Dalam kehidupan sehari-hari, pastilah kita sering mendengar kata motivasi ini. Biasanya kata motivasi ini diberikan kepada seseorang yang ingin menyerah dengan apa yang dihadapinya. Pemberian motivasi ini sangat ditekankan karena dapt mempengaruhi gerak-gerik seseorang dalam melakukan perbuatan. Hal tersebut sangat membuktikan bahwasanya motivasi itu sangat diperlukan untuk membangkitkan semangat yang ada pada diri seseorang. Namun pada kenyataan dan pada zaman sekrang ini, masyarakat sudah tidak lagi membutuhkan motivasi untuk membangkitkan dirinya, karena mereka lebih bersikap introvert dengan dirinya sendiri.
Dilihat dari pentingnya sebuah motivasi ini, maka al-Qur’an juga menjelaskan tentang makna motivasi ini. Di dalam al-Qur’an banhyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang motiasi yang diberikan kepada seseorang, salah satunya adalah Q. S. al-Nisa’ ayat 84 yang akan dikaji oleh penulis dalam artikel kali ini. Bentuk motivasi yang adalah dalam surah ini memiliki perbedaan dengan motivasi secara umumnya. Oleh karena itu, ini yang menjadi daya tarik penulis untuk mengkajinya. Di dalam artikel ini akan dijelaskan tentang makna teori kontekstual, makna motivasi dalam QS. al-Nisa’ ayat 84, dan kontekstualisasi peristiwa ini dengan masa sekarang.
Pengertian Teori Kontekstual Dalam Memahami Makna
Dalam memahami tentang makna suatu bahasa, biasanya diperlukan teori yang mendukung makna tersebut. Salah satu teori yang digunakan untuk mengkaji makna bahasa adalah teori Kontekstual. Teori kontekstual adalah teori yang menjelaskan makna bahasa terutama pada ayat-ayat al-Qur’an dengan cara mengetahui gabungan makna-makna bahasa disekelilingnya. Atau dapat diartikan sebagai teori yang mengkaji tentang makna yang tidak hanya dilihat dari kata dan kalimatnya saja, tetapi juga memperhatikan struktur teksnya, sebab konteksnya, dan juga seluruh pembahasan tentang keterkaitan antara bahasa yang lain dengan makna itu.
Teori kontekstual ini memiliki hubungan dengan unsur-unsur makna lainnya. Unsur-unsur tersebut antara lain, makna sosial dan makna gramatikal. Maksud dari teori kontekstual sebagai makna sosial adalah bahwasanya teori ini dapat mengkaji atau menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Sedangkan sebagai teori yang mengkaji makna gramatikal adalah bahwa teori ini mampu menjelaskan suatu makna dengan mengkaji struktur kebahasaannya, sehingga dari situlah dapat diambil suatu makna bahasa yang mudah dipahami oleh para pengkaji bahasa. Dapat disimpulkan bahwasannya teori ini paling banyak digunakan oleh para pengkaji makna. Alasannya adalah karena memberikan ruang yang luas dalam menentukan makna bahasa.
Makna Motivasi Dalam Q. S. al-Nisa ayat 84
Makna motivasi secara tidak langsung telah dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu dalam surah al-Nisa’ ayat 84. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
فَقَٰتِلۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفۡسَكَۚ وَحَرِّضِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَۖ عَسَى ٱللَّهُ أَن يَكُفَّ بَأۡسَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْۚ وَٱللَّهُ أَشَدُّ بَأۡسٗا وَأَشَدُّ تَنكِيلٗا ٨٤
Artinya: “Maka, berperanglah engkau (Nabi Muhammad) di jalan Allah. Tidaklah engkau dibebani (tanggung jawab), kecuali (yang terikat) dengan dirimu sendiri. Kobarkanlah (semangat) orang-orang mukmin (untuk perang). Semoga Allah menolak serangan orang-orang yang kufur iu. Allah sangat dahsyat kekuatan-Nya dan sangat keras siksaan-Nya.”
