Gambar diatas merupakan gambar yang diambil dari atas antara Laut Merah dan Teluk Aden. Hal ini telah membuktikan bahwa laut-laut yang ada di bumi tidak diciptakan sebagai suatu unit yang menyatu. Tetapi perairan itu berbeda satu sama lain dalam hal suhu, kadar garam, kepadatan massa air dan kadar oksigen.
Dalam suatu gambar yang diambil oleh satelit, tampak bahwa setiap laut memiliki warna yang berbeda dari laut yang lain. Ada yang berwarna biru pekat, hitam dan berwarna kuning. Perbedaan warna air laut disebabkan oleh perbedaan suhu di antara laut-laut tersebut.
Selain perbedaan warna tersebut, juga terlihat ada garis lurus berwarna putih yang memisahkan satu laut dengan laut yang lainnya. Garis itulah yang diistilahkan dengan barzakh (batas) oleh Al-Qur’an.
Pembatas dua Perairan dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an menerangkan tentang barzakh (pembatas) dalam beberapa surah dalam Al-Qur’an, yakni dalam surah Al-Rahman [55]: 19-20, yang berbunyi:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيَانِ
Artinya: “Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu; di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (Al-Rahman [55]: 19-20).
Ayat tersebut menjelaskan tentang bertemunya dan bercampurnya antara dua lautan. Kata maraja yang terdapat pada ayat 19 surah Ar-Rahman menarik. Secara harfiah dalam bahasa Arab berarti keduanya saling bertemu dan bercampur antara yang satu dengan yang lainnya.
Sedangkan kata barzakh yang terdapat pada ayat 20 surah Al-Rahman dalam bahasa Arab berarti penghalang atau sekat. Penghalang yang dimaksud di sini bukanlah sekat secara fisik. Sekat atau penghalang yang berada diantara kedua lautan dikarenakan masing-masing lautan memiliki suhu, salinitas, massa dan kerapatan yang berbeda.
Kedua ayat di atas menjelaskan mengenai bertemu dan bercampurnya kedua lautan. Dan di saat yang sama juga ada sekat atau penghalang di antara keduanya. Contoh dari pertemuan antara dua lautan ini dapat dilihat melalui tiga perairan. Yaitu pertemuan antara Samudra Hindia dan Laut Merah, Laut Mediterania dan Laut Hitam, serta Laut Mediterania dan Samudra Atlantik.
Pandangan Mufasir
Hal ini juga dijealskan dalam surah al-Naml [27]: 61, yang berbunyi:
أَمَّنْ جَعَلَ الأرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya. dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.”( al-Naml [27]: 61).
Selain ditemukan pada pertemuan antara dua lautan, fenomena sekat atau penghalang ini juga ditemukan pada pertemuan antara air laut dan air sungai (air tawar). Contohnya seperti fenomena yang terjadi pada air sungai Nil dan air laut Mediterania yang ditemukan di muara sungai Nil, Mesir. Pembatas antara kedua jenis air tersebut dijelaskan pada surah al-Furqan [25]: 53, yang berbunyi:
وَهُوَ الَّذِى مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَّحْجُورًا
Artinya: “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar, sementara yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan di antara keduanya pemisah dan batas yang tidak tembus.” (al-Furqan [25]: 53).
Menurut para mufasir, ketika dua laut bertemu (baik antara dua laut asin maupun antara laut asin dan sungai tawar). Allah menjadikan keduanya tetap mengalir keluar masuk sebagai akibat dari berembusnya angin dan gelombang dan fenomena pasang surut. Allah pun menjadikan di antara keduanya suatu pembatas yang berfungsi sebagai tempat transisi dan penyeragaman antara dua macam perairan. Fungsinya untuk memisahkan keduanya sehingga air laut yang satu tidak melampaui air laut yang lain.
Pembuktian Ilmiah Fenomena Pembatas Dua Perairan
Penelitian-penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa setiap laut memiliki kadar garam yang sama setiap saat, tidak berkurang dan tidak bertambah tinggi. Meskipun ia bertemu dengan laut yang lain. Selain itu, setiap laut memiliki tingkat kepadatan massa air tertentu yang tetap; tidak berkurang dan tidak bertambah, juga tingkat suhu yang tetap, dan warna yang tidak pernah berubah.
Para ahli kelautan telah menemukan bahwa partikel-partikel air yang ada di Laut Merah bergerak mencapai garis khayal di Bab al-Mandab; selat yang memisahkan benua Asia dengan Afrika serta menghubungkan Laut Merah dengan Samudra Hindia akan kembali lagi ke Laut Merah. Begitu juga dengan partikel-partikel air Samudra Hindia akan turun ke bawah dan kembali lagi ke arah Samudra Hindia apabila sudah mencapai garis batas di antara dua laut itu (barzakh).
Dapat disimpulkan bahwa Samudra Hindia tidak akan melampaui Laut Merah, dan air Laut Merah tidak akan bercampur dengan Samudra Hindia. Di antara keduanya terdapat batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing dan masing-masing memiliki kepadatan massa air, suhu, dan kadar garam yang tidak bertambah dan tidak berkurang.
Pendekatan Fisika
Hal yang sama terjadi antara Laut Mediterania dan Laut Hitam, serta Laut Mediterania dan Samudra Atlantik. Para ilmuwan modern telah mengatakan bahwa fenomena tersebut disebabkan adanya gaya fisika yang disebut “tegangan permukaan”. Adanya perbedaan massa jenis atau kepadatan massa di antara dua air (air tawar dan air asin) yang tidak saling bercampur ini menyebabkan tegangan permukaan mencegah kedua lautan untuk saling bercampur, seolah-olah ada dinding tipis yang memisahkan keduanya.
Partikel tiap-tiap air menarik diri dari yang lain sehingga menimbulkan semacam ketegangan di permukaan keduanya. Jika air sungai bertemu dengan air laut, air sungai tidak akan masuk ke laut dan sebaliknya. Fenomena ilmiah yang telah disebutkan Al-Qur’an di atas juga dikonfirmasi oleh seorang ilmuwan laut dan juga seorang profesor ilmu geologi di Universitas Corolado, AS, bernama Dr. William Hay. Dan seorang ahli osenografi bernama Francis, J. Cousteau pernah menyampaikan laporannya sebagai hasil pengkajiannya terhadap penghalang air.
Dengan adanya fenomena di atas menambah bukti kebenaran Al-Qur’an bagi orang-orang yang belum mempercayainya Al-Qur’an telah mengungkapkan ilmu pengetahuan sejak 1400 tahun yang lalu pada saat manusia belum memiliki pengetahuan apa pun mengenai fisika, tegangan permukaan, maupun ilmu kelautan.
Penyunting: Ahmed Zaranggi
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.