Tuhan menurunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia, penjelasan, dan pembeda antara hak dan batil. Para ulama berpandangan: Al-Quran shalih likulli zaman wa makan – al-Quran itu cocok, sesuai, dan memadai untuk setiap ruang dan waktu.
Al-Quran diturunkan 1500 tahun yang lalu dan untuk sepanjang waktu, entah berapa ribu tahun lagi, kita tidak tahu. Pesan-pesan, ajaran, dan nilai-nilai al-Quran selalu relevan sepanjang zaman. Sebagai contoh, ajaran yang terkandung dalam surat pertama dan terakhir dalam al-Quran (disalin terjemahnya).
Surat pertama, al-Fatihah, adalah sebagai berikut:
1. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,
3. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,
4. Pemilik hari pembalasan.
5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7. yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
(QS Al-Fatihah/1:1-7)
Setiap saat kita dalam limpahan kasih dan sayang Allah swt. Setiap saat kita dalam pemeliharaan-Nya. Dia Maha Pengasih tak pilih kasih, dan Maha Penyayang tak pandang sayang. Setiap saat kita niscaya waspada dan ingat akan adanya hari pembalasan. Ketika semua amal manusia dihadirkan.
Semua anggota badan memberikan kesaksian, kecuali lisan.Tak ada kesempatan mengemukakan bualan atau tipuan. Sudah sepatutnya setiap saat kita beribadah secara tulus kepada-Nya. Dan hanya kepada-Nya kita meminta. Kita pun memohon agar selalu dibimbing pada jalan-Nya. Supaya tidak tergolong orang yang dimurkai dan sesat jalan.
Surat terakhir, An-Nas, adalah sebagai berikut:
1. Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang mengurus manusia,
2. Raja bagi manusia,
3. Tuhan sembahan manusia,
4. dari jahatnya setan pembisik yang bersembunyi,
5. yang membisikkan kejahatan ke dalam hati manusia,
6. dari golongan jin dan manusia.”
(QS An-Nas/114:1-6)
Al-Quran untuk Semua
Manusia hidup bersama manusia. Ada yang baik dan ada yang jahat. Selalu dan untuk selamanya. Kita berlindung kepada Tuhan dari bisikan jahat sesama manusia. Manusia bisa lebih jahat daripada jin. Adakah jin yang mengganggu sesama?
Walaupun al-Quran diturunkan di jazirah Arab dan berbahasa Arab, tetapi ditujukan kepada semua manusia penghuni jagat raya, di mana pun ia berada, apa pun bahasanya. Dihentikannya mata rantai pewahyuan pada Nabi akhir zaman, Rasulullah Muhammad saw menandakan kiamat sudah dekat.
Manusia seoantero jagat raya sejajar di hadapan Tuhan. Di mana pun ia berada niscaya menjunjung tinggi aturan-aturan Tuhan Sang Pencipta. Manusia memang diciptakan Tuhan berbeda-beda suku, bahasa, dan agama, tetapi mengemban amanat yang sama: memakmurkan dunia. Tak ada keistimewaan orang Arab atas suku dan bangsa lainnya kecuali ketakwaannya.
Wahai manusia, sungguh, Kami ciptakan kamu dari satu pasang laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu beberapa bangsa dan suku bangsa, supaya kamu saling mengenal (bukan saling membenci). Sungguh, yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah yang paling bertakwa. Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal. (Al-Quran 49:13)
Para ulama juga berpandangan: Al-Quran yufassiru ba’dhuhu ba’dan – al-Quran itu saling menafsirkan satu dengan yang lain. Hal itu ditandai dengan adanya pengulangan kosa kata dalam al-Quran dengan frekuensi yang berbeda-beda, baik dalam hitungan jari sebelah tangan, puluhan, maupun ratusan kali. Juga pengulangan pesan mengenai tema-tema tertentu, termasuk kisah para Nabi. Kesamaan tema antarsurat, sebagai contoh, terdapat dalam surat Adzh-Dhuha dan Al-Insyirah, At-Tin dan Al-‘Ashr berikut.
