Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Degradasi Etika, Apakah Al-Qur’an Diam Saja?

Mengulas degradasi etika menurut perspektif Al-Qur’an

Degradasi etika menurut perspektif Al-Qur’an – Fenomena degradasi etika terjadi ketika ada perubahan negatif pada individu yang menyimpang dari norma dan nilai yang berlaku. Istilah degradasi etika menggambarkan kemerosotan moral dan etika yang mana baik individu maupun kelompok menunjukkan tindakan yang tidak sesuai dan melanggar norma dan budaya.

Media sosial dan berita belakangan ini ramai memperbincangkan tentang anak yang menyiksa orang tua atau orang tua yang mencelakai anaknya. Bagaimana hal ini bisa terjadi? padahal Allah sangat memuliakan orang tua. Mereka juga bertanggung jawab untuk memenuhi hak dan menjaga anak-anaknya yang merupakan anugerah dari Allah. Utamanya ibu, karena telah mengandung selama sembilan bulan kemudian menanggung rasa sakit saat melahirkan. Ayah pun juga berperan besar dalam menjaga dan menafkahi keluarga. Tulisan ini akan menggali lebih dalam bagaimana Al-Qur’an mengulas degradasi etika.

Baca: Artikel terkait

Anak yang Durhaka Kepada Orang Tua

Degradasi etika menurut perspektif Al-Qur’an – Bulan Desember ini ada beberapa kejadian anak yang menganiaya bahkan membunuh orang tuanya. Seperti seorang anak asal Ponorogo yang membunuh ayahnya karena tidak membelikan rokok, seorang anak asal Lebak Bulus mengaku mendapat bisikan untuk menusuk ibu, ayah, serta neneknya, serta seorang anak perempuan asal Makkasar yang menganiaya ibunya menggunakan parang. dan banyak lagi kasus lainnya.

Padahal orang tua sangat mulia dalam pandangan Allah. dalam Al-Qur’an kata birrul walidaini 13 kali muncul. hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an menyoroti ini dan sangat penting untuk dilakukan. Salah satunya tertulis dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi:

۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا 

“Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menjelaskan bahwa ayat ini memuat rukun terbesar yaitu tauhid dan akidah. Bentuk pengamalannya yaitu beribadah hanya kepada Allah. Setelah itu, berbuat baik kepada orang tua. Dalam beberapa ayat, Allah sering menyandingkan perintah untuk menyembah Allah kemudian berbakti kepada orang tua. Hal ini karena orang tua adalah sebab yang nampak (Zahir) bagi keberadaan menusia dan Allah adalah sebab hakiki mereka ada. Perintah ini adalah loyalitas dan harga diri untuk membalas pengorbanan, kasih sayang, dan jasa mereka yang merawat anak hingga dewasa. Ada beberapa kewajiban yang harus anak lakukan untuk membalas orang tua mereka yaitu:

Baca Juga  Mostbet Casin « Endüstriyel Beton Zemin Uygulamalar

فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ bermakna jangan mengucapkan kata-kata buruk seperti ucapan yang paling rendah yaitu keluhan (ta’affuf). larangan ini berlaku baik saat mengungkapkan sedikit kekesalan atau banyak. Apalagi ketika kedua orang tuanya telah masuk lanjut usia. anak harus menghindari ucapan buruk ini karena orang tua membutuhkan bakti anaknya sebagaimana orang tua mengasuhnya saat kecil hingga dewasa.

وَّلَا تَنْهَرْهُمَا bermakna jangan sampai keluar perbuatan buruk (intihar) yaitu larangan untuk menunjukkan pertentangan dalam ucapan dengan membantah atau menyalahkan dengan kata-kata kasar.

وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا bermakna ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang lembut, bagus, dan baik. serta berikan penghormatan, kemuliaan, dan sopan santun.

Wahbah Zuhaili menambahkan, Allah mendahulukan larangan baru menyebutkan perintah, menunjukkan bahwa Allah mengutamakan agar membersihkan diri dari sesuatu yang buruk kemudian lanjut menghiasi diri dengan hal-hal yang baik.

Quraish Shihab dalam Tafsirnya Al-Misbah, menjelaskan bahwa Al-Qur’an menggunakan kata اِحْسٰنًاۗ yang bermakna memberikan lebih banyak daripada yang seharusnya dan mengambil lebih sedikit daripada yang seharusnya. seperti sabda Rasulullah “Engkau dan hartamu adalah milik ayahmu” (H.R. Abu Dawud).

