialisasi dalam analisis semantik teks keagamaan , menawarkan pendekatan yang menantang untuk memahami istilah-istilah seperti “dhalal” dengan menggunakan teori relasional .

Lafal dhalal dalam beberapa kamus dimaknai dengan sesat. Dalam Al Qur’an term dhalal dengan derivasinya disebutkan sebanyak 191 kali dalam 60 surat. Hal ini menunjukkan bahwa kata dhalal merupakan kata kunci dalam Al-Qur’an yang mewakili bagaimana weltanschauung Al-Qur’an tentang konsep sesat. (Saddad, 2022)

Makna Dasar Dhalal

Dalam Al Mufradaat fii Gharibil Quraan, kata  Dhaall memiliki 2 makna; pertama, menyimpang dari jalan yang lurus dan itu merupakan kebalikan dari petunjuk Allah. Kedua, kesesatan yang menyebabkan dia tersesat yaitu kebatilan yang diperlihatkan kepada seseorang sehingga ia terlihat sebagai  seseorang yang tersesat. Dalam Maqayis al-Lughah dhalal dimaknai  “daya al-Syai wa dzahabuhu fi ghairi haqiqi” yang menunjukkan bahwa makna makna dasar dhalal adalah hilang. Seiring berkembangnya zaman para leksikon berhasil menafsirkan kata dhalal menjadi lebih luas, sebagaimana Louis mengatakan, disamping makna hilang dhalal juga memiliki makna gagal seperti ungkapan “lam yanjah; Dhalla sa’yuhu” (seseorang telah gagal usahanya), Ibnu Manzur dalam Lisaanul ‘arab mengatakan bahwa kata dhalal memiliki  arti hilang, tersembunyi, sia-sia, binasa, keliru, lupa, sesat, bingung, dan antonym hidayah., (Manzur, 1290)

Baca Juga  Merespon Generasi Z Ketika Berbicara Agama

Makna Relasional

Makna relasional dalam teori Toshihiko Izutsu akan digali dalam dua bentuk analisis yakni, analisis sintagmatik dan analisis paradigmatik. Analisis sintagmatik adalah analisis yang menentukan makna suatu kata dengan cara memperhatikan kata kata di depan dan dibelakang kata yang dibahas, Adapun analisis paradigmatik adalah jenis analisis yang mengkomparasikan dengan konsep atau kata lain yang bertentangan. (Fahriana, 2019).

a.   Analisis Sintagmatik

Kata Dhalal dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 191 kali dalam 60 surat dengan berbagai derivasi nya dari fiil mudhari’, fi’il madhi, isim.  bentuk dhalal ditafsirkan sesuai dengan konteks ayat tersebut sehingga bisa menimbulkan beberapa makna baru. Berdasarkan analisis yang ada diketahui beberapa kata dhalal diiringi dengan lafal syirik, munafiq, kufr, fasiq, mubin.

Dari beberapa contoh diatas ditemukan bahwa iringan kata yang berkonotasi negatif menurut Al-Qur’an (dianggap tidak dalam jalan hidayah Allah) dikatakan sesat. Penyebutan sesat juga tidak serta merta disebutkan tanpa ada perilaku/pelaku negatif yang mengiringi dhalal. Beberapa dhalal dimaknai dengan sesat/menyimpang bukan karena diiringi oleh sifat-sifat negatif diatas, tetapi pemaknaan sesat hadir karena kisah/ perumpamaan yang disajikan dalam 1 ayat dan jika ditafsirkan kisah tersebut termasuk dari golongan sifat negatif, Sebagaimana dalam QS. Al-An’am : 74.

Dalam ayat lain pemaknaan dhalal dilihat dari konteks, akibat dari perbuatan dan asbabun nuzul dari ayat tersebut, sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah: 282, kata dhalal disini karena latar belakang dari turunnya ayat tersebut. Tidak dimaknai sesat/menyimpang karena ayat ini sedang membahas jual beli/hutang piutang sehingga tidak ada unsur sesat ataupun melakukan hal buruk yang menyimpang jauh dari agama Allah.

***

b. Analisis Paradigmatik

Secara singkat lafal dhalal memiliki makna yang sama dengan ghaflah, tugyan, gayy yang berarti sesat, gagal, putus asa, kecewa (Manzur, 1290). Makna tersebut memiliki sifat yang sama dengan dhalal yakni sama sama hilang petunjuk arah, hilangnya keberhasilan, hilangnya harapan. Sebagaimana dalam QS. Asy-Syu’ara : 91 yang mengartikan kata gaawinn dengan sesat/ kehilangan petunjuk arah.