Keterkaitan Antar Surat
Demi cahaya pagi yang gemilang, dan demi malam bila sedang hening. Tuhanmu tidak meninggalkan kau dan tidak membencimu. Sungguh, yang kemudian akan lebih baik bagimu daripada yang sekarang. Dan Tuhanmu kelak memberimu apa yang menyenangkan kau. Bukankah Dia mendapati kau sebagai yatim, lalu Dia melindungi? Dan Dia mendapati kau tak tahu jalan, lalu Dia memberi bimbingan? Dan Dia mendapati kau dalam kekurangan, lalu Dia memberi kecukupan? Karenanya, janganlah kau berlaku sewenang-wenang kepada anak yatim. Dan orang yang meminta, janganlah kaubentak. Dan nikmat Tuhanmu, hendaklah kau siarkan. (Al-Quran 93:1-11)
Bukankah telah Kami lapangkan dadamu? Dan Kami singkirkan bebanmu yang telah memberatkan punggungmu? Dan Kami angkat namamu? Maka, sungguh, bersama setiap kesulitan ada kemudahan. Sungguh, bersama setiap kesulitan ada kemudahan. Karenanya, jika engkau telah selesai dari tugasmu, tetaplah bekerja keras. Dan kepada Tuhanmu tujukanlah perhatian. (Al-Quran 94:1-8)
Kedua surat tersebut mengungkapkan tentang pengalaman eksistensial Nabi Muhammad saw sejak kecil hingga dewasa. Boleh jadi tidak sedikit di antara kita yang mengalami hal yang relatif serupa. Tentunya kita harus selalu mensyukuri nikmat Allah swt yang tak terhingga dan optimis bahwa bersama segala macam kesulitan terdapat kemudahan. Orang bijak berkata, “Setiap masalah mengandung benih pemecahannya.”
Memperoleh Keluasan Makna Surat
Surat At-Tin dan Al-Ashr berikut saling menjelaskan. Maksudnya, seseorang akan memperoleh perluasan makna tentang kandungan At-Tin bila ia merujuk ke surat Al-Ashr, dan begitu sebaliknya.
Demi Tin dan Zaitun, demi bukit Sinai, dan demi kota Mekah yang aman ini. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik, kemudian Kami jatuhkan dia serendah-rendahnya, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan; maka bagi mereka pahala yang tiada putusnya. Maka, apa yang menyebabkan mereka menyangkal engkau tentang hari pembalasan yang akan datang? Bukankah Allah Hakim yang paling bijaksana? (QS At-Tin/95:1-8)
Demi waktu sepanjang sejarah. Sungguh manusia dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (QS Al-‘Ashr/103:1-3)
Berbekal kedua pandangan ulama tersebut saya menggambarkan al-Quran dengan garis-garis, bukan dengan kata-kata. Hasilnya sebuah lingkaran dengan dua belas titik. Masing-masing titik terhubung satu dengan yang lain menggunakan garis, sehingga membentuk semacam kristal. Saya letakkan satu kosa kata al-Quran secara acak pada tiap-tiap titik tersebut. Terteralah di sana kata-kata: (1) kafir, (2) mukmin, (3) musyrik, (4) syukur, (5) binatang, (6) laut, (7) hujan, (8) langit, (9) Fir’aun, (10) surga, (11) neraka, (12) kiamat.
Al-Quran Selalu Aktual
Saya berusaha meyakini bahwa kedua belas kosa kata al-Quran tersebut selalu aktual dan relevan sepanjang zaman, dan saya yakin bahwa semua ayat al-Quran terhubung satu dengan yang lain demikian rupa. Dengan begitu semua kota kata dalam al-Quran juga berhubungan yang satu dengan yang lain, baik keterhubungan itu jelas dan nyata, maupun samar-samar.
Saya pun telah menyusun trilogi buku Kamus Pintar Al-Quran, Kearifan Al-Quran, 10 Tema Besar Al-Quran (Jakarta: Gramedia, cetak ulang 2020). Buku pertama dapat dikatakan sebagai terjemah al-Quran tematik-alfabetik, karena menampilkan terjemah seluruh ayat al-Quran; masing-masing satu kali muncul saja. Buku kedua terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tentang fenomena al-Quran, dan bagian kedua ayat-ayat pilihan yang mengandung pesan-pesan universal. Buku ketiga memuat klasifikasi ayat-ayat al-Quran menjadi sepuluh kelompok sesuai dengan judulnya. Semoga trilogi buku tersebut berguna bagi para pembaca dalam rangka merengkuh al-Quran.
Editor: Bukhari
Leave a Reply