Sementara itu, ayat ini menggunakan kata hubung بِ dalam lafal وَبِالْوَالِدَيْنِ. Padahal, pada lafal ini juga boleh menggunakan kata hubung الى yang artinya kepada. Dalam tatanan bahasa Arab, kata hubung بِ bermakna ilshaq atau kelekatan. Sedangkan kata hubung الى menurut para pakar bahasa Arab mengandung makna jarak. Allah tidak menghendaki adanya jarak walaupun sedikit antara orang tua dan anak sehingga mereka harus dekat satu sama lain. Makna kelekatan ini hakikatnya bukan hanya untuk orang tua melainkan kembali kepada sang anak. Itu juga yang membuat lafal ini tidak menggunakan kata الى yang bermakna peruntukan.

Baca Juga  Rasulullah: Wirausahawan Teladan Penuh Akhlak

Baca; Artikel Terkait

Orang Tua yang Durhaka Kepada Anaknya

Degradasi etika menurut perspektif Al-Qur’an – Selain anak yang durhaka kepada orang tua, ada juga orang tua yang durhaka kepada anak. Seperti kasus 2 anak 5 tahun di Pasar Rebo. Satunya mengalami penyiksaan oleh orang tuanya karena faktor sakit hati akibat tidak mendapatkan pengakuan menjadi orang tua oleh anaknya, padahal anaknya tidak mengakuinya karena tidak pernah bertemu sejak kecil. Sementara satu lainnya mengalami kekerasan fisik dan seksual akibat perlakuan ayah kandungnya hingga menyebabkan ia kehilangan nyawa.

Lalu, untuk orang tua yang durhaka kepada anak, bagaimana sikap anak seharusnya? Al-Qur’an memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dan menuruti mereka. Kecuali, ketika mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah. Al-Quran surah Luqman ayat 14-15 berbunyi:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ 

“Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat kami) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.

Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan.”

Degradasi etika menurut perspektif Al-Qur’an – Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa Allah mewasiatkan untuk berbuat baik kepada orang tua lalu menjelaskan tentang kesulitan yang harus ibu lewati demi keselamatan anak. Quraish Shihab mengutip pendapat Ibnu Asyur bahwa Allah melarang orang tua untuk membunuh anak sesuai nasihat Luqman kepada anaknya. Kata مَعْرُوْفًا menurutnya mencakup segala hal yang baik yang sesuai dengan syariat Islam. Konteksnya adalah ketika Istri Abu bakar yang belum masuk Islam mendatangi anaknya Asma’ yang saat itu sudah masuk Islam. Asma’ bertanya kepada Rasulullah bagaimana seharusnya bersikap kepada ibunya, Beliau memerintahkan untuk tetap berbuat baik, sering mengirim, mengunjungi, serta menyambut kunjungannya.

Baca Juga  Mengenal Tafsir Maqashidi Melalui Pakarnya

Beberapa Ulama’ juga menambahkan bahwa seorang anak boleh memberikan minuman keras kalau orang tuanya terbiasa dengan itu, karena minuman keras bukan termasuk larangan dalam agama selain Islam. Quraish Shihab juga menuliskan pendapat Thaba’thaba’i tentang ayat ini yaitu ketika kata الدُّنْيَا merujuk pada tiga perkara. Pertama, bergaul dengan orang tua dengan cara yang baik. Kedua, bertujuan meringankan beban orang tua saat menjalani hari-hari di dunia yang singkat ini. Ketiga, bertujuan menghadapkan dunia ini kepada Allah melalui lafal hanya kepada-Ku kamu kembali.

Degradasi etika menurut perspektif Al-Qur’an – Habib Ja’far dalam akun Youtube Cahaya Untuk Indonesia menjelaskan fenomena hari ini yaitu orang tua yang tidak memenuhi hak-hak mereka sebagai orang tua. Sering kali mereka terlalu memaksakan kehendak sesuai dengan keinginan mereka yang justru berlainan dengan keinginan anak. Mereka memaksa anak menuruti impian mereka yang belum tercapai sewaktu mereka masih muda. Sehingga mereka mengatur dan mengendalikan anak tidak sesuai dengan bakat dan keinginan anak itu sendiri.

Habib menyebutkan tiga hal yang bisa anak lakukan. Pertama, tetap taat kepada kedua orang tua agar mendapatkan pahala yang besar. Kedua, dengan bersikap baik kepada orang tua, Allah akan langsung turun tangan membantu kesusahan kita. Ketiga, dengan menunjukkan bahwa ia sudah dewasa dan bertanggung jawab dengan keputusan yang ia pilih. Dengan demikian, kita sebagai anak wajib tetap berbakti kepada orang tua.

Al-Qur’an menyoroti pentingnya bakti anak kepada orang tua sebagai untuk membalas kepayahan mereka dalam membesarkan sedari kecil hingga dewasa. Ketika ada hal-hal yang tidak sesuai, maka hendaknya anak menyampaikan dengan cara yang baik. Jika tidak memungkinkan maka bisa minta bantuan ke orang yang dipercaya dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.