Dalam memahami ayat ini sangat diperlukan suatu teori yang dapat menjelaskan maksud dari ayat ini. Salah satu teori yang akan dipakai adalah teori kontekstual. Ayat ini berbicara mengenai makna motivasi. Makna kata motivasi sendiri adalah bentuk dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan al-Qur’an memaknai motivasi dalam ayat ini adalah sebagai bentuk semangat atau dorongan yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang mukmin untuk untuk memerangi orang-orang kafir. Jadi motivasi ini bukanlah hanya berbentuk ucapan lisan saja, tetapi juga harus dibuktikan atau diwujudkan dengan perbuatan.
***
Menurut tafsir Kemenag RI, sebagai bentuk wujud motivasi yang diberikan oleh Allah swt kepada orang-orang mukmin adalah ketika terjadinya perang Uhud. Pada saat itu, jumlah pasukan kaum muslimin sebanyak 1.000 pasukan, sedangkan kaum kafir Quraisy sebanyak 3. 000 pasukan. Jika dilihat dari seegi jumlahnya, pasukan kaum muslimin mengalami kekalahan dibandingkan dengan orang-orang kafir, tetapi alasan itu tidak mengurangi semangat Nabi Muhammad untuk tetap memerangi kaum kafir Quraisy.
Nabi Muhammad saw dalam menjalankan perang Uhud ini, mendapatkan banyak sekali dukungan dari para muslim lainnya, juga mendapatkan janji dari Allah SWT bahwasannya Allah akan melemahkan kekuatan orang-orang kafir dan akan mengancurkan mereka, meskipun mereka bergerak dengan jumlah pasukan yang sangat banyak. Hal inilah yang mendorong Nabi Muhammad saw untuk selalu semangat dalam memerangi orang-orang kafir yang selalu menentang ajaran agama Islam. Dengan demikian, maka berakhirlah perang Uhud yang dipimpin secara langsung oleh Rasulullah saw dengan titik kemenangannyaberada di tangan orang-orang mukmin. Itulah bukti bahwasannya Allah SWT senantiasa memberikan dorongan, bisa berupa janji ataupun balasan kepada kaum muslimin ketika berusaha menegakkan ajaran Islam dengan penuh keikhlasan.
Kotekstualisasi Makna Motivasi dalam QS. Al-Nisa’ ayat 84 Dengan Kehidupan Sekarang
Setelah menyimak tentang makna motivasi yang terdapat dalam QS. Al-Nisa’ ayat 84 sebagai bentuk dorongan atau semangat dalam menjalankan perang, maka kita sebagai generasi milenial juga harus bisa mewujudkannya bentuk motivasi itu dalam kehidupan kita saat ini. Pada saat ini banyak sekali bentuk motivasi yang bisa ditumbuhkan maupun diwujudkan. Seperti halnya para peneliti saat ini yang berusaha untuk menghasillkan sebuah penemuan yang baru. Mereka berusaha dengan semaksimal mungkin agar dapat menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.
Sebagai contohnya adalah di era digital ini, perkembangan media sosial semakin marak dan dapat menimbulkan banyak sekali dampak di dalamnya. Salah satu dampak positifnya di bidang keagamaan adalah semakin memudahkan para ulama dalam berdakwah dan menyiarkan agama Islam kepada seluruh penjuru dunia. Bentuk motivasi yang ada dalam contoh ini adalah adanya dorongan atau semangat dari diri sendiri untuk selalu menegakkan ajaran agama Islam. Inilah bentuk kontekstualisasi makna motivasi dalam kehidupan saat ini.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa makna motivasi adalah suatu sikap yang mendorong atau mendukung seseorang agar dapat melakukan sesuatu yang ingin dicapainya. Bentuk motivasi ini banyak sekali, salah satunya adalah yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmannya, yaitu QS. Al-Nisa’ayat 84 tentang makna mltivasi yang diberikan oleh Allah ketika terjadinya perang Uhud.
Editor: An-Najmi
Leave a Reply