Surah an-Najm [53]: 1 dimulai dengan sumpah Tuhan: wa an-najm idha hawa? Apakah ada makna yang inheren dalam teks Qur’an ini? Tidak! Itulah jawaban yang jelas. Tidak ada makna yang inheren di dalam teks Quran. Lokus makna berada di luar teks. la merupakan produk pemikiran dari dan tersimpan dalam komunitas penafsir wahyu (ahl al-ta’wil; ahl al-tafsir). Melihat kutub al-fafsir sebagai ...
Risalah ini menegaskan posisi intelektual Ibn Taymiyyah sebagai ikon penting dalam gerakan pembaruan Islam berbasis skripturalisme (scripturalism-based Islamic reform). Dengan merujuk pada otoritas Kitab Suci (scripture) sebagai rujukan pertama dan utama dalam pembaruan Islam, Ibn Taymiyyah mengikat umat Islam pada tradisi skripturalis yang berpegang teguh pada menara wahyu kembar dalam Islam-AI-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber otoritas dalam penafsiran, legislasi hukum ...
Risalah ini selalu mempertanyakan asumsi dan keyakinan umum yang terlanjur diterima secara taken forgranted sebagai kebenaran tunggal. Ada proses ortodoksi tentang makna hikmah yang dikanonisasikan dengan kebenaran tunggal: hikmah sebagai kebijaksanaan (wisdom). Inilah makna hikmah yang diterima secara umum dalam alam pemikiran Islam modern. Kanonisasi makna hikmah sebagai kebijaksanaan merupakan konsekuensi logis dari pemahaman umum tentang lokus makna yang berada ...
Risalah ini selalu meletakkan komunitas penafsir Al-Qur’an sebagai otoritas sentral dan esensial dalam tradisi penafsiran Islam. Adalah penafsir, bukan teks, yang berbicara kepada audiens. Sementara teks Qur’an berdiam diri, penafsir berbicara dan menafsirkan maknanya. Peran sentral dan esensial penafsir dalam konteks Qur’an tampak jelas pada perang diskursif antara ‘Ali (w. 661) dan Mu’awiyah (w. 680) dalam perang Siffin tahun 657 ...
“Al-Qur’an tidak berbicara dengan lidah, ia membutuhkan para penafsir dan para penafsir itu adalah manusia.” Penggalan kata-kata ‘Ali (w. 661) ini memperkuat tesis yang diformulasikan melalui risalah ini bahwa Qur’ān itu diam, tak berbicara dengan lisan, dan tidak mengandung makna apa pun di dalam dirinya sendiri. Tidak ada makna inheren di dalam teks Qur’ān. Adalah para penafsir yang berbicara melalui ...
Umat Islam sudah terbiasa untuk berpikir tentang Qur’ān sebagai koleksi teks-teks wahyu Tuhan yang tertulis dan terkodifikasi dalam bentuk mushaf. Akibatnya, mushaf menjadi identik dengan Qur’ān itu sendiri, meskipun keduanya jelas berbeda. Identifikasi ini mereduksi makna orisinal Qur’ān yang plural dan kontradiktif di fase Islam awal, yang kurang terkait dengan tekstualitas wahyu—textus receptus. Melalui risalah ini, saya berikhtiar untuk mengeksplorasi ...
Saya menulis risalah ini sebagai panggilan intelektual untuk menafsirkan kembali makna wahyu dengan rujukan pada khazanah intelektual Islam awal. Mengapa? Selama ini, pemahaman umum tentang wahyu sudah mengalami proses stabilisasi dan pembakuan makna (fixation of meaning). Sehingga wahyu ditafsirkan dengan makna yang tunggal, tetap, dan stabil (fixed and stable meaning). Pada fase praortodoksi Islam, penafsiran makna wahyu dalam Al-Qur’an tidaklah ...
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.