Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Amanat Allah Untuk Manusia dalam QS. Al-Ahzab Ayat 72

manusia
Sumber: freepik.com

Dalam proses perjalanan kehidupan manusia, Allah Swt telah mengatur segala sesuatu sesuai dengan tupoksi masing-masing. Sederhananya Allah Swt telah mengatur rejeki masing-masing mahkluk ciptaannya di muka bumi ini. Salah satu ciptaan mahkluk Allah Swt yang dikatakan sebagai mahkluk mulia dibandingkan mahkluk lainnya telah banyak mengalami problem dalam proses penciptaannya. seperti yang dijelaskan dalam firman Allah Swt Al-Baqarah :30

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Protes itu datang dari kalangan malaikat yang konon bernama Azazil yang kemudian dilaknat oleh Allah, karena keangkuhannya (kesombongannya) yang tidak mau sujud kepada Adam. Karena menganggap ia lebih mulia diciptakan dengan api sementara Adam dari tanah. Kemudian Allah Swt mengeluarkannya dari surga.

Proses penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi, berkaitan erat dengan ayat Al-Quran yang lainnya tepatnya pada surah Al-Ahzab ayat 72. Ayat ini kemudian membicarakan pemberian amanat itu kepada langit, bumi dan gunung-gunung namun mereka enggan menerima amanat tersebut, takutnya mereka tidak mampu melaksanakan amanat itu.

إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh

Baca Juga  Mengenal yang Melekat Pada Diri Manusia: Hawa Nafsu

Tiga Amanat Penting Dalam Surah Al-Ahzab 72

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas amanat yang dimaksud Allah ialah segala yang bersifat fardu dalam pelaksanaannya jika dilaksanakan maka akan diberikan ganjaran pahala begitupun sebaliknya. Sehingga langit, bumi dan gunung enggan untuk menerima amanat tersebut karena mereka takut tidak mampu melaksanakan hal tersebut. Kemudian Allah berfirman kepada Adam untuk memikul amanat itu, dan Adam mau menerimanya beserta konsekuensi seperti yang ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung. Maka diakhir ayat itu dikatan “sungguh manusia itu amat dzalim dan bodoh”.

Menurut Guru Besar IPB Bogor, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS mengatakan amanat yang dimaksud adalah ibadah, khalifah dan wadiah (titipan). Ibnu Abbas mengatakan setelah Allah Swt memberikan amanat itu kepada Adam maka terjadilah musibah dimana Adam memakan buah khuldi dan di keluarkanlah Adam dari surga dan memulai hidupnya sebagai manusia di muka bumi.

Seperti yang dijelaskan oleh KH Didin di kesempatan saat ia mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjid al-Ikhlas Bosowa Bina Insani di Bogor. Ada amanat yang diberikan Allah kepada Adam dan kepada kita secara umum sebagai manusia dalam surah al-Ahzab yang harus dijalankan dan diamalakan. Yaitu amanat sebagai khalifah kemudian yang harus dilaksanakan, selanjutnya untuk beribadah kepada Allah sebagaimana firman Allah dalam surah Adz-Dzariyat (51): 56 dan terakhir ialah wadiah atau titipan yang kemudian dipergunakan secara benar titipan tersebut. Maka dalam penciptaan manusia sebagai khalifah adalah bagian dari amanat Allah Swt untuk dilaksanakan dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

Sebagai Khalifah

Dalam kehidupan ini Allah Swt menjadikan manusia sebagai wakilnya di muka bumi untuk mengelolah seluruh alam raya ini. Menjadi pemimpin bagi umat manusia, menjadi pemimpin bagi negara, pemimpin bagi keluarga dan sebagainya. Di mana Allah kemudian berfirman kepada Nabi Daud dalam al-Qur’an Surah Sad ayat 26 “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”.

Baca Juga  Memurnikan Makna Jihad dan Terorisme

Ayat ini kemudian menjelaskan kata khalifah adalah ia yang diberikan kekuasaan untuk mengelolah wilayah masing-masing. Karena itu diharapkan agar manusia berbuat kebajikan jangan sampai terpengaruh oleh hawa nafsu yang bisa mencelakai diri sendiri.

Sebagai Hamba

Selain sebagai khalifah manusia juga memiliki tugas sebagai hamba kepada Allah Swt. Hamba dalam artian bahwa merendahkan diri kepada sang pencipta yang mengusai seluruh kerajaan alam jagat raya ini. Perintah sebagai hamba kemudian Allah Swt pertegas dalam al-Qur’an surah adz-Dzariyat ayat 56 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.

Kata menyembah diartikan sebagai beribadah kepada Allah. Yang dimaksud demikian adalah selain mengerjakan ibadah yang wajib (Mahdah) manusia juga harus melaksanakan ibadah yang sifatnya (Gairuh Mahdah). Ibadah ini contohnya kegiatan menyembah kepada Allah dalam kegiatan sebagai manusia sosial, mengerjakan kegiatan keduniawian dalam rangka mendapatkan ridha dari Allah Swt.

Wadia (Titipan)

Proses penciptaan manusia ada kemudian wadiah atau titipan Allah yang harus di jaga dan dikerjakan dengan sebaik mungkin. Contohnya jabatan, kekayaan, rumah yang mewah, umur yang panjang, istri yang cantik dan lain sebagainya itu adalah titipan Allah yang kelak nanti akan di mintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Seperti dalam firmannya Quran surah Al-Isra ayat 36 “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya“.

Editor: An-Najmi Fikri R