Baca Juga  Mengkaji Ayat-Ayat tentang Bidadari dalam Perspektif Al-Qur’an

وَبُرِّزَتِ الْجَحِيْمُ لِلْغَاوِيْنَ ۙ

Terjemahan Kemenag 2019

91.  (Neraka) Jahim diperlihatkan dengan jelas kepada orang-orang yang sesat.

Kata gayy dan derivasinya terdapat 20 kata dalam  Al-Qur’an jika diselami maknanya kata ini mencakup kesesatan yang berkaitan dengan masalah akidah saja sehingga perbedaan inilah yang menjadi pembeda antara gayy (penyimpangan akidah) sedangkan dhalal penyimpangan yang bersifat umum. Makna-makna ini masih memiliki kesamaan dengan dhalal dari segi akibat yakni sama-sama mengakibatkan penyimpangan dan kesesatan.

Sementara itu jika ditinjau dari segi antonym lafal dhalal ditemukan kata Huda yang berarti petunjuk (Manzur, 1290). Jika dikatakan dhalal adalah sesat yang menyebabkan seseorang jauh dari ajaran agama Allah maka Hidayah adalah petunjuk yang membawa seseorang dekat dengan agama Allah. Sebagaimana dalam QS. Al-Isra’ : 2

c. Analisis Sinkronik dan diakronik

Pra Quranik

Untuk mengetahui pemaknaan kata dhalal dapat dilihat dari penggunaan kata dhalal dalam syair yang Masyarakat Arab buat

أمدعي الحب يثنى  # يأس الحبيب زمامة؟

Apakah penggugat cinta menyanjung keputusasaan kekasih?

ضللت كل ضلال  # ولم تفيدك الزعامة

Aku sungguh tersesat, tetapi pengakuan itu tidak berarti bagimu

Dari penggalan syair di atas dapat diartikan bahwa Masyarakat arab menggunakan kata dhalal sebagai perumpamaan atas kehilangan perasaan, materi yang bernuansa duniawi. Sedangkan Ketika sudah masuk fase Quranik makna dhalal lebih dekat dengan nuansa teologis.

Quranik

Turunnya wahyu pada periode Makkah penyebutan dhalal lebih ditujukan pada tatanan kode etik beragama (Islam), berarti  hilang, lenyap, dan menunjukkan kesalahan perbuatan yang dilakukan para penentang rosul sedangkan pada periode Madinah dhalal lebih menekankan pada makna sesat yang ditujukan pada orang orang yang kufur, kehilangan arah, syirik.

Baca Juga  Merayakan Valentine Tidak Akan Membuat Murtad

Dhalal merupakan kata yang sudah digunakan dari masa pra Quranik. Tetapi tetap dipertahankan di era Quranik tetapi dengan titik penekanan yang berbeda. Jika pada pra Quranik Masyarakat Arab menekankan pada sesuatu yang berbau duniawi, pada era Quranik kata ini lebih ditekankan pada perilaku dan kelompok manusia yang menentang ajaran Allah.

Pasca Quranik

Dhalal pasca Quranik maknanya lebih menyempit. Dan khazanah keilmuan islam banyak terinspirasi oleh hal-hal yang terkandung dalam Al-Qur’an. Para ahli fikih, ahli tasawuf bahkan ahli politik memiliki makna tersendiri dalam memaknai kata dhalal. Dalam perbincangan ahli hadits makna dhalal hanya terdapat 1 makna yakni sesat. Sedangkan Ibnu Taimiyah menyebut bahwa dhalal ada 2 macam yakni kufur dan bid’ah (maksiat)dari 2 kata ini muncullah turunan kufur; kafir harbi, kafir kitabi dan sebagainya. 

Penutup

Kata Dhalal memang sangat identik dengan perilaku menyimpang dari agama Allah. Tetapi hal ini bukan menjadi alasan untuk seseorang menunjukkan sikap truth claim kepada mereka yang tidak sepaham. Sebelum mengklaim kelompok lain benar-benar menyimpang harus dilakukan penelaah an lebih dalam dan matang dan respon/sikap yang tepat sehingga tidak akan ada lagi sikap truth claim.

Editor: An-Najmi

Savina Salsabila
Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga, Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir