Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia, sudah lama tertarik dengan konsep cinta (misalnya Eric Fromm dan Maslow), karena manusia satu-satunya makhluk yang dapat merasakan cinta. Hanya saja masalahnya, sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknya sehingga sulit untuk didekati secara ilmiah. Karena cinta bukanlah perkara menjadi “orang sempurna” nya seseorang, justru perkara menemukan seorang yang bisa membuatmu menjadi sesempurnanya.
Cinta Itu Alami Kok!
Dari dua sudut pandang Islam dan Psikologi, menjadi penguat argumen bahwa mencintai itu wajar. Saat deg-degan meliat sosok perempuan yang anda cinta pun juga merupakan hal yang wajar. Bingung saat menghadapi sesi ijab qabul pun juga wajar. Love and to beloved adalah urusan yang biasa saja dan bukan sesuatu yang luar biasa.
Rabu (16/8/2006) BBC melansir sebuah penelitian oleh Universitas London membuktikan ketika sedang jatuh cinta. Bagian otak mausia yang mengontrol pikiran-pikiran kritis agak terganggu. Namun, ini tak hanya berlaku untuk cinta kepada kekasih, kecintaan Ibu pada anaknya juga bisa menghasilkan hal serupa. Yang membedakan antara cinta kekasih dan keluarga adalah cinta dengan kekasih bisa memicu aktivitas hypotalamus, sementara itu pria dan wanita yang sedang jatuh cinta juga mengalami perubahan hormon. pria yang sedang jatuh cinta mengalami penurunan hormon testoteron, sedangkan pada wanita terjadi peningkatan hormon testoteron.
Cinta Pada Pandangan Pertama
Saya yakin anda pernah mengalaminya, bahkan mungkin saja anda masih mengingat sosoknya hingga kini. Cinta pada pandangan pertama baru tahap jatuh cinta atau pesona pada ketertarikan fisik saja, cinta seperti itu digolongkan dalam passionate love yang ditandai oleh rasa rindu yang hebat untuk bertemu,ketertarikan atau pesona pada pandangan pertama bisa saja kemudian berubah dan perasaan yang menghanyutkan dakam masa jatuh cinta bisa di analisis secara kimiawi.
Jadi, prosesnya dimulai saat mata saling bertemu, tangan yang bersentuhan bagaikan dialiri tegangan listrik. Fenomena ini sudah pasti karena ulah hormon tertentu yang ada di otak,mengalir keseluruh saraf hingga ke pembuluh darah yang terkecil sekalipun. Inilah yangmembuat wajah memerah, dan timbul perasaan “melayang”. Aliran darah yang demikian cepat membuat bernafas pun menjadi berat.
Terlalu Belia Mengenal Cinta
Zaman yang luar biasa ini nampaknya mempercepat proses remaja mengenal Cinta. Di usia mereka yang sangat belia, mereka sudah mulai merasakan ada perasaan lain dalam dirinya terhadap temannya yang berbeda jenis kelamin dengan dia. Fenomena yang terjadi menunjukkan usia meraka yang belia tidak mampu menandingi kedahsyatan Cinta. Akhirnya yang terjadi adalah cerita pilu tentang Pacaran yang salah jalan dan salah arah.
Saat tertarik pada seseorang usia belia umumnya remaja tidak bisa membedakan antara simpati, naksir, dan cinta sejati. Maka dari itu ada baiknya untuk menahan diri dan tidak terjerumus pada pacaran. Rasa suka, seneng, dan naksir, nampak akan selalu terjadi selama yang bersangkutan bergaul secara bebas antara lelaki dan perempuan. Kalau setiap rasa suka, naksir, dan seneng harus ditindaklanjuti dengan pacaran, maka resikonya akan membuat capai hati. Hari-hari mereka disibukkan oleh pacaran yang melenakan. Memupuk dan menyemai benih cinta yang sudah dimulai di usia yang belia. Tugas utama mereka belajar dan menjadi pemuda tangguh di usianya, hanyalah angan belaka. Karena setiap waktu yang dia miliki hanyalah tersisa untuk seseorang yang menaklukkan hatinya.
Lalu Bagaimana Islam Memandangnya ?
Islam memandang Cinta adalah sesuatu yang biasa dan sederhana, Islam adalah agama fitrah. Sedangkan cinta itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia, Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan bahwa cinta tersebut diutarakan:
“Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu bahwa dia mencintainya” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Seorang muslim dan muslimah tidak dilarang untuk jatuh cinta. Hanya saja, Islam menyedikan penyaluran untuk itu melalui lembaga pernikahan. Di mana sepasang diberikan kebebasan untuk bercinta, seorang laki-laki menjadi seorang suami dan seorang perempuan menjadi seorang Istri. Hal ini menjadi sebuah tuntutan dalam menjalankan agama, bahwa ketika hamba Allah jatuh cinta hanyalah Pernikahan solusinya. Karena tidak ada hal yang menentramkan hati bagi seorang kekasih yang merindukan kekasihnya, kecuali bisa bersamanya setiap saat. Kebersamaan itu bisa terwujud, bila sudah diikat oleh tali Pernikahan. Sehingga tentramlah hati sempurnalah keinginan, menjemput kekasih yang sudah ditunggu sejak lama
Jaminan Allah Tentang Cinta
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan yang dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antara mu rasa cinta dan kasih sayang” (Ar-Rum [30]:21).
Ayat diatas merupakan jaminan bahwa cinta dan kasih sayang akan Allah tumbuhkan di dalam hati pasangan yang bersatu karena Allah (setelah menikah). Jadi, sudah jelas kita tidaklah perlu menguji kedalaman cinta dengan pacaran bertahun-tahun dan berbulan-bulan. Kita juga tidak perlu menilai kecocokan dengan merelakan diri berpacaran bertahun-tahun, karena saat ngobrol dalam sesi ta’aruf itu pun sudah bisa dikenali apakah kita cocok atau tidak.
Cinta bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya, dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan. Tapi di samping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik.
Islam adalah agama yang fitrah, karena itulah Islam tidaklah membelenggu perasaan manusia. Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi Islam mengajarkan kepada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga, dirawat, dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.
Dalam islam ada peringkat-peringkat cinta, siapa yang harus didahulukan, siapa pula yang harus diutamakan, dan siapa yang harus diakhirkan. Islam membersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus menjaga dari persentuhan yang dilarang oleh Islam.
Editor: An-Najmi Fikri R
Leave a Reply