Mungkin bagi mereka yang suka berkutat dengan kitab-kitab tafsir atau langsung menyelami disiplin ilmu tafsir mendengar nama imam ath-Tabari sudah tidak terasa asing lagi ditelinga mereka. Bahkan imam al-dzhahabi seorang ulama sunni mengakui imam at-tabari merupakan orang yang terpercaya, jujur, dan seorang hafidz. Imam diantara para ahli tafsir, ilmu fiqih, ijma’, pakar sejarah dan harian manusia, bahkan menguasai ilmu Qira’at dan bahasa, serta yang lainnya.
Beliau bahkan dikenal sebagai bapak ahli tafsir sekaligus bapak sejarah Islam. Dalam bidang tafsir ia sampai dijuluki seperti itu karna beliau memiliki sebuah karya Tafsir sangat fenomenal yang dinamakan Tafsir Jami’ul Bayan fit Tafsiril Qur’an atau yang lebih dikenal sebagai Tafsir Ath-Thabari. Bahkan karya beliau pun menjadi rujukan utama para mufassir salaf maupun mufassir kontemporer.
Dalam bidang sejarah, ia terukir sebagai perintis sejarah Islam. Bahkan beliau digelari oleh para ulama sebagai bapak sejarah Islam, bahkan tidak tanggung-tanggung ia menulis karya yang begitu monumental, yaitu Tarikh ar-Rusul wa al-Mulk atau yang dikenal sebagai sejarah para Rasul dan raja-raja.
Latar Belakang At-Tabari
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir At-Tabari. Beliau dilahirkan pada tahun 224 H atau 839 M di Thabaristan tepatnya berada di kota Amul. Dengan nama daerah tersebut, beliau diberi laqab Tabari dan terkadang diberi laqab sesuai dengan nama kotanya yaitu Amul, jadi laqabnya adalah Al-Tabari al-Amuli. Penisbatan pada dirinya bukanlah penisbatan yang sesuai dengan keturunannya, namun penisbatannya sesuai dengan tempat kelahirannya. (Abdurrohman, hlm 69, 2018).
Semasa hidupnya beliau tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang sangat memperhatikan ilmu pengetahuan, utamanya dibidang keagamaan. Pada saat itu juga, Islam sedang mengalami kemajuan yang pesat dalam bidang pemikiran. Dengan kondisi-kondisi tersebut, imam at-Tabari membentuk karakter serta menumbuhkan cinta terhadap berbagai disiplin ilmu.
Bahkan saat umur beliau baru 7 tahun ia sudah mulai menghafal al-Qur’an, kemudian pada umur 9 tahun. Beliau mulai melakukan pencatatan berbagai hadis dan disekitaran umur segitu juga, beliau sudah diberi kepercayaan untuk menjadi imam shalat pada saat itu. Ayahnya bernama Jarir Ibn Yazid yang merupakan seorang ulama. Maka tidak heran pada mulanya Tabari belajar kepada ayahnya dan ayahnya juga yang awalnya memperkenalkan dunia ilmiah kepada putranya.
Jika kita melihat tarikh faktor lingkungan ketika imam tabari masih hidup, maka pada masa tersebut merupakan masa dimana tradisi keilmuan dan berbagai disiplin ilmu mengakar kuat, bahkan terbukti dengan munculnya sejumlah ulama besar dari daerah Amul.
Namun, disamping itu juga faktor keluarga juga sangat berperan dalam menumbuhkan semangat mencari ilmu pada kepribadian imam Tabari. Bahkan beliau pernah bercerita dihadapan murid-muridnya tentang luar biasanya dukungan ayah beliau. “Ayahku pernah bermimpi bahwa aku berada tepat di depan Rasulullah dengan membawa suatu tempat yang penuh dengan batu, lalu aku lemparkan di depan Rasulullah. Kemudian pentakwil mimpi berkata kepada ayahku: sekiranya nanti aku beranjak dewasa maka dia akan berguna bagi diinul islamnya dan menyuburkan syari’atnya. Dari sinilah ayahku bersemangat dalam mendidikku”.
Imam Para Ahli Tafsir
At-Tabari bisa dikatakan sebagai orang yang multitalent, beliau memiliki segudang ilmu yang amat monumental, terutama dalam bidang tafsir dan tarikh. Beliau memiliki 2 karya yang sangat fenomenal yaitu Tafsir Jami’ul Bayan fit Tafsiril Qur’an dan Tarikh ar-Rusul wa al-Mulk. Yang menjadi rujukan ilmiah utama bagi para cendikiawan muslim pada masanya.
Jika kita berbicara tentang ibn jarir at-Tabari berarti kita berbicara tentang imamnya para ahli tafsir. hal ini sudah tidak diragukan lagi, dalam tarikhnya pada awalnya beliau menggeluti sastra dalam bahasa arab.
Maka tak heran dalam karya-karyanya sungguh menawan, seolah-olah tulisan demi tulisan beliau memiliki ungkapan kata-kata yang sangat indah dan tulisan beliau tidak ditemukan unsur dibuat-buat, tetapi malah terdapat keindahan unsur balaghahnya, falsafahnya bagaikan kelap kelip air mengalir.
Dalam karya nya yang bernama Tafsir Jami’ul Bayan fit Tafsiril Qur’an, kalau kita membaca diawalan kitab tafsir tersebut setelah berupa pembukaan dengan pujian kepada Allah beserta shalawat kepada rasul-rasul Allah. Setelah itu ada penggalan kata beliau yang berbunyi :
Sesungguhnya keutamaan yang terbesar dan kemuliaan yang teragung diberikan kepada umat Nabi Muhammad SAW dan yang dilebihkan Allah SWT terhadap umat-umat terdahulu dengan kedudukan dan martabat yang lebih tinggi adalah dengan menjaga atau memelihara wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Wahyu yang diturunkan sebagai tanda paling jelas akan kebenaran Rasulullah SAW dan sebagai hujjah yang lengkap terhadap yang mendustakan dan mereka yang membangkang (Mahmud, 2003 hal. 65).
Bapak Sejarawan Islam
Kemudian beliau dikenal juga dengan sosok sejarawan bahkan digelari bapak sejarah Islam. Beliau sangat populer pada masanya, bahkan ketika dibandingkan dengan ahli hadis mungkin beliau sama terkenalnya dengan Bukhari dan Muslim.
Dalam role menulis sejarah, al-Tabari memiliki memiliki metode-metode yang begitu unik. Bahkan dinilai sebagai keunggulan beliau dengan sejarawan-sejarawan yang lain. Seperti tarikhnya yang selalu berdasarkan kepada riwayat, kemudian beliau sangat hati-hati bahkan terlihat beliau cukup teliti dalam memperhatikan sanad.
Bentuk sistematika penulisannya berdasarkan tahun atau bersifat kronologi, kemudian informasi-informasi sejarah yang tidak ada hubungannya dengan waktu tertentu ditulis sendiri secara tematik. Kemudian ciri khas yang menonjol dari penulisan tarikh beliau yaitu dengan menyajikan teks-teks sastra berupa syair.
Namun tak lama setelah beliau wafat, kitab sejarah Tabari diterjemahkan ke dalam bahasa persia pada 935, dari versi persia kemudian diterjemahkan kembali kedalam bahasa Arab. Ensiklopedi Islam pun mencatat bahwa kitabnya yang asli berjumlah 10 jilid dan 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan ringkasan kitab beliau yang pernah diterbitkan di Leiden, Belanda.
Editor: An-Najmi Fikri R
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.