Manusia merupakan makhluk sosial, arti sosial itu sendiri adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk hidup. Oleh karena itu, dalam kehidupan terdapat yang namanya perilaku tolong-menolong. Dalam agama Islam, tolong-menolong dalam hal kebaikan sangatlah ditekankan. Seperti yang tertera dalam potongan Al-Qur’an Surah Al-Ma’idah ayat ke 2 yang berbunyi :
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Artinya: “ Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.” (Q.S Al-Ma’idah [5] : 2).
Ayat tersebut menjadi sebuah bentuk perintah Allah kepada manusia agar senantiasa tolong menolong dalam hal kebaikan dan tidak tolong menolong dalam hal atau dalam tujuan kemungkaran. Di dalamnya juga kita diperintahkan agar senantiasa bertakwa kepadanya. Para mufasir dalam mengartikan serta menjabarkan sebuah ayat memang berbeda-beda. Artikel ini akan membahas pandangan ayat ini di kitab tafsir Ibnu Katsir dan kitab tafsir ath-Thabari. Berikut penjelasannya :
Tafsir Ibnu Katsir
Dalam kitab Ibnu Katsir yang terdiri dari 10 jilid, potongan ayat ke 2 surah Al-Maidah tentang tolong-menolong diartikan, “Bekerja samalah dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah bekerja sama dalam berbuat dosa dan permusuhan”.
Dalam terjemah tersebut Allah SWT menyuruh hamba–hambanya yang beriman agar tolong menolong dalam mengerjakan berbagai kebaikan. Kemudian tolong menolong dalam hal meninggalkan keburukan. Seperti ketakwaan dan melarang mereka yang melakukan tolong menolong dalam keburukan, berbuat dosa, maupun keharaman.
Di dalam kitab Ibnu Katsir juga terdapat beberapa riwayat di dalamnya. Berikut adalah beberapa riwayat hadis yang memperjelas potongan ayat tentang tolong menolong tersebut.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata bahwa Rasululullah SAW bersabda :
“انصر أخاك ظالماً أو مظلوماً” قيل: يا رسول الله، هذا نصرته مظلوماً، فكيف أنصره إذا كان ظالماً؟ قال: “تحجزه وتمنعه من الظلم، فذاك نصره”
“ Tolong (belalah) saudaramu yang zalim, maupun yang dizalimi.” Dikatakan, “Wahai Rasulullah, menolong orang yang dizalimi itu dapat kami pahami. Namun bagaimana bisa kami menolong orang yang berbuat zalim?” Beliau bersabda, “Cegah dan laranglah dia dari berbuat zalim. Begitulah menolongnya”.
Kemudian terdapat juga riwayat lain yang berada dalam kitab tafsir tersebut, yakni :
Abu al-Qasim ath-Thabrani meriwayatkan dari Abi al-Hasan Namran bin Shahir bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“من مشى مع ظالم ليعينه، وهو يعلم أنه ظالم، فقد خرج من الإسلام”
“ Barangsiapa yang berjalan bersama orang zalim guna membantunya, padahal dia tahu bahwa orang itu zalim, maka sesungguhnya dia telah keluar dari agama Islam”
***
Dari adanya riwayat – riwayat hadis yang ada di dalam kitab tafsir Ibnu Katsir telah memperjelas agar tidak tolong-menolong dalam kemungkaran. Akan tetapi senantiasa tolong-menolong dalam hal kebaikan. Saat berada dalam posisi melihat orang yang zalim, maka kita sebagai manusia yang mengetahui hal tersebut harus menolongnya agar tidak berkelanjutan dalam kezaliman.
Bahkan di dalam kitab Ibnu Katsir terdapat riwayat yang menjelaskan apabila ada seseorang sedang bersama orang yang zalim untuk membantu melakukan kezaliman, padahal seseorang itu tahu bahwa hal tersebut zalim. Maka dapat dikatakan orang tersebut telah keluar dari agama islam. Dari riwayat itu kita bisa belajar agar mencegah kemungkaran dan menerapkan kebaikan.
Tafsir Ath-Thabari
Jika di atas telah dipaparkan penjelasan potongan ayat yang ke-2 surah Al-Ma’idah dalam kitab tafsir Ibnu Katsir dengan singkat. Maka di pembahasan bacaan ini akan dipaparkan potongan ayat yang ke-2 surah Al-Ma’idah dalam perspektif kitab Ath-Thabari. Berikut adalah penjelasannya:
Terjemahan potongan ayat 2 surah Al-Ma’idah dalam kitab tafsir Ath-Thabari adalah, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. Kemudian dalam kitabnya juga terdapat riwayat hadis, di antaranya :
Abu Ja’far berkata: Maksud firman-Nya, وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,” adalah “wahai orang-orang mukmin, hendaknya saling tolong menolong di antara kalian dalam kebaikan, yakni melaksanakan perintahnya”. وَالتَّقْوٰى “dan takwa”. Maksudnya adalah menjelaskan perintahnya dan menjauhi durhaka kepadanya.”
وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ “Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.“ Maksudnya adalah, “hendaklah satu sama lain di antara kalian tidak tolong menolong dalam berbuat dosa. Yakni dalam hal meninggalkan perintah Allah SWT”. Dan di lafaz وَالْعُدْوَانِ “dan pelanggaran”, maksudnya adalah “hendaknya tidak melampaui batas-batas yang telah Allah SWT tentukan untuk kalian dalam agama kalian dan kewajiban bagi kalian terhadap diri kalian sendiri dan orang lain.”
Dengan demikian, makna ayat tersebut adalah “ Janganlah berkali-kali kebencian kepada suatu kaum, karena telah menghalang-halangi kalian dari Masjidil Haram, mendorong kalian berbuat zalim. Akan tetapi hendaknya satu sama lain di antara kalian saling membantu dalam hal menegakkan perintah untuk berpegang kepada ketentuan Allah SWT tentang orang-orang yang menghalang-halangi kalian dari Masjidil Haram dan orang – orang lainnya. Berhenti pada apa yang Allah SWT larang untuk kalian dan lain-lainnya berupa hal- hal yang dilarang. Hendaknya satu sama lain di antara kalian tidak saling membanu dalam hal selain itu.
***
Kemudian pada bagian lafadz وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ diartikan “Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa :
Abu Ja’far berkata : ini merupakan ancaman dan peringatan dari Allah SWT untuk orang yang melanggar batasnya dan mengabaikan perintahnya. Allah SWT berfirman pada lafadz اتَّقُوا اللّٰهَ “Dan bertakwalah kamu kepada Allah” yang maksudnya adalah “Wahai orang – orang beriman, ingatlah kalian semua akan pertemuan pada hari akhir, padahal kalian telah melewati batas yang telah ditetapkannya untuk kalian, dan kalian menentang perintahnya serta larangannya yang telah ditetapkan kepada kalian, sehingga kalian akan mendapatkan siksanya dan berhak atas adzabnya yang berat.
Allah SWT kemudian menyifati adzabnya dengan kedahsyatan, dia berfirman, “sesungguhnya Allah berat siksanya bagi orang yang dia siksa di antara makhluknya, karena terdapat api neraka yan panasnya tidak pernah padam, yang sifat memanggangnya tidak pernah berkurang, dan jilatannya tidak pernah berhenti.” Dari pemaparan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa kita tidak boleh saling membantu dalam hal keburukan dan harus saling membantu dalam tujuan takwa.
Penyunting: Bukhari
Leave a Reply