Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Angin Ibrah dari Gaza

Di penjuru dunia lain, terdapat sepetak bumi yang masih menderita, terjajah di tengah dunia yang merdeka. Mungkin hanya sebagian manusia berhati mulia yang menaruh perhatian pada mereka. Nama daerah itu adalah Gaza, dalam bahasa Arab, ghaza memiliki pertautan dengan ghazi, sebuah kata untuk menyebut tentara. 

Pada realitanya, para penduduknya adalah manusia-manusia mulia yang berhati lembut dengan jiwa yang berani dan kuat menghadapi dunia merdeka yang sudah lupa dengan mereka. Negara-negara di dunia rata-rata sudah merdeka, jikapun masih ada yang terjajah, biasanya terjajah oleh negerinya sendiri.

Manusia-manusia Gaza adalah manusia-manusia yang tidak ditemukan saingannya di belahan dunia lain. Ungkapan ini bukanlah suatu hal yang berlebihan. Mereka adalah orang-orang cerdas, berfisik kuat dan jiwa yang tak mudah runtuh dalam kesunyian dunia yang ramai.

Dalam memori kecil penulis ketika berinteraksi dengan merekaa yang sebagian sedang melanjutkan studi di beberapa universitas di tanah air, mereka adalah orang-orang yang mampu menguasai banyak bidang ilmu lebih cepat dari orang lain. Entah bagaimana mereka memiliki kekuatan otak demikian, akan tetapi memang begitulah realitanya.

Canda salah seorang mereka mengatakan bahwa karena mereka sudah biasa berdisiplin dalam menjaga shalatnya. Sekalipun kondisi sedang genting, shalat berjama’ah harus tetap ada. Barangkali hal itu juga yang menyebabkan sebagian orang menganggap bahwa etnis itu harus ditiadakan.

Jika para mahasiswa Indonesia dikenal di beberapa negara Arab sebagai sosok yang cerdas, disiplin, sifat yang lembut dan etika yang dirawat dengan tradisi, maka mereka juga demikian. Mungkin dalam hal etika tentu ada perbedaan dengan budaya Indonesia, akan tetapi etika mereka pun dikenal sebagai etika terbaik di kalangan bangsa Arab.

Baca Juga  Mengapa Kita Harus Membela Palestina?

Di tanah air, dimana tidak ada gangguan keamanan, kondisi yang cenderung tenang dan menyenangkan, banyak generasi muda yang memilih mengakhiri hidup. Sebagian lainnya memilih jalan lain yang dinilainya lebih baik tanpa harus mengakhiri hidup, mereka terpecah menjadi dua kelompok, yang semakin merusak jiwa dan fisiknya, ada juga yang semakin memperbaiki jiwa dan fisiknya.

Belum ditemukan laporan mereka yang di Gaza melakukan jalan mengakhiri hidup seperti yang terjadi di belahan dunia lain, seperti di Korea atau Jepang, menyusul pula Indonesia.Hingga 18 Oktober 2023, berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian Republik Indonesia terdapat 971 kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia. Lihat : https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/10/18/ada-971-kasus-bunuh-diri-sampai-oktober-2023-terbanyak-di-jawa-tengah.

Entah apakah faktor beragama yang kuat, solidaritas yang terbangun kokoh yang menjadikan mereka menjadi bangsa terkuat dan terhebat di tengah dunia yang tidur. Ataukah generasi muda Indonesia sedang menuju degradasi nilai beragama yang sangat massif ?

Kabar yang sering datang dari Gaza justru memberitakan bahwa mereka mampu mencipta bahan bakar dari minyak jelantah, hasil panen dari tanah Arab yang berpasir yang melimpah, kendaraan modifikasi yang bahkan belum tentu ahli modifikasi di tanah air mampu menciptanya.

Dari Gaza, bertiup angin ibrah yang sangat sejuk dan membuai siapa saja yang menyadarinya. Beragama dan bersolidaritas agaknya menjadi dua kunci utama kekuatan warga Gaza. Jikapun ada faktor lain seperti konsumsi makanan yang sehat, sepertinya di Indonesia lebih mudah ditemukan.

Angin ibrah itu perlu terus bertiup agar kaum muda tanah air sadar, bukan hanya menyatakan kepedulian secara verbal di dunia nyata atau dunia maya saja, melainkan menjadi pelajaran yang perlu diingat melekat dalam memori.

Baca Juga  Mengutamakan Kemaslahatan Publik

Angin ibrah membawa para penangkapnya untuk mensyukuri apa yang sudah ada, membangunkannya dari tidur panjang agar bergerak memulai apa yang menjadi kewajibannya, dan melanjutkan upaya untuk bermanfaat bagi orang lain.

Sekalipun bayang-bayang ketidakpastian seringpula menyertai mulainya sebuah langkah, akan tetapi perlu diingat bahwa mereka yang berada di tengah kondisi yang sangat terbatas mampu berinovasi dengan sangat baik, lebih dari sekedar beradaptasi dengan apa yang terjadi.

Muhammad Utama Al Faruqi
Seorang yang memiliki minat di bidang sejarah, dakwah dan pendidikan Islam. Memiliki keseharian sebagai peneliti dan penulis di ketiga bidang yang menjadi minatnya. Monggo, silaturrahmi di media sosialnya.